Part #14 matahari terbit

16 1 0
                                    

"Huft...untung gak telat." Arda menghembuskan nafas lega setelah dia dan Dara sampai di belakang taman. Tempat yang mana dulu sering Dara dan Arda datangi.

Sebelum mengatakan kalimat yang akan di lontarkannya. Dara mulai berkacak pinggang sambil mengatur napasnya yang terlihat ngos-ngosan. "Ngapain telat. Lari pagi itu terserah mau jam berapa kan. Lagian lo ngapain ngajak gue lari pagi se pagi ini hah?" Tanya Dara sambil mengernyitkan keningnya lalu mengangkat dagunya untuk meminta jawaban Arda.

"Gue dulu waktu kecil pernah diajak papa gue buat liat matahari terbit disini. Jadi mumpung gue ingat, gue mau ngajak lo buat liat matahari terbit disini. Emang sih terbitnya gak kelihatan seutuhnya, tapi gue yakin pemandangannya pas matahari muncul itu bagus banget." Jelasnya panjang lebar masih sambil berjalan santai menuju kearah pinggir danau.

"Jadi lo mau ngajak gue liat matahari terbit di sini?" Kata Dara dengan sangat antusias Dan Arda hanya menjawab dengan anggukan.

Setelah mereka sampai di tepi danau yang cukup luas lebarnya merekapun duduk di atas tanah yang di tumbuhi rumput yang tidak panjang. Arda duduk sambil menekuk lututnya sedangkan Dara meluruskan lututnya. Tidak lupa juga di samping mereka juga ada tumbuhan matahari yang tumbuh di pinggir-pinggir danau walau tidak runtut.

Pagi ini cuacanya sangat cerah, angin pagi berhembus menerpa kulit mereka. Air danau juga terlihat tampak tenang. Mulai terlihat dari Timur cahaya matahari yang nampak muncul yang akan menyinari seluruh dunia.

"Dara lihat deh, mata harinya mulai nampak tuh." Ucap Arda memberitahu Dara yang sejak tadi sudah duduk di sampingnya.

"Iya." Ucap Dara singkat dan terlihat sangat antusias.

Beberapa saat mereka menikmati pemandangan di depan mereka yang terlihat alami dan indah. Dara menikmati dengan senyuman indah di wajahnya yang tak kunjung sirna. Sedangkan Arda menikmati dengan mata tertutup. Sepertinya dia menikmatinya bukan dengan indra penglihatannya tapi dengan indra perasa nya. Menikmati cahaya matahari yang mulai muncul dari persembunyiannya.

"Bawa HP?" Tanya Arda kemudian kepada Dara.

"Bawa. Kenapa?"

"Gue pinjem."

"Emangnya hp lo dimana?" Tanya Dara lagi.

"Di rumah. Gue gak bawa."

Dara manggut-manggut mengerti. Kemudian merogoh saku celananya dan mengambil handponenya lalu memberikannya kepada Arda. "Nih!"

Arda pun menerimanya kemudian dia berdiri dan Dara yang melihatnya mengernyit kan dahinya.

"Ngapain lo Ar." Tanya Dara sambil menekuk dengkulnya.

"Gue mau fotoin pemandangannya. Kan bagus, sayang kalau gak di abadikan." Jarinya mulai bergerak mencari aplikasi kamera di Hp Dara kemudian menggerakkan tangan dan HP kearah depan dan mulai memfoto.

Cekrek!

Satu potretan sudah Arda dapatkan menggunakan  HP Dara. Lalu dia mulai melihat hasil potretannya dan dia tersenyum saat melihat hasilnya.

"Sini gue lihat!"  Dara yang sejak tadi hanya duduk dan diam melihat aksi Arda akhirnya ikut berdiri kemudian menepuk-nepuk bokongnya yang sedikit kotor. Lalu Arda mengarahkan layar ponsel yang dia genggam kearah Dara, menunjukkan hasil potretnya ke pada Dara.

"Ihh... bagus Da. Pinter banget lo ngefotoinnya." Puji Dara takjub dengan hasil yang di dapatkan Arda dan yang merasa dapat pujian hanya tersenyum puas.

"Anggap aja foto ini sebagai kenang-kenangan kita di sini."

"Mau lo apa in Ar?" Tanya Dara kepada Arda dan Arda mulai menggerakan jarinya lagi menekan tombol gunakan sebagai wallpaper.

Don't Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang