Epilog

3K 128 35
                                    


Flashback on

Setelah dipindahkan ke rumah sakit di Jakarta dan ditangani oleh dokter, kondisi Farrel semakin melemah, tubuhnya yang sudah menjalani operasi pengangkatan sel kanker menolak.

Hingga akhirnya, dokter menyarankan untuk chemotheraphy. Selama menjalankan chemotheraphy, ia benar-benar harus istirahat total, ia tidak pergi ke sekolah, tidak keluar rumah. Bahkan, tidak memegang ponselnya sama sekali. Itulah alasan, mengapa ia menghilang dan tidak menghubungi Rachell. Lalu ada satu alasan lainnya, ia takut gadisnya kecewa tentang keadaannya, hanya itu yang ia takutkan.

Hingga dua bulan berlalu...chemotheraphy yang dijalankannya tidak membuahkan hasil, ia nyaris putus asa. Tubuh atletisnya sudah berganti menjadi tubuh kurus, rambut hitamnya mulai rontok, semua yang ada di tubuhnya sudah terenggut tak tersisa.

Para sahabat juga kedua orang tuanya berkumpul di ruangan rumah sakit itu, mengelilingi Farrel dengan air mata yang sebisa mungkin sudah mereka tahan.

"Lo bakal sembuh Rel!"

"Lo harus semangat!"

"Banyak yang sayang sama lo!"

"Ente pasti kuat!"

Begitulah kalimat-kalimat yang diucapkan para sahabat Farrel untuk terus menyemangati Farrel. Farrel yang mendengar itu berusaha tersenyum tulus. Meski di dalam hatinya, ia sudah pasrah dan ikhlas.

"Kalian semua sahabat terbaik gue, gue gak bakal lupain semua kebaikan dan kenangan yang udah kita buat. Meskipun, kalian sering dateng ke rumah gue, ngacak-ngacak semuanya. Tapi, gue sayang kalian..." ucapan Farrel terhenti sejenak, "Kalo gue pergi, tolong sering-sering maen ke rumah, biar ayah sama bunda gak kesepian. Gue udah capek, gue udah berusaha sekuat dan semampu gue. Tapi, kayaknya, ini udah saatnya, udah saatnya... gue berhenti..."

"Buat Dava, cepet-cepet maafin bokap lo. Gue yakin, dia punya alasan tentang kenapa Kak Diva ada."

"Buat Zacky, sayangi mama lo dan adik lo. Mereka gak salah tentang apa yang terjadi dulu."

"Buat Rafa, jangan pernah ngerasa lo adalah orang yang paling kesepian di dunia ini. Gue yakin, orang tua lo sibuk kerja juga demi lo."

"Dan...Jav, lo yang paling dewasa, lo yang paling bijak. Gue yakin, lo bisa ngingetin yang lain buat selalu taat sama Yang Maha Kuasa."

Zacky, Dava, Javier dan Rafhael hanya bisa menunduk lemas. Ingin menangis, tapi mereka menahannya.

Farrel beralih menatap kedua orang tuanya. Kedua orang yang sudah membesarkannya selama ini, kedua orang yang selalu membuatnya bahagia "Ayah... Bunda... Farrel minta maaf, kalo Farrel belum bisa jadi anak yang berbakti buat kalian. Farrel bangga jadi anak kesayangan kalian, Farrel bahagia jadi satu-satunya putra ayah sama bunda, sungguh...Farrel gak nyesel karena Farrel hidup sama kalian. Ayah...bunda... kalo Farrel pergi, Farrel mohon... bunda sama ayah jangan sedih dan meratapi kepergian Farrel. Karena Farrel yakin, ini semua udah takdir Tuhan buat Farrel. Ayah, bunda, Farrel sayang kalian selamanya..."

Farrel menarik napasnya "Untuk bunda, ayah dan lo semua. Jangan bilang apapun sama Rachell. Farrel cuma gak mau dia kecewa dan sedih, mungkin, cara Farrel salah. Tapi, ini adalah jalan terbaik yang Farrel pilih. Satu lagi bunda, Farrel punya keyakinan, Rachell akan datang ke makam Farrel...nanti..." setelah mengucapkan itu detak jantungnya mulai melemah, dan... seketika itu juga, Farrel menghembuskan napas terakhirnya.

Hardi dan Ika menangis sembari  memeluk putra mereka satu-satunya, kesayangan mereka, kebanggan mereka, yang telah berpulang untuk selama-lamanya meninggalkan mereka dan dunia ini.

L D R [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang