*ada beberap dialog kasar, mohon maaf*Farrel tengah asyik menulis di meja belajarnya. Namun, tiba-tiba cairan merah jatuh di kertas putihnya yang ia tulis.
Tangannya yang semula sibuk memegang pulpen. Kini, beralih meraba area wajahnya. Dan benar saja, ketika tangan itu dilihat olehnya, ada darah di sana. Farrel mimisan.
Dengan cepat ia berlari ke kamar mandi dan membersihkan bekas darah yang ada di area wajah juga tangannya sebelum sang bunda tahu.
Sialnya, mimisan itu tidak mau berhenti. Padahal, Farrel juga sudah melakukan cara sederhana untuk menahan mimisan itu. Dan seketika itu juga, rasa nyeri di kepalanya datang kembali bersamaan dengan darah yang terus keluar dari hidungnya, pandangannya mulai kabur dan seketika semuanya menggelap.
Ika masuk ke dalam kamar putranya itu sembari membawa segelas susu hangat untuk Farrel. Namun, baru saja ia melangkah masuk ke dalam kamar, langkahnya terhenti, tangannya gemetar dan gelas yang ia bawa terjatuh ke lantai dan menimbulkan bunyi yang begitu nyaring.
Ika segera berlari menghampiri Farrel yang sudah terkulai lemas di lantai dengan banyak tissue di sekitarnya yang penuh dengan darah.
"Farrel!" teriak Ika parau dengan air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi.
"Farrel! Bangun nak!" ucapnya lagi berusaha membangunkan putra kesayangannya itu
"Ayah!"
Hardi yang mendengar jeritan sang istri berlari menaiki anak tangga rumahnya dan segera menghampiri Ika yang tengah mencoba menyadarkan Farrel.
"Astaghfirullah hal adzim! Farrel!"
***
Dokter Ardi mengecek kembali hasil MRI yang dibawanya. Magnetic resonance imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetik adalah pemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh.
"Bagaimana dok?" tanya Hardi cemas.
Dokter itu menghembuskan napasnya perlahan "Dari hasil MRI, sel kanker di tubuh Farrel semakin menyebar dan ini bukan lagi kanker otak stadium dua melainkan sudah stadium tiga."Ika menggeleng tidak percaya "Ini tidak mungkin, baru bulan lalu anak saya divonis kanker otak stadium dua! Sekarang? Dokter mengatakan bahwa anak saya divonis kanker otak stadium tiga?!" ucapnya dengan nada yang penuh amarah.
Hardi memegang kedua bahu istrinya, mencoba menenangkannya "Sabar bun. Ini rumah sakit."
Ika pun beristighfar.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan agar Farrel bisa sembuh?"
"Saya bukan penentu seperti Tuhan. Tapi, saya akan berusaha untuk membantu agar putra bapak dan ibu sembuh. Untuk kanker otak stadium tiga ada beberapa pengobatan. Tapi itu tergantung dari Farrel apakah ia kuat untuk melakukan pengobatan tersebut."
***
Ika mengelus rambut Farrel penuh kasih sayang. Ia masih tidak percaya bahwa putranya ini harus menderita.
Perlahan mata Farrel mulai terbuka "A...air..."
Buru-buru Ika mengambil gelas ditas nakas dan membantu Farrel untuk minum.
"Apa ada yang sakit sayang?" tanya Ika.
Farrel menggeleng pelan.
"Bun, dokter bilang apa?" tanya Farrel.
Ika diam mendengar pertanyaan itu, ia masih bingung menjawab apa. Karen ia tidak ingin menyakiti hati anaknya.
"Bun, dokter bilang apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
L D R [The End]
Teen Fiction(Part Lengkap, No private) Siapa sih yang kuat menjalin hubungan LDR (Long Distance Relationship) alias hubungan jarak jauh? Atau orang sering memplesetkannya jadi Long Distance Rela diboongin? Mungkin, hanya segelintir orang. Termasuk, Farrel Maha...