Part #2 ArDara

36 6 0
                                    

Keesokan harinya....

"Ma aku berangkat sekolah ya." Pamit Dara kepada mamanya yang kini tengah mengantarnya sampai depan pintu rumahnya.

"Iya hati-hati ya kalian." Maksud mamanya dara kalian itu ke dara dan ke Arda yang sekarang sudah ada di samping Dara untuk menjemputnya pagi-pagi sekali sesuai permintaan Dara tadi malam.

"Iya tante." jawab Arda yang mulai ikut bicara dan ikut menyalami mama Dara

Setelah berpamitan mereka berjalan menuju sepeda motor Arda yang di pakainya yang dari tadi di parkir di depan gerbang rumah Dara.

"Kalau naik sepeda jangan ngebut." Teriak mama Dara ketika mereka berdua sudah menaiki sepeda motor dan Dara yang mendengar teriakan mamanya pun menoleh dan tersenyum.

"Ayo." ajak Dara ke arda untuk berangkat.

"Pegangan." Suruh arda yang langsung dituruti oleh Dara dengan senang hati.

Akhirnya mereka pun berangkat menuju sekolah mereka. Ketika di tengah perjalanan Arda selalu bikin tebak-tebakan yang buat Dara geleng-geleng kepala walaupun kadang hanya tersenyum.

Arda memang begitu orangnya slalu bisa membuat Dara bahagia, dan sikap Arda ini merupakan salah satu yang disukai oleh Dara. sebenernya sih, bisa di bilang semua yang Arda miliki di sukai oleh Dara, kecuali sifat molornya itu, udah kayak kebo.

"Dara. Tau gak kenapa profesor itu kebanyaan botak?" Tanya arda memulai tebakannya.

"Mmm....mungkin kebanyakan mikir ." Dara menjawab dengan seadanya karena sebetulnya dia malas jika bermain tebak-tebakan. Malas juga untuk berfikir menemukan jawabannya.

"Jawabannya salah."

"Terus apa dong?" Tanya Dara balik karena dia sekarang sudah tidak mau mikir lagi.

"Karena.....emang sudah takdirnya botak. Hahaha." Setelah menjawab, Arda tertawa sendiri dengan jawaban ngacaunya itu.

Tapi Dara juga ikut tertawa bukan karena candaan Arda melainkan ekspresinya Arda yang Dara lihat dari kaca sepion waktu ngucapinnya

"Apasih Ar ngaco deh." Ucapnya menghentikan tawanya sambil memukul bahu temannya itu.

"Tapi lucu kan?"

"Gak."

"Kok ketawa?"

"Terserah gue." Masih dengan membela dirinya

"Oh ya Arda. Berarti lo besok jangan jadi profesor."

"Kenapa memang? Kan profesor pinter." Tanya Arda.

"Karena biar lo gak botak. Hahaha." Dara tertawa Arda pun juga.

"Hahaha. lo takut gue botak. hahaha."

Dara mengangguk. "Karena menurut ekspetasi gue, lo jelek kalau botak."

"Berarti sekarang gue ganteng dong." Dengan berbangga hati.

"Siapa yang bilang?"

"Lo barusan. Secara gak langsung lo udah bilang gue ganteng." Jelas Arda.

"Emang bener kata gue lo ganteng dan gue suka sama lo" Itu yang ingin Dara ucapkan dari mulutnya tapi hanya terucap dalam benaknya. Ingin sebenernya dia ucapkan tapi dia belum siap.

~*~

Sampainya mereka tiba di sekolah mereka pun berjalan bareng untuk ke kelas, tapi ketika sudah di depan kelas Dara mereka harus pisah karena kelas mereka berbeda.

"Nanti jam istirahat pertama ke kantin bareng ya?" Ajak Dara ke arda yang kemudian di jawab oleh Arda.

"Iya Dara cantik." Sambil tersenyum kemudian pergi meninggalkan Dara yang masih mematung di tempat.

Don't Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang