Part 7

26 7 10
                                    

"Demi apa gue sekelompok sama Gilang? Gi, please! Tabok gue"

Dengan entengnya Egi menggerakkan tangannya dan melayangkannya pada pipi Lyra. Akibatnya membuat si empunya pipi memekik dan bersungut-sungut. Sedangkan si empunya tangan? Hanya memperlihatkan wajah tanpa dosanya.

Plakk!

Adoohh!

"Sakit bego!"

"Lah, kan lo yang nyuruh tadi kutu.."

"Gi, karena gue hari ini seneng. Gue bakal traktir lo"

"Halah! Palingan juga cilok mang diding"

"Lo mau nya apa? Kalau menurut gue ok gue bakal turutin.."

Egi tampak memikirkan apa yang sekiranya di inginkannya hari ini. Karena Lyra sudah berbaik hati mentraktirnya, tapi tidak dengan Lyra yang mengeluarkan ekspresi santainya. Sesekali bibirnya bersenandung mengikuti salah satu lagu yang beberapa hari ini menjadi track favoritnya yang ada di ponselnya itu.

"Gue mau pizza hut"

"Ok, di batalkan"

"Sialan! Terus kenapa tadi nawar kalau di batalin.."

"Karena persyaratan nggak boleh lebih dari dua puluh ribu. Ok"

"Zyal! Lo nggak bilang tadi. Bakso pak bambang deh"

"Cakep, di terima"

Setelah perdebatan yang di katakan sebentar itu selesai. Yang di lakukan Lyra kali ini hanya senyum-senyum kemenangan. Bagaimana tidak? Dewi fortuna kali ini memihaknya dan membuat guru seni budaya itu mendeklrasikan bahwa Gilang berkelompok dengannya.

# Flashback on #

Hari ini kelas tampak santai, karena pelajaran kali ini adalah seni budaya yang sangat di sukai semua murid di kelas XII A 2 ini. Karena saking santainya, kadang membuat kelas sedikit berisik. Sang guru pun tidak senang dengan suasana seperti itu. Akhirnya ketika beberapa yang sudah selesai mengerjakan tugas. Sang guru pun memutarkan film yang pastinya tersirat pesan moral di dalamnya. Tapi sebelum memutar film, sang guru mulai membaca kelompok untuk tugas baru nya itu yang hanya terdiri dari dua orang. Guru pun mulai menyebut satu persatu nama muridnya.

"Baik anak-anak. Kali ini ada tugas kelompok yang harus di kumpulkan minggu depan. Jika ada yang mengumpulkan sebelum minggu depan akan mendapatkan nilas plus. Ibu akan bagikan kelompoknya yang terdiri dari dua orang"

Lyra begitu antusias menunggu namanya di sebut. Pikirnya semoga saja dia di kelompokkan dengan orang yang benar-benar pintar. Agar Lyra tidak susah-susah untuk mikir ini dan itu.

Roby? Hm leh ugha, dia pinter di seni budaya.

Fero? It's ok manut-manut.

Nata? Ok si jagoan seni

Kini kepalanya memutar ke arah kiri dan memandang menilai ke arah teman satu-satunya yang dekat dengannya.

Egi? Ogah gue!

Fokusnya kini kembali pada guru di depannya. Bisa rempong kalau dia ngelewatin namanya di sebut.

'Renata dan Affandi'

'Egi dan Widya'

'Lian dan Putri'

'Salyra dan Gilang'

Saat itu Lyra tertegun mendengar namanya di sebutkan. tapi karena nama yang akan menjadi partnernya dalam berkelompok itu.

[1] S a l y r a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang