_____17

538 84 12
                                    

Warning Rated 18+⚠️
Adegan berunsur dewasa!



Woojin mengikis jarak antara dirinya dan umji dengan menempelkan bibirnya pada bibir wanita itu.

Umji yang merasakan benda kenyal itu membelai bibirnya hanya bisa terdiam kaku dengan menggenggam erat punggung woojin.

Woojin yang dengan pelan merebahkan tubuh umji ke atas ranjang dan mencecap permukaan bibir milik wanita itu, decapan demi decapan terdengar nyaring diruang itu.

Ditambah alunan nafas tak beraturan karena gelora menggebu dari pria itu. Lalu, woojin meminta umji untuk membuka bibirnya agar dirinya bisa mengeksplor langit-langit mulut wanita yang lama tidak ditemuinya itu.

Umji yang tak mahir dalam berciuman masih berbaring kaku dalam kungkungan tubuh woojin yang menindihnya.

Lenguhan mencelos dari bibir umji karena woojin yang tanpa permisi meremas dadanya.

Dengan pelan woojin melepas ciuman itu dan menatap dalam mata umji, wanita itu nampak terengah-engah berusaha menghirup udara banyak-banyak karena tautan bibir yang memakan waktu lama barusan.

Woojin tersenyum, lantas kemudian ia menempelkan bibirnya pada dahi umji cukup lama.

"Bolehkah aku?" Ucapnya meminta persetujuan.

Umji nampak menatap woojin ragu, kemudian ia mengangguk pelan.

Woojin tersenyum, kemudian ia kembali menutup jarak Antara dirinya dan umji dengan kembali mencecap bibir tipis wanita itu.

Hari ini, ia ingin memiliki umji seutuhnya. Ia sangat menginginkan wanita itu lebih dari apapun. Dirinya sangat mencintai umji.

**





"Jadi, kau kemari untuk membawa umji ke kota kembali?" Tanya papa umji.

Woojin melirik umji yang terus menunduk, kemudian ia mengangguk mantap.

"Benar, paman. Saya akan membawa umji Noona kembali ke kota."

Papa umji menoleh ke arah istrinya yang terlihat tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Ya, mama umji dari awal memang sangat berharap umji dan woojin bersatu. Dulu umji menolak mentah-mentah hal itu dan setelah melihat kenyataan ini, dirinya senang bukan main.

"Pa, izinkan woojin membawa umji kembali ke kota. Dia harus melanjutkan kuliahnya. Bukankah begitu umji?"

Umji menoleh kaku pada mamanya, kemudian ia mengangguk pelan.

"I-iya."

Papa umji nampak menarik napas dalam, "baiklah. Kau boleh kembali ke kota. Tapi, kau harus berjanji pada papa untuk tidak kembali dalam keadaan sedih tanpa alasan seperti kemarin."

Umji mengangguk, "iya pa. Terima kasih." Lalu menatap woojin yang tersenyum kearahnya.

Umji menarik sebelah alisnya dan seakan bertanya "apa?" Namun woojin nampak menahan senyum dan hal itu malah membuat kedua pipinya memerah.

Dirinya jadi mengingat kejadian tadi siang dimana untuk pertama kalinya ia menyerahkan mahkota keperawanannya pada pria itu.

Setelah mengobrol dan berpamitan, pagi-pagi buta dirinya dan woojin kembali ke kota Seoul.

"Apa kau lelah?" Tanya woojin yang melihat umji terus diam sejak dari kampungnya.

Umji menatap woojin dan menggeleng, "tidak."

Pria itu kembali tersenyum dan tiba-tiba pipi umji kembali berwarna merah seperti tomat busuk.

Woojin yang mengetahui itu terkekeh, "kau sedang memikirkan apa sih? Mengapa pipimu bisa berubah warna seperti itu?"

Reflek umji memegangi kedua pipinya, "apa? Tidak. A-aku tak memikirkan apapun."

Woojin menggeleng-gelengkan kepalanya, "aku paham, sayang." Lalu tanpa dugaan mengacak Surai rambut milik umji.

"Apa-apaan sih?"

"Apa?"

Umji berdecak, "menyebalkan."

"Tapi sayangkan?"

"Apa? Siapa?" Elak umji.

Woojin menunjukkan senyum gingsulnya, "mungil Noona."

"Berhenti memanggilku mungil."

"Daripada kupanggil anak SMP? Lebih pilih mana?"

"Tidak keduanya."

"Harus memilih salah satu. Anak SMP? Atau mungil Noona?"

"Sudah kubilang aku tak suka dipanggil keduanya."

"Tapi aku suka. Bagaimana?"

"Terserah." Ucap umji mengalah dan hal itu membuat woojin begitu gemas pada umji, jika saja dirinya tak sadar kini tengah menyetir, mungkin sekarang dirinya sudah menarik umji kembali ke atas ranjangnya. Hihi.



Happy reading!

(Completed)I Love You, Noona | Umji x WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang