Part 8

26 6 21
                                    

"Ra, si Gilang kan?" Egi menunjuk arah samping kanannya dengan dagunya.

Saat ini Lyra dan Egi sedang berada di kafe dekat persimpangan jalan yang dekat dengan rumahnya. Hari ini jam pelajaran di penuhi oleh rapat, jadi semua murid di pulangkan. Semuanya bersorak terlebih Lyra yang suka sekali jam bebas seperti hari ini.

Perhatian Lyra yang sedang memakan es krimnya pun teralihkan dan matanya kini mulai mengikuti arah yang Egi maksud.

Benar itu Gilang.

Ngapain Gilang disitu? Pasti lagi sama Andin.

Tanpa sadar Lyra mendengus keras. Sehingga membuat cecurut yang berada di depannya yang sedari tadi masih anteng menatap Gilang itu menoleh.

"Weh. Lo kalau buang ingus di kamar mandi sana sih? Nanti nggak bisa bedain mana topping vanilla mana ingus lo!"

Memang saat ini Lyra memesan satu milkshake capucinno, satu es krim coklat dengan topping vanilla, dan kentang goreng. Tak lupa satu milkshake strawberry dan kebab jumbo untuk Egi.

Lyra yang tidak terima dengan tuduhan Egi itu pun melotot dan menjitak kening temannya itu.

"Kurang ajar lo! Maksud lo apa? Gue bukan lo si tukang jorok umum"

Egi pun malah cengengesan menampilkan gigi gingsulnya itu yang membuatnya terlihat manis. Sebenarnya Egi mempunyai wajah yang tampan tapi Lyra tidak tertarik dan tidak terima harus jatuh dalam pesona jelmaan sapu lidi itu. Dia lebih tertarik menjadikan Egi sebagai Chairmate sejatinya.

Saat ini biarlah dia menikmati milkshake capucinno nya itu. Saat ini dirinya membiarkan fokusnya tidak pada Gilang yang berada di toko seberang dengan kafe yang dia kunjungi saat ini.

"Gi.."

Egi yang sedang asyik dengan game online nya itu kini menatap Lyra yang memanggilnya.

"Hm? kenapa? Kebelet lo?"

Lyra yang mendengar tanggapan manusia di depannya itu memutar matanya jengah.

"Gue serius, lo dengerin atau gue nggak jadi bayarin pesenan lo?"

"Eh? Nggak bisa gitu dong Ra. Itu namanya membumi hanguskan isi dompet gue.."

Lyra hanya menghela nafasnya. Dia heran dengan temannya itu, padahal temannya itu adalah anak orang kaya. Tapi suka sekali yang namanya gratisan. Lyra maklum karena Egi juga sama sepertinya. Meskipun terlahir dari keluarga kaya, mereka tidak bisa seenaknya menghabiskan uang.

"Eh kutu! Gue udah standby ya dari tadi nungguin lo ngomong. Eh malah lo ngeluarin tatapan nyelidik ke gue. Kenapa? Lo mau jadi intel sekarang,hm?"

"Ish! Dengerin kali ini gue serius"

Egi hanya mengedikkan bahunya acuh sambil meminum strawberry milkshake nya itu.

"Gi, lo udah lama pacaran sama cewek lo? Nggak ada niatan buat putus gitu?"

Egi yang mendengar perkataan seenaknya Lyra itu kini terlihat tersedak. Dan Lyra hanya mengedikkan bahunya, terlihat tenang sambil memerhatikan Egi.

"Itu pertanyaan apa doa? Nyesel gue dengerin lo"

"Tinggal jawab doang elah, emang gue ada nyuruh lo putus gitu? Nggak, kan?"

"Kenapa sih? Lo mau jadi cewek gue? Lo mau bilang sekarang kalau lo udah lama suka sama gue gitu?"

"Najis amat! Gue masih waras buat suka sama lo. Lo emang keren tapi gue masih suka sama si Gilang"

Egi yang mendengar Lyra memujinya keren itupun memasang wajah sok coolnya. Hal itu membuat Lyra mau tak mau melempar kentang yang kini di pegangnya itu.

[1] S a l y r a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang