______13

426 93 7
                                    

Besok lusa, woojin akan menghadapi ujian akhir sekolah. Jadi, hari ini adalah hari terakhirnya mengajari lelaki itu.

Namun, sudah satu jam menunggunya. Lelaki itu tidak kunjung memperlihatkan batang hidungnya tidak seperti biasanya yang berangkat lebih awal darinya.

Ya, semenjak insiden tiga hari yang lalu, dirinya dan woojin memang benar-benar berpacaran. Lelaki itu selalu bersikap seperti anak kecil setiap ada didekatnya.

Jika mengingatnya, pasti dirinya akan geleng-geleng kepala sendiri. Tak berapa lama, lonceng pintu kafe itu berbunyi. Reflek umji langsung menoleh berharap jika yang datang adalah woojin.

Tapi dugaannya salah, bukan woojin yang datang namun mama woojin dan teman gadis woojin waktu itu.

Ia mengernyit bingung, "mrs. Park?"

Sepertinya, mereka akan datang menemuinya karena kini berjalan mendekatinya.

"Mrs. Park?" panggilnya sekali lagi.

Entah mengapa, umji merasa perasaannya tidak enak. Terlebih lagi saat wanita itu menunjukkan wajah sengit padanya tak seperti biasanya yang ramah.

Plak!

Mata umji membulat, ia bisa merasakan rasa perih pada pipinya setelah mama woojin menamparnya keras.

"Mrs. Pa--

"Dasar wanita jalang! Mengapa kau bersikap murahan pada anakku? Aku membayarmu untuk mengajarinya les, bukan yang lain-lain!"

Umji mengernyit, "mrs. Park, maksud anda apa? Aku tida--

"Jangan berpura-pura tidak tau! Sekali jalang tetaplah jalang!" sambung sohye.

Umji menatap tidak percaya ke arah sohye, bagaimana gadis itu mengatakan suatu hal yang tidak sopan padanya.

"Jangan asal bicara ya! Aku dan woojin tidak melakukan apapun!"

"Bohong! Memangnya malam itu aku tak melihat kau dengan woojin berciuman? Kau dulu kan yang menggodanya?"

Umji terdiam, berciuman?

Seketika ingatannya akan hal momen mengejutkan yang di ciptakan woojin yang tiba-tiba menciumnya kembali masuk kedalam pikirannya.

"Mengapa kau diam? Dasar wanita jalang!" teriak lantang mama woojin sembari mendorong bahu umji sehingga wanita itu terdorong beberapa langkah ke belakang.

"Bagaimana mungkin wanita jalang sepertimu dijadikan sebagai guru les? Sudah berapa banyak murid yang kau lecehkan?"

Umji menunduk, ia meremas kuat tangannya.

"Mrs. Park dan kau gadis yang masih SMA. Kalian orang berpendidikan kan? Mengapa sikap kalian tidak beradab begini?"

Mata kedua wanita beda generasi itu sama-sama membulat merasa tidak terima dengan ucapan umji, "dasar kau--

Mama woojin akan menampar pipi umji lagi, namun tangan umji menahannya.

"Apa anda pikir, aku akan membiarkan anda menginjak-nginjak saya yang tidak salah? Jika memang saya salah? Apa anda memiliki bukti kuat?"

"Beraninya kau!"

"Jika memamg anda sekolah, tentu anda tau. Bukan hanya bicara yang dibesarkan, tapi bukti."

Mama woojin melepas paksa tangannya, lalu menatap sohye dan beralih ke umji lagi.

"Apa kau pikir sohye membohongiku? Aku sudah mengenalnya lama darimu. Jadi aku lebih mempercayainya."

Umji menarik sebelah alisnya lalu terkekeh.

"Mrs. Park! Mungkin kau tau makna dari kata-kata ini. Setiap jam, menit bahkan detik. Hati manusia bisa berubah. Permisi!"

Umji mengambil tasnya dan berlalu dari sana meninggalkan mama woojin dan sohye.

**

Darr! Darr!

"Mama! Keluarkan aku dari sini! Mama!"

Woojin berusaha terus mendobrak dan memukul-mukul pintu kamarnya agar mamanya membukanya. Ia tidak mengerti, mengapa mamanya melakukan hal ini padanya. Padahal hari ini adalah hari terakhirnya diajari oleh umji.

Ia juga berencana akan mengajak wanita itu pergi selepas les namun sepertinya, masalah menghampirinya.

Ia berdecak, "mengapa mama begini?"

Lalu ia membuka pintu balkonnya dan melihat kebawah.

"Apa aku harus nekad turun dari sini?"

Kepalanya menggeleng, tentu saja ia tidak ingin melakukan suatu hal nekad yang bisa mengorbankan nyawanya.

Niatnya menemui umji bisa saja beralih ke rumah sakit atau mungkin malah kuburan.

Woojin bergidik ngeri, namun ia sangat ingin menemui umji.

Tak berapa lama, sebuah mobil berwarna hitam memasuki gerbang rumahnya.

Woojin tau, itu adalah mamanya. Ia berniat memanggilnya, namun hal itu diurungkannya karena seorang gadis keluar mengikuti mamanya dari dalam mobil.

"Sohye?" ucapnya tak percaya.

"Terima kasih atas informasinya sohye, meskipun wanita itu mengelak. Tapi aku memercayaimu."

Sohye nampak tersenyum, "terima kasih tante, aku begini karena aku tidak ingin woojin dimanfaatkan oleh wanita itu."

Mama woojin nampak mengangguk setuju, "iya, kau benar. Sekali lagi terima kasih."

Sementara itu, sebelum ketahuan ia menguping pembicaraan mamanya sohye. Woojin buru-buru masuk kedalam kamarnya kembali.

Ia mengepalkan tangannya kuat, "sohye benar-benar keterlaluan!"

Woojin menarik napas dalam, "noona, apakah mama tadi melukaimu?"

Hei, aku balik lagi. Keknya emang udah gak ada yang tertarik sama ff ini ya? Buktinya pada ngilang. Tapi yaudah, yang masih setia vomment makasih.😘

(Completed)I Love You, Noona | Umji x WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang