Senja dan fajar pun sudah tahu
Jika kita sudah ditakdirkan untuk bersatu- Azzahra Zanitha
***
"Zahra!". Panggil Fajar dari koridor kelas.
Zahra pun menoleh dan tahu siapa pemilik suara itu.
"Iya kak?". Zahra berteriak.
"Kali ini lo pulang sama gue aja, ya". Ajak Fajar.
"Tumben nih mau ngajakin pulang, biasanya sama si anu". Zahra tertawa kecil.
Ya memang Fajar, kakaknya Zahra akhir-akhir ini sering pergi dan pulang bareng sekolah sama Rania, salah satu sahabat Zahra. Semua kedekatan ini berkat bantuan Zahra.
Rania sudah menyukai Fajar sejak kelas 10 dulu, tetapi ia tidak berani memberitahunya. Ia pun bercerita kepada Zahra, hanya bercerita. Tetapi, Zahralah yang iseng, dan memberitahu semuanya kepada Kakaknya itu.
Karena itu semualah, Fajar mendekati Rania, dan sampai sekarang mereka dekat.
"Dia pulang ini mau pergi". Wajah Fajar murung.
"Yaelah, cuman gara-gara ga pulang bareng sedih, wkwk". Zahra menyenggol lengan Fajar.
"Yaudah ayo pulang, emang kita mau kemah apa disini?".
"Iya, iya bawel". Fajar mengacak-ngacak rambut Zahra dan setelah itu berlari meninggalkan Zahra.
"KAK FAJAR NGESELIN BANGET SIH! RAMBUT GUE YANG KAYAK ARIANA GRANDE INI KAN JADI KUSUT!". Zahra mengejar Fajar yang menuju ke parkiran sekolah.
Akhirnya, Fajar dan Zahra pun pulang bersama. Tetapi Fajar memutuskan untuk tidak langsung pulang, melainkan ia mengajak Zahra untuk pergi ke mall didekat sekolahnya dahulu, karena akan ada yang ia beli.
Zahra yang bingung mau kemana arah yang akan dituju oleh Fajar pun hanya melamun.
"Kakak mau nyulik gue, ya?". Tanya Zahra polos.
"Ini bukan jalan kerumah, kak".
"Atau kakak amnesia, jadi lupa jalan pulang".
"Cukup dia aja kak yang dilupain, jalan pulang mah jangan". Zahra malah baper.
"Lo itu ngomong apaan sih, ra. Gue ini mau ngajak lo ke mall".
"Kalo ga mau sih, yaudah. Gue turunin aja ya disini?". Fajar melambatkan mobilnya seakan-akan ia akan menurunkan Zahra dari mobilnya.
"Ih, kakak! Gue kan cuman bercanda".
"Kok baperan banget, sih!".
"Kakak beneran mau nurunin gue?".
"KAKAK MAH!". Zahra merengek seperti anak kecil.
"Yang mau nurunin lo itu siapa? Kakak mau beli koran yang dijual anak itu". Tunjuk Fajar.
"Yang ada, lo yang baperan, ra!". Fajar tertawa terbahak-bahak.
"Terserah!". Zahra kesal dan memonyongkan bibirnya.
"Jangan kek gitulah, lo kayak bebek yang kehilangan induknya". Fajar malah meledek Zahra.
"Iyain aja! Yang penting kakak seneng".
Mereka pun sampai di salah satu mall yang dekat dengan sekolah mereka.
Tanpa berpikir panjang, Fajar pun langsung menarik Zahra yang sedari tadi memandangi sebuah tokoh baju khusus perempuan, dan matanya berbinar-binar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The First
Teen FictionCinta. Hal itu adalah hal yang paling tidak dipahami dan tidak dimengerti oleh dua sosok yang hidupnya tidak pernah dihampiri dengan cinta, dua sosok yang anti namanya pacaran. Arfan dan Zahra adalah dua manusia sederhana yang belum pernah menyelam...