Umji mengerjapkan matanya beberapa kali ketika ia merasakan wajahnya sengaja diciprati air. Kepalanya berdengung pusing, namun ia memaksakan arah pandangnya untuk melihat siapa yang sudah melakukan hal itu. Matanya membulat mengetahui siapa pelakunya.
"Kau? Sohye kan? Teman woojin?" tebak Umji mengingat-ingat nama seorang gadis yang berdiri tepat didepannya sambil membawa segelas air yang ia gunakan untuk menyipratkan padanya tadi.
Gadis itu tersenyum miring, "Hai, jalang. Apakah tidurmu nyenyak, humm?"
"Ya! Bagaimana mungkin kau bersikap kurang ajar padaku--"
Byurrr!
Kalimat Umji terpotong karena Sohye melemparkan isi air didalam gelas tadi seluruhnya tepat mengenai wajah Umji. Tentu saja wanita itu begitu shock, sekaligus tidak mempercayai Sohye bisa bersikap berlebihan seperti itu. Karena tangannya ditali, Umji menggeleng-gelengkan kepalanya agar air yang membasahi wajahnya sedikit berkurang. Kemudian ia menatap Sohye tajam.
"Apakah kau gila? Apa masalahmu?!"
Sohye menarik dagu Umji dan mencengkramnya kuat, "Masalahku adalah aku tidak suka kau menjadi kekasih woojin! Dia milikku!"
Mata Umji membulat, kemudian ia berdecih.
"Ah, jadi kau begini karena woojin? Ini sudah tahun 2019, mengapa kau belum bisa move on? Dia masa lalumu!" Jawab Umji berani.
"Tutup mulutmu, jalang atau kuremukkan dagumu sampai hancur!" ancam Sohye terlihat tidak main-main.
Umji yang merasa terintimidasi dengan kata-kata Sohye akhirnya memilih diam. Bagaimana tidak? Ia tidak bisa melawan karena kedua tangannya diikat kuat. Pikirannya pun langsung melayang kepada Woojin.
Coba saja ia tadi menuruti akan diantar-jemput lelaki itu, mungkin dirinya tidak akan berakhir disini..
Woojin, apakah kau mencariku? Batinnya.
Sohye melepaskan cengkraman tangannya pada dagu Umji karena wanita itu yang berangsur diam. Namun tatapannya masih menyorot tajam.
"Aku mengajukan penawaran untukmu karena aku masih mau bersikap baik padamu." Jelas Sohye serius.
"Kau kuberi dua pilihan. Pertama, Jauhi Woojin dan pergilah dari hidupnya selamanya lalu kau akan tetap hidup. Kedua, kau mau mencari mati karena tidak memilih pilihan nomor 1. Bagaimana?"
Umji berdecih, "Ya! Dua hal itu kau sebut pilihan? Bagaimana mungkin kau sepengecut itu?"
"Hidup dan matimu ada ditanganku! Jangan banyak bicara!"
Umji membalas tatapan mata Sohye berani, "Bagaimana jika aku tidak memilih keduanya?" Jawabnya berani.
"Wah! Ternyata nyalimu besar juga ya?" Takjub Sohye, kemudian ia menepuk kedua tangannya ke atas dan tiba-tiba pintu ruangan itu dibuka dari luar dan seseorang muncul bersama sebuah pistol ditangannya.
Sohye benar-benar tidak main-main dengan ucapannya. Pistol itu kini beralih tangan pada Sohye.
"Aku memberimu satu kali kesempatan lagi. Dan masih dengan pilihan yang sama. Jika aku jadi kau, aku akan memih menyayangi hidupku." usul Sohye yang artinya menekan Umji agar memilih pilihan nomor 1.
Lagi-lagi decihan tercelos keluar begitu saja dari mulut Umji, wanita itu memandang Sohye remeh.
"Tapi sayangnya aku bukan kau. Aku tak memilih apapun, meskipun aku harus mati sekalipun. Aku mencintai woojin." tegasnya.
Sohye nampak marah, ia menarik dagu Umji lagi.
"Kau meremehkan ucapanku?!" cicitnya.
"Tembak aku kalau berani?!" tantang Umji.
"Baiklah! Jika itu maumu. Kalau tau begitu, lebih baik kubunuh dari tadi saja kau agar Woojin lebih cepat menjadi milikku tanpa membuang-buang waktu lebih lama!"
Sohye mengarahkan moncong pistol ke arah dahi Umji, jari telunjuknya bersiap menarik pelatuk pistolnya.
"Katakan salam perpisahan untuk Woojinku."
Umji meneguk ludahnya susah payah, jika ia memang mati hari ini. Umji sama sekali tidak menyesal, karena didetik-detik terakhirnya ia mencintai pria yang juga mencintainya.
Woojinie, Aku mencintaimu sampai kapanpun bahkan sampai akhir hayatku. Aku tidak pernah menyesal dengan apa yang sudah kita lalui. Terima kasih sudah selalu mengisi hariku dengan kebahagiaan. Terima kasih juga sudah mencintaiku dengan tulus. Batinnya.
Dan kemudian terdengar suara keras memekik diruangan itu.
Dor! Dor!
Brukkk!
Tubuh Sohye jatuh ke atas lantai disaat beberapa polisi menembak kakinya.
Dia terlihat meringis kesakitan, sementara Umji benar-benar merasa terkejut karena tiba-tiba Woojin datang bersama beberapa polisi.
Woojin terlihat sangat khawatir, "Sayang, apakah kau terluka?" Tanyanya panik.
Umji menggeleng, "bagaimana kau bisa ada disini?"
Kepala woojin menggeleng, "kita bisa bahas nanti. Sekarang kita ke rumah sakit." ucap woojin melepaskan ikatan tali ditangan Umji.
Kemudian lelaki itu membopong tubuh Umji keluar dari sana menuju mobilnya yang kemudian melaju cepat membelah jalanan kota Seoul.
Selama perjalanan, suasana hening menggiring mereka sampai tiba di rumah sakit. Woojin lagi-lagi membopong Umji dengan mudah dan membawanya ke ruang IGD sambil meminta bantuan dokter yang bertugas.
"Siapapun! Tolong, pacarku!" teriaknya.
Umji menahan senyum melihatku, "Aku baik-baik saja--"
"TIDAK! AKU TIDAK AKAN PERCAYA SEBELUM KAU DICEK KEADAANMU OLEH DOKTER!" bentak woojin dengan ekspresi berbeda seperti bukan lelaki itu yang biasanya.
Setelah diangkat ke atas brangkar, Umji termangu memikirkan perubahan sikap woojin.
Ada apa dengannya?
I'm backkk... Siapa yang merindukan ff ini?
Shawing!

KAMU SEDANG MEMBACA
(Completed)I Love You, Noona | Umji x Woojin
Fiksi PenggemarKim umji menerima sampingan kerja dengan gaji lumayan disela-selanya kuliah sebagai guru les. semua berjalan dengan baik disaat ia harus mengajar siswa SMA yang mendaftar padanya, namun tiba-tiba semua yang awalnya baik-baik saja berubah menjadi rum...