Disaat badai menghampiri dan hujan pun ikut menyapa, kaulah yang selalu siap jadi pelanginya.
- Azzahra Zanitha
***
"KAK FAJAR! WOYY KAK FAJARRR!".
Zahra mengetuk-ngetuk pintu Fajar dari luar dengan disertai teriakan yang sangat kuat melebihi toa masjid itu.
"KAK FAJAR! GUE MANGGILLL, ANJIR! KAKAK BUDEK YA?!".
"SUBHANALLAH!".
"KALO KAK FAJAR GA BUKAIN PINTU, NANTI GUE ADUIN SAMA RANIA! KALO KAKAK JAHAT SAMA ADIKNYA SENDIRI!".
"BIAR RANIA GA SUKA LAGI SAMA KAKAK".
Cekrek.
"Iya, iya bawel! Mau ngapain, sih?". Fajar membuka pintu dengan wajah kusut.
"Mau diancem soal Rania dulu baru keluar! Dasar kakak ga tau diri, jahat banget sama adiknya sendiri!". Ketus Zahra dengan memonyongkan bibirnya.
Fajar mengacak rambut hitam Zahra, "Hehe, maaf. Lo sih ganggu gue aja, enak-enak juga lagi chattan sama doi".
"Bomat! Gue boleh masuk, ga?". Tanya Zahra dan memasang puppy eyesnya.
"Tumben? Mau ngapain?".
"Mau intograsi gue lo, ya?".
"Atau lo mau ngacak-ngacak kamar gue, iya?".
"Jangan-jangan lo mau minjem pakaian dalem gue?". Fajar melempar pertanyaan bertubi-tubi kepada Zahra, karena ia heran, tumben sekali Zahra ingin masuk ke kamarnya ini.
"NAJIS!". Zahra menampilkan wajah jijik.
"Terus mau ngapain? Kalo ga perlu, ga usah masuk, pergi aja sana". Fajar mendorong tubuh Zahra agar dia pergi dari hadapannya.
"Ihhh, Kak Fajar nyebelin banget, sih! Gue itu mau curhat sama kakak!". Zahra berbalik badan dan kembali menghadap Fajar.
"Tentang?". Balas Fajar singkat.
"Adalah! Mangkanya gue boleh masuk, ga? Boleh ya? Yeayyyy!". Tanpa basa-basi lagi, Zahra langsung masuk ke kamar Fajar dengan cekatan dan duduk di kasurnya.
"DASAR! ADIK GA TAU DIRI!". Umpat Fajar dan memasuki kamarnya.
Setelah Fajar duduk disamping Zahra yang memandangi kamarnya dengan tatapan bingung, ia pun menanyakan apa yang ingin ia kasih tau kepada Fajar itu.
"Wah! Kamar kakak keren banget, ya! Banyak foto-foto pemandangan, gitu. Coba aja ada foto gue, mungkin kamar kakak jadi lebih Amazing!". Zahra tertawa kecil.
"Enak aja, lo! Yang ada kamar gue nanti banyak setannya!". Ketus Fajar.
Alis Fajar berkerut, "Mau curhat apa?".
Zahra lebih mendekatkan dirinya ke Fajar, ia takut nanti ada yang menguping pembicaraan yang hanya boleh diketahui oleh dirinya, kakaknya dan Tuhan saja. Kalau ada yang tahu selain mereka, bisa-bisa gawat!.
"Menurut kakak, jatuh cinta itu wajar ga, sih?". Tanya Zahra polos dan menatap mata kakaknya.
"Ya wajarlah bego! Kalo lo ga pernah ngerasain jatuh cinta sama sekali, namanya lo itu ga normal, a.k.a GILA". Fajar menekankan kata 'Gila' tepat di wajah Zahra, ia pun tertawa kecil.
Zahra memukul agak keras lengan Fajar, "Kakak ngatain gue gila iya?".
"Enggaklah! Kalo lo ngerasa tersinggung ya gue ga tau". Fajar memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
The First
Teen FictionCinta. Hal itu adalah hal yang paling tidak dipahami dan tidak dimengerti oleh dua sosok yang hidupnya tidak pernah dihampiri dengan cinta, dua sosok yang anti namanya pacaran. Arfan dan Zahra adalah dua manusia sederhana yang belum pernah menyelam...