_______24

414 40 3
                                    

Umji mengerjapkan kedua matanya beberapa kali ketika kesadaran mulai menguasainya. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan ini dan langsung mengenalinya diikuti sekelabat bayangan sebelum ia jatuh pingsan. Ya, ia pulang ke apartemennya dan menemui mamanya mengenai kandungan sialan ini.

"Ini semua gara-gara kau, janin sialan!" umpat Umji kesal.

Mama Umji yang awalnya berada di ruang tamu langsung bergegas masuk ke kamar putrinya setelah mendengar suara umji.

"Kau sudah siuman?" tanyanya.

Umji menatap mamanya sebentar lalu membuang mukanya. Mama Umji menghela nafas mengetahui itu, lalu melangkah mendekati putrinya.

Tangannya terulur mengusap lembut rambut umji dengan sayang, "aku tadi sudah menelpon woojin, dia akan kemari untuk menjemputmu."

Mendengar itu seketika Umji menatap mamanya marah, "Apa? Mama menelpon woojin? Aku tidak mau bertemu dengannya!" ucap Umji ketus.

"Sayang, kau harus pulang--"

"Aku sudah di apartemenku sendiri, ma!"

"Umji, lihat mama." titah mama umji, namun umji tidak mengindahkannya karena ia tahu mamanya itu pasti akan menasehatinya habis-habisan. Saat ini ia dalam mode tidak mau dinasehati sama sekali. Terlebih lagi jika mamanya menasehatinya karena ada sangkut pautnya dengan kehamilannya.

"Umji, kau sudah dewasa nak. Bukankah kau mencintai woojin?"

Umji membuang nafas kasar, "Tentu saja aku mencintainya."

Mama umji tersenyum, lalu mengusap surai rambut putrinya kembali.

"Jika kau mencintai woojin, maka kembalilah padanya. Mama tahu pasti rasanya sulit menerima kenyataan kalau kau hamil lebih cepat tanpa perencanaan, tapi hei, janin yang berada di kandunganmu itu adalah buah cinta antara kau dan woojin. Kau tidak bisa mengelaknya karena Tuhan yang berencana, aku yakin pasti Tuhan memiliki rencana yang indah untuk kalian berdua."

Umji sedikit melunak mendengar nasehat mamanya, ucapan mamanya ada benarnya. Mungkin Tuhan memang memiliki rencana yang indah untuk kehidupannya dengan woojin. Jadi, apakah dirinya harus mulai bisa menerima kehadirannya? Umji mengusap lembut perut ratanya dan tersenyum tanpa sadar ketika merasakan perasaan yang sulit untuk dijelaskan.

Ada bayangan ia dan woojin tersenyum bahagia bersama calon anaknya, memikirkan itu sudah membuatnya senang setengah mati. Ya, seharusnya ia senang karena sebentar lagi little woojin akan lahir ke dunia ini untuk memperlengkap kehidupan mereka. Tapi masalahnya, woojin belum melamarnya untuk dinikahi. Ekspresi wajah umji berubah sedih, ia sudah menunggu lamaran pria itu selama 4 tahun lebih dan tidak ada tanda-tanda jika pria itu akan menikahinya.

"Sayang!!" teriakan woojin dari luar kamar membuat mama umji tersenyum ke arahnya.

"Dia sudah datang." dan setelahnya pintu kamar itu terbuka dan pelakunya siapa lagi kalau bukan woojin yang kini langsung memeluk umji erat.

"Astaga, aku mengkhawatirkanmu sayang. Mengapa ponselmu tak bisa dihubungi?"

"Batreiku habis, jadi ya-- aku kemari karena ingin menchargernya sekaligus mengunjungi mama."

Woojin menghela nafas, "jangan ulangi lagi ya, aku takut kau meninggalkanku." ucapnya mengutarakan ketakutannya.

Umji mengusap rambut woojin pelan, "iya, aku tidak akan meninggalkanmu." wanita itu memandang mamanya yang juga tengah menatapnya, mama umji mengangguk lalu keluar dari kamar itu.

Umji menghela nafas pelan, "sayang, ada yang ingin aku bicarakan."

Woojin tersenyum menunjukkan gigi gingsulnya dan membelai rambut umji sayang, pria itu menebak jika umji akan mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

"Apa, hmm?"

Umji meraih tangan woojin lalu menuntunnya ke perutnya dan mengusap-usapnya. Woojin yang mengetahui itu mengernyit bingung, umji tersenyum. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga woojin dan membisikkan sesuatu.

"Katakan 'hai' untuk little woojin."

Mata Woojin membulat, ia menatap umji tidak percaya karena ucapannya barusan, namun kini umji sudah terlihat menitikkan air mata haru. Woojin menggeleng tak percaya dan langsung menggendong tubuh umji seperti karung dan berputar-putar layaknya adegan film india.

"Kau hamil??? Kau hamil anakku??" pekik woojin senang.

Umji tergelak karena tingkah woojin, ia mengangguk dan mengusap wajah woojin lembut lalu menempelkan hidungnya pada hidung pria itu.

"Kau senang mendengarnya?" tanya umji.

Woojin berhenti memutar tubuhnya sambil menggendong umji dan duduk di pinggiran ranjang memangku tubuh mungil umji di pangkuannya.

"Aku bahagia, sayang. Sangat bahagia."

Umji tak mampu menahan senyumnya, "aku juga bahagia mendengarnya."

Cukup lama mereka bertatapan karena pandangan mereka seakan terkunci satu sama lain. Kemudian woojin memajukan wajahnya ke arah wajah umji lalu menempelkan bibirnya pada bibir tipis milik umji. Pria itu mencium umji dengan lembut tapi menuntut. Umji membalas ciuman woojin sambil mengalungkan tangannya ke leher pria itu. Mereka saling membalas ciuman itu dengan perasaan menggebu seakan mencurahkan perasaan yang dimiliki masing-masing. Tak berapa lama umji melepaskan bibirnya secara sepihak dan hal itu membuat woojin memandangnya tidak suka karena belum puas mencium bibir umji yang terasa candu baginya.

"Mengapa kau mengakhirinya?"

Umji terkekeh, "Tunggu sebentar, aku melupakan sesuatu."

Dahi woojin mengernyit, "apa?"

Umji mengecup kening woojin lalu turun ke hidungnya dan berakhir menuju bibirnya.

"Happy birthday, Daddy."

Woojin tersenyum bahagia, mendengar umji memanggilnya dengan sebutan itu membuatnya merasa hidupnya terasa lengkap dan sempurna.

"Terima kasih, Mommy." dan mengecup bibir umji kilat.

Woojin menurunkan umji dari pangkuannya dan mendudukkan wanita itu ke pinggiran ranjang lalu kini ia berjongkok di bawahnya. Umji menatap woojin bingung, namun kemudian membungkam mulutnya tak percaya ketika woojin mengeluarkan sebuah kotak beludru dari saku jasnya.

"Astaga!"

Woojin tersenyum, "Mungil noona, will you marry me?"

Umji tak bisa menyembunyikan rasa harunya karena diperlakukan semanis ini oleh woojin. Walaupun selama ini ia tidak pernah merasa kurang dengan perhatian pria itu, tapi kali ini terasa sangat berbeda karena ia sudah menanti-nantikan saat-saat seperti ini sejak lama. Dan ini adalah impiannya ketika woojin melamarnya dengan cara yang begitu romantis.

"I do, woojin. I do!" jawab umji mantap.

Woojin tersenyum dan langsung meraih tangan umji lalu memakaikan cincin bermata batu ruby itu di jari manisnya. Umji langsung melompat ke dalam pelukan woojin dan mencium bibirnya berkali-kali.

"Aku mencintaimu, kim woojin. Dan selamanya akan begitu."

Woojin yang terkejut karena tingkah umji barusan memandangnya khawatir.

"Sayang, hati-hati. Sekarang ada little woojin di perutmu."

Umji menyengir, "maafkan mommy, sayang. Terima kasih daddy atas perhatiannya."

Woojin mengacak rambut umji sayang, "Sama-sama mommy dan oh, aku juga sangat mencintaimu. Mari berbahagia selalu."

"Tentu."

T A M A T.

Akhirnya setelah setahun lebih ff ini selesai juga, aku mau berterima kasih sama siapapun yang senantiasa setia menunggu ff ini meskipun jarang update hihi. Tenang, jangan sedih masih ada epilog kok😂 sampai jumpa di proyekku yang lainnya😄



🎉 Kamu telah selesai membaca (Completed)I Love You, Noona | Umji x Woojin 🎉
(Completed)I Love You, Noona | Umji x WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang