part #19 hallo princess (b)

10 1 0
                                    

Belum sempat Dara sampai dia melihat tangan Airin seperti menghampiri tangan Arda. Dia sempat tercekat.

"Trus ini gimana?" Dara samar-samar mendengar suara Arda yang berbicara kepada Airin.

Kemudian dia memberanikan diri untuk mendekati mereka lebih dekat lagi. Dan di situ Arda membungkuk saat Dara ada di belakangnya.

"Arda, Airin." Panggil Dara dan Arda yang sempat membungkuk menegakkan posisi tubuhnya lagi. Dan Airin tadi fokus kearah tangannya dia menoleh ketika merasa namanya di panggil.

Saat Arda menegakkan lagi posisi tubuhnya. Disitu Dara melihat ada sebuah buku, Arda tengah memegang pena dan si Airin memegang penghapus. Dan saat itu juga Dara merasa lega.

"Dara, Derin. Kok bisa barengan?" Kata Airin dengan senyuman manisnya.

Dara mengangguk dan tersenyum, sedangkan Derin hanya tersenyum simpul. Lalu mata Dara melihati apa saja yang ada disitu. Ada buku, peralatan tulis dan ada sebuah roti bakar.

"Arda lagi ngapain lo?" Tanya Dara dengan senyumannya.

"Ini lagi bahas PR fisika gue." Katanya namun masih fokus dengan PRnya.

"Oh." Kata Dara.

"Dara itu apa di tangan kamu?" Tanya Airin sambil melihatinya dan Arda tidak menghiraukan sama sekali.

"Kue." Jawab Dara singkat.

"Airin. Udah aku bagi. Bener gak hasilnya?" Tanya Arda kepada Airin.

"Iya bener." Jawab Airin.

"Arda ini kue buat lo." Kata Dara sambil menyodorkan ke arah Arda. "Buatan gue yang pertama kali. Kamu makan ya." dengan tulus.

"Ternyata Dara bagi-bagi kue. Gue kira ngapain pada ngumpul di sini. Enak tuh kayaknya." Kata Kris yang tiba-tiba datang entah dari mana asalnya dan tangannya bergerak hendak mencomot kue yang ada di dalam kotak yang di pegang oleh Dara. Namun dengan cepat Dara menjauhkan dari jangkauan tangan Kris.

"Lo gak boleh makan. Ini itu khusus buat Arda."

"Ya elah pelit amat lo." Dara hanya menjulurkan lidah ke arah Kris.

"Arda." Kata Dara masih menyodorkan kotak yang berisi kue tersebut.

"Dara sorry. Gue lagi sibuk ngerjain PR fisika gue nih." Kata Arda lalu mengerjakan kembali.

"PR! Gue nyontek dong." Kata Kris dengan antusias.

"Enak ajah." Kata Arda sambil menutupi bukunya dari pandangan Kris.

"Ya elah. Sama pelitnya lo kayak Dara." Gerutu Kris. Dara yang mendengar namanya ikut-ikutan di sebut dia tak terima, dia membalas Kris dengan ejekan.

"Arda. Lo bisa kok ngerjain sambil makan." Tawar Dara masih menyodorkan kotak isi kue itu.

Dan si Airin masih sibuk mengajari Arda. Dan Derin hanya memperhatikan. sedangkan Kris menunggu keadaan lengah barulah dia ingin beraksi mencomot kue Dara.

"Duh Dara... Gue masih kenyang tadi gue udah makan roti bakarnya Airin." Tolak Arda sehalus mungkin tapi tidak sedikit pun dia menoleh kearah Kotak kue tersebut.

"Oh gitu ya. Ya udah gue taruh di belakang lo, di atas tas lo ya." Lalu menaruhnya.

"Hem." Hanya deheman dan anggukkan yang Dara dapatkan.

"Dara. Bukannya sekarang jadwal piket kamu ya. Aku lihat tadi di lembar jadwal piket kelas." Kata Airin mengingatkan dengan halus.

"Oh i..iya." Jawab Dara namun sebenarnya dia masih ingin disana.

Arda dan Airin saling berkonsultasi mengenai PR Arda. Sesekali Arda dan Airin bercanda. Katanya sibuk? Merasa di abaikan Dara tidak tahan melihat kedaan seperti ini. Dara pun beranjak dari sana. Derin yang melihat kepergian Dara mengikutinya dari belakang.

Saat merasa di tempat yang cukup sepi barulah Dara berhenti.

"Gue tau lo pasti sedih." Kata Derin yang sekarang sudah berada di belakang Dara. Dara yang mengetahui ada Derin dia segera menghapus air matanya.

"Siapa juga yang sedih." Kata Dara menyembunyikan kesedihannya dengan senyumannya. Padahal di dalam lubuk yang paling dalam. Dia tadi sangat sakit merasa di abaikan oleh Arda. Dia cemburu.

"Lo gak usah bohong sama gue. Lo sedihkan digituin."

"Gak kok. Ngapain gue sedih. Kan Arda tadi masih sibuk ngerjain tugas." Dara masih menyembunyikan sikap Arda yang memang membuatnya merasa sakit hati. Walaupun terlihat jelas di wajahnya ada kesedihan.

"Lo kok sabar sih nungguin orang yang gak peka. Ada gue disini yang udah pasti Cinta sama lo." Kata Derin sambil memegangi kedua lengan Dara.

"Maaf Derin. Kalo lo nyuruh gue buat ninggalin Arda dan milih lo. Gue gak mau. Karena lo belum tau kalo Arda juga Cinta ke gue." Sambil melepas lengannya dari tangan Derin.

"Apa Arda pernah ngomong langsung ke lo."

"Iya." Jawab Dara singkat jelas dan padat walaupun ada nada tegas. Awalnya Derin sempat terkejut, karena selama ini yang dia ketahui hanya Dara yang menyimpan rasa kepada Arda temannya.

"Tapi kalo emang.." Belum sempat Derin selesai mengucapkan perkataannya sudah di potong terlebih dahulu oleh Dara.

"Derin! Lo udah lupa, tadi lo bilang sendiri akan bersikap seperti biasa ke gue. Tapi ini apa." Dara sudah tidak suka dengan obrolannya dengan Derin. Apa lagi secara tidak langsung tadi Derin menyuruhnya untuk meninggalkan Arda. Padahal tadi dia bilang akan bersikap seperti biasanya.

Derin terdiam terlebih dahulu sebelum berbicara serius kepada Dara. "Iya, gue akan bersikap biasa dan berusaha sabar. Tapi jika gue ngeliat lo di giniin sama Arda, gue gak akan tinggal diam. Karena gue akan melangkah maju buat ngedapetin lo, bukannya nyakitin lo. Ingat ini baik-baik. "

Setelah mengucapkan kata-kata yang membuat Dara termangu Derin langsung meninggalkannya. Barulah Dara berani meluncurkan air mata di atas pipinya. Dia menutup matanya dengan kedua telapak tangannya. Dengan cepat menghapus air matanya.

Namun ternyata kejadian itu di pergoki oleh Lusi yang kini tengah bersembunyi agar tidak diketahui oleh Dara ataupun Derin.

Kenapa sih Dara. Padahal ada yang lebih perhatian ke lo. Tapi kenapa lo lebih milih Arda yang sering banget buat lo sakit hati. Gue rasa hati lo udah ketutup sama rasa Cinta lo ke Arda. Kasian juga si Derin. Kata Lusi dalam hati. Lalu barulah dia menghampiri Dara yang sudah tidak bersama Derin.

"Hei, Dara! Lo kenapa?" Tanya Lusi kawatir dia memutar pundak Dara agar bisa menghadap ke arahnya. Dia seperti baru datang karena terlihat tas yang masih di pundaknya.

"Gak kok gue cuma kelilipan." Alasan Dara agar Lusi tidak mengetahui mengapa dia sampai menangis.

"Oh. Ya udah Ayok. Kita ke kelas." Kata Lusi.

Padahal lusi tadi mengetahui semua yang sudah terjadi. Karena tadi saat tiba di sekolah dia tidak sengaja melihat dan mendengar semuanya.

Terkadang Cinta itu membuat kita buta dan tuli. Buta akan ketulusan dan tuli akan suara hati.

Terimakasih sudah mau membaca😊😘😚

Don't Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang