Part#11 sakit lebih lama

22 4 3
                                    

Sedangkan Dara yang kini tengah mengecek ponselnya berulang kali, menunggu kabar dari Lusi. Akhirnya satu buah line dari Lusi yang masuk di layar ponselnya.

Lusi:

Arda udah gue suruh nemuin lo. Barusan dia berangkat

Dara yang habis membaca line dari Lusi langsung mengambil posisinya dan memasukkan ponselnya di saku. Posisinya sekarang yaitu berada di bawah pohon dan dia membelakangi arah datangnya Arda nanti. Dia pun mulai membenarkan rambutnya yang terkena hembusan angin. Menggenggam tangannya sendiri dengan perasaan gugup.

Tap! Tap!

Suasana yang sepi dan tenang membuat suara langkah kaki yang bersentuhan dengan tanah terdengar. Sehingga membuat Dara semakin mempercepat detak jantungnya.

Arda cepet banget. Padahal barusan Lusi ngirimin gue line kalo Arda barusan aja berjalan ke sini.

Ketika Dara merasakan kalau Arda sudah dekat berada di belakangnya dia langsung mengungkapkan perasaannya tanpa menoleh kearah orangnya. Karena itu merupakan bagian dari rencana Lusi karena Dara tidak bisa mengungkapkan langsung dengan menatap atau melihat orangnya, maka dia di suruh untuk menghadap belakang.

"Gue suka sama lo. Gue Cinta sama lo, Arda." Orang yang ada di belakang Dara menghentikan langkahnya. Senyum di bibir Dara mulai terbentuk. "Gue udah punya perasaan kayak gitu ke lo udah lama banget. Tapi gue gak berani bilang ke lo. Dan sekarang gue udah berani buat nyatain apa yang gue rasa dan gue harap lo bisa terima perasaan gue." Setelah selesai mengutarakan isi hatinya Dara membalikkan tubuhnya. Seketika itu juga orang yang sejak ada di baliknya menatapnya penuh makna tidak ada keterkejutan di sana setelah mendengar semua penuturan Dara.

"Derin!" Dara yang mengetahui orang tersebut bukanlah Arda seketika itu juga dia memudarkan senyumnya. Dan wajahnya terlihat jelas ada keterkejutan disana.

Derin yang merasa bahwa dia dalam situasi yang salah. Dia mencoba untuk menetralkannya dengan senyum yang dia buat-buat, walaupun Dara melihatnya itu seperti senyum tulus.

Dara kebingungan untuk menjelaskannya kepada Derin. "Derin, tadi, apapun tadi yang lo denger itu bukan apa-apa kok."

Mendengar itu Derin merubah senyumannya menjadi senyum tulus. "Udah gak papa. Santai aja. Gue udah denger semuanya kok." Tangannya dia masukkan ke saku celananya.

Mau tidak mau Dara harus mengakuinya, apalagi Derin sudah mengetahuinya dari mulutnya sendiri ini.

"Lo denger semuanya?" Derin mengangguk. "Tapi lo jangan bilang kesiapa siapa ya Rin, terutama Arda." Dara memohon keada Derin. "Ya?!"

"Mmm," Derin belum memberikan jawabannya tapi Dara masih mencoba membujuk Derin dengan menyatukan kedua telapak tangannya kedepan memohon agar Derin tidak membocorkannya terutama kepada Arda.

"Pliese! Pliese!" Dara masih dalam posisi yang sama.

"Dara!" Suara panggilan dari seorang yang tak cukup jauh dari mereka, sehingga membuat Dara yang dipanggil dan Derin melihat kearah asal suara.

Arda yang kini sudah berlari kecil menghampirinya. Setelah sampai dia langsung menatap Dara dan Derin secara bergantian.

"Lo ada di sini Rin?" Derin mengangguk dan tersenyum.

"Sejak tadi?" Tanya Arda lagi.

"Gk kok baru aja."

"Ngapain?" Tanya Arda sekali lagi.

Dara masih memberikan tatapan yang sama kepada Derin saat derin meliriknya sebentar.

"Gak ada sih. Tadi gue cuma lewat aja. Trus liat Dara disini, sendiri. Trus gue samperin." Jawab Derin santai sebenernya dia masih memikirkan peristiwa tadi yang sengaja tidak dia ikut sertakan dalam jawabannya untuk Arda itu. Dara yang mendengarnya pun lega.

Don't Forget MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang