Dua puluh satu

1.8K 85 0
                                    


Farrel menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, kadang sesekali ia berpikir lalu melalukan gerakan seperti itu dan mengulangnya terus menerus.

"Pusing gue! Ngeliat lo dari tadi garuk-garuk terus!" cibir Rafhael sambil memegang kepalanya seolah ia sedang pusing.

"Elo pusing, lah gue? Kayak orang bego ngeliat Farrel garuk-garuk, terus nanti mikir, untung ganteng." timpal Dava.

"Astaghfirullah hal adzim. Ya Allah, hamba bersyukur kepada-mu karena diantara mereka hanya hamba yang paling waras Ya Allah." ucap Javier sambil mengangkat kedua tangannya ke atas.

Rafhael dan Dava kompak berdecih melihat gaya Javier yang sudah seperti orang yang paling benar sedunia sedangkan Zacky hanya bisa menggelenggkan kepalanya saja.

Saat ini kelima cowok itu tengah duduk melingkar disalah kafe yang ada di dalam mall. Mereka sedang rapat dadakan untuk mencari kado apa yang cocok diberikan untuk anak perempuan.

Kado tersebut akan diberikan pada Rachell yang akan berulang tahun ke-17 tanggal 02 Februari nanti. Dan kini sudah akhir Januari, untuk itu Farrel mempersiapkan kejutannya dari jauh-jauh hari.

"Jadi, intinya lo mau ngasih apa ke dia?" tanya Zacky pada Farrel.

"Gue juga bingung." balas Farrel dengan wajah tak berdosa.

"Allahuakbar! Sabarkan hamba." ucap Javier sambil mengelus dadanya.

"Demi apapun, kita udah dua jam disini, udah makan, udah minum, udah mikir sampe otak gue lelah, tapi tetep aja nggak nemu solusi mau kasih kado apa?!" jelas Rafhael.

"Rel, nanya aja sih ke anak cewek kelas ita, atau tanya gebetan si Rapa." timpal Dava.

"Gebetan? Sejak kapan gue punya gebetan?" Rafhael bertanya-tanya.

"Si Celline kan gebetan lo!"

"Idih ogah sama cabe pink!"

"Ogah-ogah juga ntar naksir!"

"Dasar Dapa kampret!"

"Ente berdua bisa mingkem nggak? Pusing ane!" ucap Javier.

"Gue udah tanya bunda, tanya Karin, tanya Celline sama semua anak cewek di kelas tapi rata-rata jawaban mereka nggak jauh-jauh dari boneka" ucap Farrel.

"Heh item! Yaiyalah boneka! Masa iya robot!" cibir Dava lagi.

"Yeee mentang-mentang putih sombong lo tai kuda!" timpal Rafhael.

"Bct lo daki kudanil!" balas Dava tidak terima.

Javier hanya bisa menutup wajahnya, ia malu benar-benar malu dengan tingkah sahabatnya itu.

Zacky menghela napasnya "Lo kan pacarnya, masa nggak tau apa yang lagi dia suka sama apa yang lagi dia butuhin, coba pikir lagi."

Farrel mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian satu ide terbesit diotaknya.

***

"Lo yang masuk sana!" ucap Dava.

"Elo aja deh!" balas Rafhael.

"Ane tunggu sini aja, ane nggak mau bersentuhan sama yang bukan mahram
" timpal Javier.

"Lo aja sih Rel" ucap Zacky.

Farrel menghembuskan napasnya pasrah, kali ini ia harus berjuang. Berjuang mengantre meminta tanda tangan penulis novel yang kebetulan sedang melakukan meet and great di mall ini.

Belum lagi, yang mengantre di depannya ini rata-rata perempuan, dan hanya dia satu-satuya lelaki yang ikut mengantre. Jika bukan untuk Rachell, Farrel tidak akan mau melakukan ini. Dan sialnya Farrel kebagian antrean paling terakhir.

L D R [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang