Part 6

27 6 8
                                    

"Shei, Aku mohon. Beri aku kesempatan, aku janji akan berjuang untukmu. Maafkan aku, aku menyesal membiarkan mu berjuang sendirian selama ini."

"Maafkan aku Raf, aku tidak ada waktu lagi untuk memberimu kesempatan. Mungkin memang jalanku yang sampai disini untukmu"

"Tidak Shei, apapun akan aku lakukan untuk memperjuangkanmu! Shei!"

"Huuu, enak bener ya kayaknya hidup di novel-novel. Yang cewek udah capek giliran yang cowok yang berjuang. Coba Gilang juga kayak gitu HA-HA.."

Tiba-tiba saja perkataan Gilang dua hari yang lalu kembali terlintas di otaknya.

'Gue nggak suka cewek cerewet dan penganggu. Dan lo punya kedua sifat itu. Jadi stop gangguin gue!'

"Hiiiiii.... belum di suruh ngelakuin hal yang kayak si cowok di novel, gue udah di bacok duluan lagi sama si Gilang"

Lyra ngeri membayangkan Gilang akan melakukan hal yang dia bilang tadi.

"Lagian gue siapa sih? Pacar bukan, TTM bukan. Tetangga iya.."

Saat ini Lyra tengah berada di kamarnya yang merupakan istananya di rumah ini. Dalam artian hanya dia yang boleh memijaki kamar ini, tidak abangnya apalagi orang asing. Rumah yang dia tempati adalah salah satu perumahan di kompleks yang tidak terlalu besar namun memiliki tiga kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu ini merupakan pemberian kakek dari mamanya yang seorang pengusaha. Keluarga Lyra tidak tinggal di rumah yang sama dengannya. Karena tuntutan pekerjaan, juga Lyra yang ingin mandiri dan memilih sekolah yang berbeda kota dengan keluarganya. Awalnya keluarganya tidak setuju. Tapi karena Keenan, abangnya itu yang akan menemani nya. Akhirnya mereka setuju. Ah kadang abangnya itu adalah pahlawan baginya.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pada pintu kamar Lyra. Membuat si empunya kamar hanya menjawabnya dari dalam kamar karena saat ini dia sibuk membaca novel romance nya itu. Lagipula itu pasti abangnya.

"Hm. Kenapa bang?"

Abangnya yang di luar terdengar berdecak karena Lyra tidak mau keluar.

"Ck! Celana training gue mana dek? Kebiasaan deh lo. Kalau udah punya sendiri ngapain segala pake training gue juga sih?"

Lyra yang mendengarnya dari dalam kamar langsung merubah posisinya dari tengkurap menjadi duduk dengan eksrepsi wajahnya yang tampak mengerut seperti sedang berpikir.

"Oh lagi di laundry bang. Emang yang lain nggak ada apa? Mau kemana sih? Elah lagian lo bang. Training satu doang pelit banget!"

Keenan yang mendengar jawaban adiknya itu kini sudah tidak tahan untuk tidak masuk ke kamar di depannya itu.

Dan..

Ceklek

Lyra dengan cepat tersadar saat mendengar pintu kamarnya terbuka.

"Siapa yang nyuruh masuk sih bang?"

Keenan mendengus dan tetap berjalan masuk menuju kursi meja belajar adiknya itu.

"Halah. Kamar kayak kapal pecah juga segala pake aturan di larang masuk"

Lyra yang mendengar kamarnya di hina itupun tidak terima dan melemparkan bantal pada abangnya itu yang sialnya malah di tangkap dengan tepat.

"Nggak usah banyak protes bisa kali bang"

"Dek, lo itu cewek harusnya rapi, wangi dan nggak penampilan lo aja yamg kudu rapi tapi rumah lo terutama kamar yang lo sebut istana ini yang menurut gue lebih cocok di sebut gudang"

[1] S a l y r a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang