part#18 siapa?

13 2 0
                                    

"Kenapa yang jawab lo terus. Gue pengen Arda yang jawab kali ini." Pandangannya kini beralih ke Arda dengan alis yang terangkat satu. Menunggu respon dari Arda.

Awalnya Arda hanya diam dan Dara yang di sampingnya berharap lebih, apalagi setelah dia mengetahui bahwa Arda juga suka kepadanya. Namun setelah Arda memberikan ekspresi wajah yang santai barulah dia menjawab.

"Gue.... Gue itu sahabatnya Dara."

Dara yang mendengarnya hanya menghembuskan nafas pelan tanpa ada yang mengetahuinya dengan raut kesedihan. Namun seketika dia tutupi dengan senyum manisnya. Memang kenyataannya seperti itu.

"Iya. Gue sama Arda gak pacaran." Timpal Dara membuat tambah yakin.

Lusi yang mengetahui semuanya tentu saja dia bisa melihat kesedihan di raut wajah Dara yang di tutupi dengan senyum palsunya. Dia yang duduk di sebelah Dara hanya mengelus punggung Dara tanpa sepengetahuan siapapun. Dara yang merasakannya pun menoleh. Dia sangat berterimakasih sekali mendapat teman seperti Lusi.

Dan dilain mata. Disana juga ada yang dapat melihatnya, namun hanya berdiam diri. Mata itu adalah milik Derin.

Dara sempat menangkap tatapan Derin itu. Lalu dengan cepat tatapannya ia alihkan.

"Oh gitu ya." Kata Airin selanjutnya dengan mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum simpul.

"Trus kita kapan pesennya?" Tanya Kris dengan tidak sabar karena merasa perutnya sudah lapar.

"Lo kayak yang gak makan setahun aja kris." Jawab Derin.

"Ya habisnya. Niatnya kesini mau makan atau ngerumpi. Yaudah gue mau pesen makan dulu." Kata Kris lalu meninggalkan kursinya. Karena sudah merasa tidak sabar menunggu temannya untuk berhenti mengobrol.

Dan yang lainnya pun mulai mengikuti apa yang dilakukan oleh Kris. Kini si Dara telah selesai memesan dahulu karena dia hanya membeli minuman segar. Dan kini di meja tersebut hanya ada Dara dan Derin. Derin dari tadi hanya di situ tidak memesan apapun.

Dara yang melihat situasi menyanggungkan menurutnya, karena sejak tadi Derin memandangnya dengan aneh. Dia berusaha untuk menetralkan situasi dengan memulai obrolan sederhana. Siapa tau Derin menjadi menyenangkan seperti sebelumnya.

"Derin lo gak pesan makan atau minum?"

"Lo pasti sakit hatikan tadi?" Kata Derin dengan serius, Derin tidak menjawab pertanyaan Dara tapi malah memberinya pertanyaan balik. Sehingga membuat Dara mengernyit.

"Sakit hati? Maksut lo?" Jawab Dara pura-pura tidak mengerti dengan arah bicara Derin.

"Udahlah Dara. Gue tau kok kalo lo itu tadi sakit hati sama pengakuan Arda." Dara hanya diam tidak memberi tanggapan kepada Derin.

"Mending lo lupain Arda. Gue gak mau liat lo kayak tadi. " lanjut Derin sambil memajukan punggungnya tanpa mengubah posisi duduknya.

"Gue gak bisa." Kini Dara sudah membantah yang di ucapkan Derin. "Walaupun gue sering di sakitin." Ucapan Dara melemah pada kalimat akhirnya.

"Kenapa gak bisa? Masih banyak di luar sana yang mau sama lo. Lo sempurna Dara."

"Kenapa lo jadi maksa gini ke gue. Sejak kapan lo perhatiin gue." Dara mulai sedikit jengkel dengan Derin karena memaksanya untuk melupakan Arda.

"Sejak gue suka sama lo." Ucapan Derin tersebut langsung membuat Dara fokus kepadanya. Dara keget mendengar jawaban Derin tersebut.
Jadi Derin suka sama Gue. Sejak kapan?

Seperti mengetahui yang ada di pikiran Dara derin pun langsung berbicara. "Lo gak perlu tanya sejak kapan gue suka ke lo. Yang jelas gue pengen lo bahagia."

Don't Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang