____19

473 81 6
                                    

"selamat sore, bisa saya bantu?" Sapa ramah wanita paruh baya itu.

Woojin menunjukkan senyum ramahnya, "aku ingin membeli bunga, bibi."

"Begitukah? Silahkan dilihat-lihat.."

Woojin mengangguk, kemudian ia melihat deretan bermacam-macam bunga yang diketahui maupun tidak diketahui namanya.

Saat ia sibuk memilih, sebuah bunga berwarna mencolok menarik perhatiannya.

Saat ia sibuk memilih, sebuah bunga berwarna mencolok menarik perhatiannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bibi, aku ingin membeli bunga ini." Tunjuk woojin pada pemilik toko.

Wanita itu nampak tersenyum, "baiklah, tunggu sebentar."

Dan dia mulai merakit bunga itu setangkai demi setangkai dan akhirnya membentuk satu buket bunga yang indah.

"Berapa?" Tanya woojin.

Si pemilik toko nampak menggeleng, "tidak usah. Semoga hubungan kalian abadi sampai maut yang memisahkan."

Woojin nampak terkejut akan ucapan bibi itu, kemudian ia mengangguk.

"Terima kasih."

Dan woojin pun keluar dari toko itu dan menghubungi seseorang.

"Halo?"

Terdengar bunyi luapan rasa kantuk dari sebrang sana dan hal itu membuat woojin tersenyum.

"Kau baru saja bangun tidur? Apakah aku mengganggumu?"

"Tidak. Aku tadi ketiduran karena mengerjakan tugas. Ada apa?"

"Bisakah kita bertemu?"

"Kapan? Sekarang?"

Woojin melihat buket bunga itu, "iya. Sekarang."









Umji nampak sibuk memilah-milah pakaian apa yang pantas digunakannya untuk menemui woojin. Ya, lelaki itu mengajaknya bertemu. Padahal ini bukan pertemuan pertamanya dengan woojin namun dirinya merasa harus berpenampilan bagus setiap menemuinya.

"Ah. Apa-apaan ini? Mengapa tak ada baju yang cocok?"

Umji pun terus memilih-milih dan akhirnya menemukan pakaian yang pas untuknya.

Umji pun terus memilih-milih dan akhirnya menemukan pakaian yang pas untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Bagus tidak ya? Semoga woojin menyukai penampilanku.." ucapnya sembari bercermin, tak berapa lama ia menutup kedua pipinya.

"Ah. Apa yang baru saja kukatakan?" Malunya.

Umji pun segera mengambil tas Selempangnya dan bergegas pergi menemui woojin.




Woojin sedang berada di mobilnya, ia menunggu umji yang katanya sudah akan turun dari apartemennya.

Dengan perasaan antusias seperti biasanya, ia terus melihat ke arah pintu masuk apartemen umji sembari menyiapkan bunga edelweis yang ia beli di toko bunga tadi.

"Kata si pemilik toko, bunga ini melambangkan cinta yang abadi."

Woojin tersenyum, "aku berharap cinta kita abadi, umji."

Dan lamunannya terhenti ketika seseorang mengetuk-ngetuk kaca mobilnya.

Woojin melebarkan senyumnya ketika mendapati umjilah pelakunya.

Ia pun segera membukakan pintu dan wanita itu masuk.

Seperti biasa, dia selalu cantik dan membuatnya terpesona.

"Kita mau kemana?" Tanya umji mengusir keheningan.

Woojin gemas, ia mengacak rambut umji dan hal itu membuat umji bersungut-sungut kesal.

"Hei, hentikan.."

Woojin terkekeh dan menunjukkan bunga yang dibelinya tadi.

"Ini.."

Umji terkejut, "eldewis? Kau membelikan bunga eldewis untukku?"

"Kau tahu nama bunga ini?"

Umji mengangguk, "tentu saja, bunga ini memiliki makna yang sangat mendalam."

"Benar. Wah, ternyata kekasihku sangat pandai." Ucap woojin bangga.

Dan mereka pun melaju pergi dari sana menuju ke suatu tempat yang woojin rahasiakan.

"Sebenarnya kita akan kemana sih?"

"Nanti kau juga akan tahu."

Umji tercengang setelahnya ketika mereka tiba di sebuah pemakaman.

"Woojin?"

Woojin tak berkata-kata, ia turun lebih dulu dan memutari mobil untuk membukakan pintu untuk umji.

"Turunlah." Ajaknya.

"Bunga--

"Kau boleh membawanya, tapi untukmu. Yang disana, aku sudah menyiapkan bunga yang lain."

Umji diam, ia menuruti perintah woojin dan mengikutinya saja. Langkah mereka berhenti pada sebuah batu nisan bertuliskan "Park Chanyeol"

"Selamat sore, papa." Sapanya.

Umji terdiam, ia seperti melihat sisi woojin yang lain yang selama ini tidak pernah dilihatnya.

Woojin menatap umji dan menyuruhnya berjongkok, "pa, woojin dulu pernah bilangkan? Kalau woojin sudah menemukan seseorang yang woojin cintai, woojin akan menunjukkannya pada papa."

Hati umji menghangat, ia merasa terharu.

"Pa, meskipun mama tidak merestui hubungan kami. Tapi woojin tidak bisa meninggalkan umji pa, woojin terlalu mencintainya. Apakah woojin salah?"

Umji mengusap bahu woojin karena lelaki itu nampak mulai menitikkan air matanya. Jika ada yang bilang lelaki tak boleh menangis itu salah, mereka begitu karena itu adalah satu cara bagi mereka untuk menghancurkan kegelisahannya. Namun, intensitas rasa kesensitifan para pria tidak sesensitif para wanita.

"Woojin--

Woojin menoleh sembari mengusap air matanya, "maaf, aku menangis."

"Tidak apa-apa, keluarkan kegelisahanmu selama ini."

Woojin tersenyum, lalu kemudian beralih menatap lisan papanya.

"Pa, woojin tidak salah pilih wanita kan? Dia sempurna. Dia begitu sempurna."






Pendek yang penting update. Vomment dong biar semangat update akunya😋

Happy reading...

(Completed)I Love You, Noona | Umji x WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang