Udara dingin dan awan hitam yang menggantung di langit seakan menandakan kalau hujan akan datang. Riuh suara terdengar berisik di setiap sudut gedung sekolah karena jam pelajaran kosong yang di sebabkan oleh rapat guru. Terlebih di kelas XII A 2, meskipun menyandang status kelas sains tidak menjamin bahwa isi murid nya hanya diam dan membaca buku hingga kelas kosong berakhir. Justru yang terjadi di kelas itu adalah kebalikannya. Ada yang asik membentuk kumpulan untuk sekedar bergosip tentang idola mereka, ada yang membaca buku, mencoret pun juga ada. Murid laki-laki kebanyakan juga sama bergosipnya dengan murid perempuan, bermain game online dan ada juga yang hanya menjadi penonton dan pendengar.
Tapi sekertaris kelas mengusulkan untuk menonton film menggunakan proyektor yang ada di kelas. Semuanya tampak setuju asal harus film yang benar-benar membuat mereka menikmatinya. Semuanya mulai tenang saat pemutaran film, terlebih Lyra, dia dari tadi hanya diam memainkan ponselnya untuk berselancar di sosmednya. Ya, Lyra saat ini sedang menikmati gambar yang tersedia di salah satu akun instagram salah satu online shop yang menjual berbagai variasi makanan pedas yang sangat dia sukai. Kali ini ada makaroni pedas yang tentu saja membuatnya ingin mencoba nya, setelah mengetikkan pesan untuk memesannya. Dia pun menyimpan ponselnya di sakunya. Penasaran karena suasana tidak seramai tadi, ternyata mereka sedang menonton film. dia pun mulai menanyakan pada teman di sebelah bangkunya."Psstt.. Zai Zainab! Itu film apa sih?"
"itu The Maze Runner, masa lo nggak tau!"
Elah sumiati, kalau ngomong biasa kena denda kali ya!
"OH.. bagus yaa kayaknya"
"Lo diem sih, liat aja! Dan stop panggil gue dengan nama Zainab. Gue lebih suka di panggil I I N. Ok!"
"Lah, kan nama lo tuh. Gimana sih!"
"Yaudah sih. Kenapa lo yang repot"
Buset dah! Sensi amat di panggil Zainab. Tapi tadi gue manggil dia 'Zai' gitu, oh no! Kebagusan!
"Eh ya ok ok! Gue nge-"
Belum selesai Lyra berbicara, namun ada seseorang yang memotongnya.
"Berisik!"
Hal itu membuat Lyra menoleh dan terdiam beberapa saat. Yang memotong pembicaraannya adalah Gilang. Bagaimana tidak? Karena Gilang duduk satu bangku di depan Lyra bedanya. Gilang di barisan bangku ke tiga sedangkan Lyra di barisan ke empat.
Kemudian Lyra berdiri dan berjalan sambil membungkuk ke arah bangku Gilang. Setelah sampai Lyra pun berbisik di telinga Gilang.
"Biar nggak tegang, makanya gue berisik"
Alhasil hal itu membuat Gilang Kaget dan menatap Lyra dengan tatapan lasernya.
Kini Lyra sudah duduk di bangku nya seperti semula. Tapi sekembali nya dia berbisik pada Gilang. Dia terus saja melihat Gilang, seakan film di depannya sudah tidak lagi menjadi fokusnya.
Tersenyum, tertawa kecil, mendengus karena ekspresi yang di keluarkan laki-laki itu. Lyra heran, bagaimana bisa laki-laki itu berekspresi segitu datarnya saat menonton film yang memacu adrenalin itu? Saat menanyakan pada Zainab tadi tentang film itu, bukan berarti dia tidak tau. Tapi hanya sebatas ingin tau saja respon temannya itu saat menonton film yang tegang seperti itu. Tentu saja, hal itu membuat temannya sensi seperti tadi.Huh, gue nanya ke orang yang salah! Harusnya ke Egi temen sebangku kan bisa.
Ya harusnya dia tidak bertanya pada temannya yang bernama Zainab tadi. Dia bisa saja bertanya pada teman sebangkunya, tapi yang menjadi permasalahan si Egi teman sebangkunya itu sibuk melipat tangannya di atas bangku dan memejam kan matanya alias tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] S a l y r a
Teen Fiction(Revisi setelah tamat) Tentang Salyra Anna. Perempuan dengan rambut panjang berponi dan tubuh tinggi semampai dengan warna kulit yang putih. Memilik sifat jahil dan jutek tapi penyayang. Menyukai makanan pedas, es krim oreo, dan semua jenis makanan...