__________22

388 71 20
                                    

Woojin hanya diam memandang keadaan Umji yang terbaring di brangkar rumah sakit, perasaannya sangat campur aduk. Antara marah, sedih, semuanya terasa sama rata. Disisi lain, ia juga menyalahkan dirinya sendiri karena tak mampu menjaga umji dengan baik.

Hampir saja ia kehilangan wanita itu kalau saja selama ini ia tidak membayar orang untuk mengawasinya. Ya, semenjak berpacaran dengan Umji, dirinya memang sengaja membayar seorang guard yang bisa mengawasi sekaligus menjaga wanita itu.

Maklum saja, mamanya tidak menyetujui hubungannya dengan Umji. Jadi sebagai bentuk antisipasi kalau mamanya mengetahui jika ia dan Umji sudah berpacaran, suatu hal yang tidak diinginkannya misalnya jika mamanya bertindak nekad menjahati Umji bisa dicegah.

Tapi kali ini ia kecolongan. Woojin tak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri setelah insiden ini.

"Melamun saja?" intrupsi seseorang membuyarkan semua isi dikepalanya.

Woojin menoleh dan mendapati Johnny sudah berdiri menjulang disampingnya.

"Oh hyung? Sejak kapan kau disini?"

Johnny nampak tersenyum menanggapi sepupunya itu, "baru saja, tidak usah terlalu dipikirkan, Umji pasti baik-baik saja kok."

Woojin nampak menghela nafas panjang, "Hyung, aku merasa gagal karena tidak berhasil melindunginya."

"Eyy, mengapa kau bisa berkata seperti itu. Menurutku kau kekasih yang super cekatan kok."

Johnny memang sudah tahu kalau umji dan woojin sudah resmi berpacaran karena woojinlah yang mengatakan sendiri padanya. Sebagai sepupu, ia juga senang mendengarnya. Karena menurutnya umji adalah wanita yang baik.

Tapi sayang, hal itu bertentangan dengan mama Woojin. Dia tidak menyukai Umji.

"Kau berkata begitu bukan karena untuk menenangkanku kan?" tanya woojin.

Johnny terkekeh, "kau ini, bagaimana bisa tahu maksudku sih? Tapi terserah kau sajalah. Kau juga yang menjalani hidupkan?"

"Aku tak akan menyerah begitu saja hyung. Memangnya aku lelaki apa huh? Aku akan menunjukkan pada mama, kalau umji tidak seperti apa yang dia pikir. Sekarang Sohye sudah masuk ke penjara karena perbuatan biadabnya, mama pasti akan mulai meleleh pada umji sekarang."

Johnny nampak terdiam.

"Woojin?"

"Ya?"

"Sebenarnya, kedatanganku kemari juga ada yang ingin aku sampaikan."

"Apa?"

"Mamamu berada dipihak sohye. Dia berusaha mengeluarkan sohye dengan cara apapun, bahkan siap melewati jalur hukum."

Woojin mengeratkan genggamannya, "Mama!"

Ia pun berniat akan pergi untuk menemui mamanya, namun tiba-tiba ia berbalik karena ada yang memanggil-manggil namanya.

"Woojin! Kaukah itu?"

Woojin menengok ke arah kaca bening yang tertempel pada bidang pintu ruangan Umji, ternyata wanita itu sudah siuman.

"Umji lebih membutuhkanmu woojin, dibanding kau sibuk mengurusi kemarahanmu pada mamamu."

Johnny benar, lebih baik ia bersama umji dan menahan kemarahannya saja. Karena pada akhirnya ia juga tahu kalau mamanya itu keras kepala dan tidak akan memihaknya.

"Terima kasih hyung."

Setelah berterima kasih pada Johnny, Woojin pun masuk ke dalam ruangan rawat Umji yang ternyata sudah menyambutnya.

"Woojin?"

Woojin tersenyum, "Hai, sudah merasa lebih baik?" tanyanya pada umji.

Umji mengangguk, "apakah aku sudah tertidur terlalu lama?"

Woojin menggeleng sambil mengacak rambut kekasihnya itu.

"Kau harus sehat kembali, umji-ah. Kau harus kembali seperti semula."

"Iya, aku akan kembali sehat untukmu." jawab umji sambil memeluk woojin.

Suasana berubah hening, umji maupun woojin sama-sama menikmati kualitas waktu bersama mereka yang entah mengapa terasa begitu seintens ini berbeda dibanding biasanya.

"Woojin-ah, kau tahu aku sangat mencintaimu kan?"

Woojin tersenyum tanpa sadar, "tentu saja aku tahu."

"Kalau kau tahu, makanya jangan menyerah ya? Meskipun ribuan halangan mencoba menghadangku untuk pergi darimu, aku tak akan mau melepaskanmu. Kau juga ya?"

Woojin menahan haru, "Tentu saja, aku juga tidak akan menyerah untukmu, Umji-ah!"

Sementara itu,tanpa mereka sadari seorang wanita berdiri dibalik pintu memperhatikan mereka.

"Apakah tante tega menghancurkan kebahagiaan woojin?" intrupsi Johnny membuyarkan lamunan wanita itu.

Sebenarnya Johnny tadi sudah mau kembali ke kantor, tapi ketika di parkiran ia tak sengaja tahu ada mama Woojin. Ia pun berinisiatif mengikutinya. Dan dugaannya pun benar, mama woojin pasti datang ke ruangan inap umji.

"Johnny, tidak usah ikut campur."

"Tante, mungkin sebagai sepupu, dulu saya hanya bisa diam karena itu permasalahan tante dan woojin, jadi saya tidak berhak ikut campur. Tapi, menurut saya kalau dipikir-pikir apa yang dilakukan tante sudah keterlaluan."

"Johnny, apa maksudmu?!" marah mama woojin.

"Tante benar-benar mama woojin kan? Apakah tante tidak senang melihat woojin bahagia?"

"Tentu saja aku senang. Tujuanku melakukan hal ini karena aku ingin woojin bahagia."

Johnny tersenyum, "tapi maaf tante, apa yang anda lakukan salah. Cara tante tidak benar, justru apa yang tante pikir benar itu salah. Apakah tante tidak sadar sudah membuat woojin menderita?"

"Johnny--"

"Tante, letak kebahagiaan woojin adalah umji. Jika tante berusaha menjauhkan umji dari woojin, itu sama saja tante ingin menghancurkan hidup anak tante sendiri. Sudah itu saja, aku mau kembali ke kantor. Oh iya, mengenai sohye, ternyata banyak perempuan melapor ke polisi kalau ternyata gadis itu selama ini sudah melakukan pembulian di sekolah. Jika tante tetap ingin membelanya, saya khawatir dengan nama baik anda didepan klien mulai sekarang. Permisi!"

Johnny berlalu pergi meninggalkan mama woojin yang terdiam seperti patung ditempatnya.

"Jadi, selama ini aku salah?"



TBC...

Hai, ada yang merindukan ff ini? Hihi

(Completed)I Love You, Noona | Umji x WoojinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang