______1

984 133 10
                                    

Seorang gadis tengah berlarian menyusuri jalanan trotoar untuk menghindari hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya. Ia sama sekali tidak mengantisipasi hujan hari ini, karena tadi pagi disaat dirinya berangkat kuliah pun langit begitu sangat cerah, ia tidak membawa payung. Intinya, begitu.

Mungkin disaat hujan begini banyak orang yang sama seperti dirinya, tidak bisa mengantisipasi cuaca hari ini dan lebih memilih berteduh agar tidak kehujanan, bisa saja dirinya melakukannya dan tidak memilih menerobos hujan begini. Tapi, ia harus sampai ke suatu tempat dan tidak boleh terlambat. Ya, dirinya akan menemui seseorang.

Disaat dirinya sibuk berlari menerobos hujan, tiba-tiba dari arah berlawanan ada yang menabraknya sampai membuat tas slempangnya jatuh dan berhamburan membuat isinya keluar semua.

"Ya tuhan.." pekik gadis itu dan langsung berjongkok.

"Maaf, aku tak sengaja.." seorang lelaki yang menabraknya tadi pergi meninggalkannya begitu saja tanpa membantuNya.

Gadis itu menghela nafas, lalu cepat membereskan barangnya kedalam tasnya dan kembali melanjutkan jalannya menuju tujuannya.

"Maaf, apakah aku terlambat?.." ucapnya dengan suara ngos-ngosan.

Seorang lelaki muda yang sedari tadi menunggunya dikafe ini menatap penampilan gadis itu dari ke atas sampai ke bawah. Rambut panjangnya berantakan dan basah, lalu bajunya juga demikian. Tapi yang membuat lelaki itu tertegun adalah, kancing kemeja birunya yang terbuka dua dari atas sehingga memperlihatkan sedikit beha-nya.

"Apa kau kim umji?.." tanyanya mengalihkan perhatiannya dari dada gadis itu.

Gadis bernama umji itu mengangguk, lalu merapikan rambut dan-- kemejanya. Ia sedikit terkejut disaat tahu dua kancingnya terbuka, reflek tangannya bergerak lihai mengancingkannya.

"Kau-- park woojin kan? Dari SMA Wanna one.."

Woojon mengangguk, "benar, kau lama sekali. Aku sudah menunggumu dari tadi.." semburnya kesal.

Umji menghembuskan nafasnya, "maaf, hari ini aku lupa bawa payung dan harus menerobos derasnya hujan."

Woojin diam-diam memerhatikan umji, memang sepertinya ia tidak berbohong, terbukti dengan betapa berantakannya penampilan gadis itu. Tapi yang woojin tak percayai, apakah gadis ini benar-benar guru lesnya? Dia-- terlihat lebih muda darinya, jangan-jangan gadis ini penipu.

"Maaf, tapi apakah kau benar-benar umji, guru les itu?.."

Umji mengernyit, "jadi kau tidak percaya jika aku guru lesmu?.."

"Kau terlihat lebih muda dariku dan kau juga lebih pendek dariku.."

"Hey, kau sudah melanggar kode etik seorang murid. Bagaimana mungkin kau mengataiku begitu?.."

"Akhir-akhir ini banyak sekali penipu berkeliaran, bisa saja kau--

"Heh, sudah mengataiku dan sekarang kau menuduhku penipu? Hey, aku memang kim umji. Dan apa kau Bilang tadi? Lebih muda darimu? Aku ini seorang mahasiswi semester tiga.."

Woojin terkekeh, "kau? Tidak mungkin.."

Umji meniup poninya, "jangan memBuang waktu, apa yang harus kulakukan agar kau percaya jika aku ini memang guru lesmu?.."

"Beri aku bukti, seperti ktp misalnya.."

"Baiklah.." umji mencari dompet didalam tas slempangnya, namun disaat ia terus mengacak-acak isi tasnya, tak ada dompet disana.

Umji kelabakan, dompetku dimana?

Ia terus mencari sampai mengeluarkan semua isi tasnya yang hanya berisi beberapa buku dan ponsel.

Woojin terkekeh, "jangan bilang kau melupakan dompetmu.."

"Dompetku hilang.." pekiknya kesal.

"Alasan. Itu hanya aliBimu saja kan.."

Umji mengacak rambutnya, "aku tidak bohong, dompetku hil-- ah sial. Pasti lelaki misterius tadi. Copet sialan.." umpatnya kesal.

Woojin menggelengkan kepalanya, "sudahlah, jangan banyak drama. Penipu ulung sepertimu, mudah ditebak.."

Umji menggeram kesal, "sudah berapa kali aku bilang. Aku Bukan penipu, aku umji. Guru lesmu.."

"Mengaku saja apa susahnya sih? Hey, anak kecil. Dimana rumahmu, kau SMP kelas berapa? Jangan berpakaian seksi begini, akhir-akhir ini banyak pedofil diluar sana.."

"Hey. Aku lebih tua darimu.."

Woojin berdecak. "Ck.ck. jangan mengelak lagi, aku tak akan mengadukan ini pada mamaku. Tenang saja, lebih baik kau pulang ya.." memberi beberapa lembar uang.

Umji terbelalak, "apa ini?.."

"Anggap saja sebagai bayaran aktingmu yang keren karena kehilangan dompet. Dan oh iya, payudaramu oke juga.." kekehnya dan pergi dari sana.

Umji berdecak, "apa kau bilang? Hey. Beraninya kau berkata seperti itu pada orang yang lebih tua darimu. Hey.."

Umji menutup wajahnya kesal. "Sudah dianggap anak smp, dituduh penipu dan dilecehkan, anak ingusan itu..auhh.. dan lebih sialnya, dompetku dicopet!!!!! Copet sialan!!!..." Teriaknya kesal.



***







"Kau tidak jadi masuk les?.."

Woojin menggeleng, "guru lesnya tidak datang, yang datang malah anak smp yang berdandan tidak sesuai usinya.."

"Huh? Jangan-jangan itu guru lesmu.."

Woojin menatap temannya, "jihoon, jangan mengarang. Guru lesku kutebak sudah tua dan bau bawang bombay. Bukan anak kecil seperti itu, jika kau tahu bagaimana mungilnya dia. Kau pasti sependapat padaku.."

"Dan kau meninggalkannya sendirian disana?.." tanya daniel.

Woojin mengedikkan bahunya, "ya mau bagaimana lagi? Ketimbang ditipu anak kecil.."

"Jika mamamu marah bagaimana?.."

"Masih banyak 1001 jurus alasan yang kupunyai. Lagian aku juga malas ikut les.."

"Wah, kau benar-benar.."

"Keren, kan?.." ucap woojin percaya diri.

Daniel dan jihoon saling menatap dan menunjukkan ekspresi ba-gai-mana mungkin kita bisa memiliki teman senarsis dia . Tentu saja woojin tahu dengan ekspresi jijik kedua temannya, tapi ia tidak peduli. Karena dia  berkata apa adanya jika dirinya memang keren dari lahir.









Pendek ya? Iya😂

Next gak nih?

Selamat membaca..







(Completed)I Love You, Noona | Umji x WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang