Part#9 Adik kelas 2

16 5 0
                                    

Langkah kaki panjang yang kini terlihat seperti buru-buru. Langkah kaki dari seorang Arda Pradana. Kini Arda sedang buru-buru mencari keberadaan Dara yang mungkin kini tengah marah kepadanya. Arda tau dari tatapan Dara yang memintanya menjelaskan semua ini. Kini dia harus menjelaskan kesalah pahaman akibat ulah dari si sanca.

Saat tengah mencari Dara dia berpapasan dengan Derin dan juga Kris.

"Eh, kalian liat Dara gak?" Tanya Arda dengan tergesa-gesa dengan wajah risaunya.

"Dia tadi jalan ke arah sana tuh." Jawab Kris sambil menunjuk ke arah kepergian Dara tadi. "Sebenernya ada apa sih?"

"Oh, tanks Kris." Arda menepuk-nepuk bahu Kris Sebelum dia berlalu tanpa menjawab dulu pertanyaan Kris.

"Eh woi! Maen nyelonong aja!" Teriak Kris Namun tidak di gubris oleh Arda.

"Ini ada apaan sih Rin?" Tanyanya kepada Derin yang padahal juga tidak tau apa-apa.

"Tauk." Jawab Derin sambil mengedikkan bahunya.

"Kayaknya nih ada yang di sembunyiin sama mereka." Ucapnya sok misterius, matanya sambil menerawang.

"Iya gak Rin?" Tanya Kris mencari pendapat Derin.

"Lo pikir aja deh sendiri. Gue mau pergi. Sendiri. "

"Mau ke mana lo?" Sambil ngikut langakah Derin yang hendak meninggalkannya.

"Ada deh. Lo jangan ngikut!" Sambil menyuruh Kris untuk tidak mengikutinya. Kemudian segera pergi sesuai omongannya entah kemana.

"Heh! Lo kemana sih?" Teriak Kris Kepada Derin yang sudah meninggalkannya.

"Kenapa sih semua orang itu. Maen pergi aja ninggalin mas Kris yang ganteng ini." Gerutu Kris karena merasa dari tadi dia ditinggal terus.

"Auk ah gelap. Mending gue kekantin." Kris merasa frustasi.

~*~

Sedangkan Dara yang sudah berada di belakang sekolah, saat dia melihat di sana, sepi, tidak ada siapapun. Disana ada sebuah pohon dia pun beranjak kesana dan mendudukan dirinya di bawah pohon itu. Bibirnya sudah membentuk kerucut. Dan seketika itu juga Lusi datang menghampirinya.

"Gue sebel deh sama adik kelas itu. Udah ngancurin mood gue. Lagian Arda juga malah belain dia." Dara memulai curhatnya. "Apa lagi gue paling sebel waktu dia nyindir gue bukan pacar Arda tapi deket-deket."

"Tapi ya Dara ada benernya sih ucapan sanca." Lusi mulai mengutarakan pendapatnya yang malah membuat Dara semakin kesal.

"Lo kok malah belain dia sih! Sama lo kayak Arda!" Dara mendengus kesal.

"Tapi emang benerkan? Coba deh lo sekarang jadi pacarnya Arda, lo pasti bisa ngeklaim dia kan kalau dia itu milik lo. Tapi kan nyatanya dia cuma sahabat lo."

"Ya gue sih tau perasaan lo gimana sekarang. Tapi itu konsekuensi yang harus lo terima. Lo berani mencintai ya lo harus berani sakit hati nantinya. Ingat ya Cinta itu bukan hanya memberikan kita kebahagiaan aja tapi juga sebuah luka." Nasehat Lusi panjang lebar.

Dara mulai berfikir kalau yang dikatakan Lusi itu benar adanya. Tapi dia juga merasa sakit hati.

"Gue merasa dihianati tau gak Lus. Apa bener adik kelas itu pacarnya Arda?" Dara menghembuskan nafas panjangnya dengan wajah sedih dan Lusi hanya menanggapi dengan mengedikkan bahunya. Tapi dia juga memberikan simpatinya.

"Tapi kalo bukan, kan seharusnya Arda bantah dong! Tapi tadi dia cuma respon gitu aja kan." Dara melampiaskan Kemarahannya kepada rumput yang ada di sekitarnya dengan menjabutinya.

Don't Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang