Part 10

31 6 29
                                    

"Demit sapu itu bener-bener bikin gue pengen nyerahin dia ke gigolo deh.."

Lyra saat ini berada di kamarnya, memakai pakaian muslim lengkap dengan pashmina yang melilit di kepalanya. Sebenarnya hanya di selendangkan. Sepulang Lyra dari sekolah dia buru-buru untuk sampai di rumahnya karena akan menghadiri pengajian untuk membuat hatinya tentram dan damai sekaligus kuat guna menghadapi ujian hidupnya seminggu ini, terhitung dari nanti sore ujian itu di mulai.

Ya, kedatangan Cia, ponakannya itu adalah ujian tersendiri bagi Lyra. Mengapa sendiri? Karena abangnya sudah lebih dulu menjawab dengan entengnya.

'Cia masih kecil dek, jadi wajar kalau dia pecicilan. lo itu yang harusnya mikir, Gimana gue selama ini menderita ngadepin kebengisan lo'

Lyra cemberut mendengar jawaban dari abangnya itu. Bengis? Memang dia anak Adolf Hitler? Sudah jelas kalau dia titisan dewi Aphrodite malah di kata bengis.

Ya Lyra hanya mengaku-ngaku saja, kapan lagi muji diri sendiri, kan?

Apalagi saat pulang sekolah tadi, Lyra dan Egi berjalan beriringan dan seperti biasa berpisah di gerbang sekolah. Namun saat perjalanan menuju gerbang Lyra terlihat gelisah dan terburu-buru, sehingga mengundang kerutan bingung di wajah tampan demit sapu lidi itu.

# Flashback On #

Lyra gelisah, karena tadi saat bel pulang sekolah berbunyi bersamaan dengan pesan singkat dari tante Meiza masuk mengatakan bahwa Cia akan di antarkan sore ini ke rumahnya. Bagaimana Lyra tidak gelisah? Ternyata kegelisahan Lyra di ketahui oleh chairmate nya itu. Egi.

Karena mereka saat ini berjalan bersama di koridor sekolah menuju gerbang sekolah dan biasanya akan berpisah disana dengan Lyra yang menjambak jambul kesayangan Egi sehingga terjadi adu jotos ala anak alay.

"Kenapa lo? Kebelet pipis? Jangan pipis disini. Lo nggak tau kemaren si Zainab itu-" belum selesai Egi berbicara namun Lyra memotongnya dengan sinisnya.

Lyra memicingkan matanya pada chairmate nya itu. "Kenapa? Awas kalau berita lo garing. Itu jambul lo bakalan jadi korban!"

Mendengar hal itu, tentu saja membuat Egi menelan ludahnya. Pasalnya tadi saat sebelum keluar kelas dirinya sudah memakai pomade agar jambulnya terlihat kece badai. Tentu saja tidak luput dari cemoohan Lyra.

"Nggak jadi deh, itu Zainab ternyata ada di belakang kita.." bisik Egi saat tadi tidak sengaja menoleh ke belakang.

"Ck! Lo sama omongan lo emang sama-sama nggak penting! Udah deh gue duluan"

Lyra ingin buru-buru sampai di rumahnya karena ingin menghadiri pengajian untuk menguatkan imannya itu menghadapi Cia ponakan yang ter-pecicilan.

"Buru-buru banget lo! Mau kemana sih?" ternyata Egi masih mengikuti langkah Lyra yang terburu-buru itu.

"Gue mau pengajian"

"Ha? Ppfffttt.... serius lo? Kenapa? Lo udah nggak kuat sama setan di tubuh lo? Ya ampun.." selanjutnya yang di lakukan Egi adalah menertawakannya.

"Ponakan gue si Cia, bakalan tinggal di rumah gue seminggu ini. Meskipun dia masih 4 tahun tapi masyaallah bikin gue pengen mati muda aja.."

"Serius lo? Yauda sih. Kenapa pake pengajian segala sih. Anak kecil doang Ra.."

Lyra meraup wajahnya frustasi mendengar jawaban Egi. Apa-apaan sekali itu. Bisa-bisanya jawaban temannya itu sama dengan abangnya tadi pagi?

Huh!

"Gue duluan, bye!"

Lyra meningalkan Egi tanpa mau repot-repot mendengar jawaban dari temennya itu. Namun saat berjalan dua langkah Lyra kembali mundur dan mensejajarkan dirinya di depan Egi.

[1] S a l y r a Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang