The First : Tiga Puluh Tiga

173 9 2
                                    

Aku kacau, aku terus meracau
Memikirkanmu sama saja aku bermain di labirin, aku terjebak didalamnya

- Azka Rafif Arsenio


*Part ini khusus Zahra dan Azka ya, hehe. Happy reading!

Flashback on.

Siang itu adalah siang yang cukup panas bagi seorang cowok yang bernama Azka. Ya. Azka si cowok yang notabenenya paling tidak suka panas harus berhadapan langsung dengan matahari yang bersinar dengan terangnya hari itu.

Saat itu pulang sekolah, ia tidak tahan lagi dengan cuacanya. Ia pun memutuskan untuk mampir sebentar di sebuah minimarket yang terletak tidak cukup jauh dari sekolahnya. Selain untuk membeli sebuah minuman, pikirnya ia bisa sejenak meng'adem'kan tubuhnya yang bisa-bisa mati kepanasan.

"Uh mantep, gini kan adem," azka memejamkan matanya sejenak setelah mengambil minuman yang ia pilih.

Setelah dirasa badannya sudah cukup dingin, ia pun memutuskan untuk membayar minuman tersebut dan keluar dari minimarket. Tanpa basa-basi, ia langsung meneguk minuman itu tanpa sisa, tentunya.

"Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?," ia mengelus lehernya, tanda nikmat menghampiri tenggorokannya.

Ia pun melanjutkan perjalanan menggunakan motor kesayangannya untuk segera pulang kerumah. Ternyata, walaupun sudah berdiam diri di minimarket dan meminum minuman dingin, rasa panas itu kembali merajalela di tubuh Azka. Sungguh, ia ingin mengeluarkan banyak sekali kata mutiara, tetapi ia urungkan mengingat hal itu sama saja akan membuat dirinya tambah kesal.

"Anjer! Kaya cacing kepanasan gue," ia pun mempercepat laju kendaraannya agar segera sampai kerumah.

Disaat ia sedang mempercepat laju kendaraannya, tiba-tiba saja ia mengerem mendadak. Matanya terbelalak. Ia hampir menabrak seorang cewek yang sedang berjongkok. Untung saja. Tetapi, ia terheran-heran. Sebenarnya apa visi misi si cewek tersebut berjongkok di tengah jalan siang bolong yang panasnya 'naudzubillah' ini? Setidaknya itu yang dipikirkan Azka.

"Woy! Lo mau nyari mati, ya?."

Si cewek yang merasa ada suara yang memekikkan telinganya tepat di belakangnya langsung menoleh dengan cepat dengan tatapan sinis. Tajam sekali. Seperti ingin menerkam mangsa. Begitulah ungkapan yang tepat ditujukan untukknya.

Cewek tersebut tidak menggubris perkataan Azka, ia langsung berbalik badan dan menepi di pinggir jalan. Tapi, tunggu. Ternyata ia sedang menggendong seekor kucing, lebih tepatnya seekor anak kucing berwarna putih lalu diletakkannya di pinggir jalan sambil mengelus kepala kucing tersebut.

Azka yang niatnya tadi ingin memarahi cewek yang ia belum tahu namanya itupun mendadak mengurungkan niatnya setelah tahu apa yang cewek itu lakukan kepada anak kucing tersebut. Sebenarnya azka tipe cowok yang 'bodo amat' tentang hal yang menurutnya tidak penting baginya, tetapi setelah melihat kejadian itu hatinya langsung tersentuh. Ternyata masih ada manusia yang peduli di muka bumi ini, itu yang dipikirkannya.

Penglihatan azka langsung teralih dengan seragam sekolah yanh dikenakan si cewek tersebut, ternyata ia mengenakan seragam sekolah yang sama dengannya. Apakah ia satu sekolah dengannya?.

"Woy!," teriak si cewek itu tepat di samping Azka yang sedang melamun.

"Eh?," azka tersadar dari lamunannya.

"Lo patung, ya?."

"Patung nenek moyang lo! Gue mau pulang," sambar Azka dengan cepat.

The FirstTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang