Kucing adalah makhluk paling imut di alam semesta buat sebagian orang. Pokoknya segala sesuatu yang berbau kucing pasti imut. Misalnya anak kucing, ibu kucing, boneka kucing, tempat pensil kucing, topi kucing, dan tai kucing... oke yang terakhir itu nggak imut.
Nah, siang itu sepulang sekolah dua siswi SMA Segitiga Biru, sebut saja Rana dan Cipcip, melihat seekor anak kucing di dalam kardus mie instan di depan gerbang. Kucing hitam putih yang kelihatannya kebanyakan menghirup aroma mecin itu berputar-putar mengejar buntutnya sendiri.
"Huaaa! Lucunyaaaa!" jerit Rana sambil mengangkat anak kucing itu dari kardus.
"(。>﹏<。)", tulis Cipcip dengan muka datar. Ya elah ekspresi aja pake ditulis. Dasar Cipcip.
"Siapa orang tega yang membuangmu di sini?" tanya Rana pada si anak kucing. "Siapa juga orang-orang tidak berperasaan yang mengabaikan keberadaanmu dan main ngeloyor aja keluar gerbang?" sambung Rana lebih keras.
Merasa disepet para siswa yang tadinya pura-pura nggak tau langsung ngerubungin tempat anak kucing itu. Udah kaya laler ngerubungin sampah. "Aduuh...kasihan yaaa!" kata mereka.
Anak kucing itu menatap semua orang dengan tatapan memelas. Matanya yang besar berbinar mirip gundu. Duuh pengen ditarik terus disentil rasanya! Ehem...kok sadis ya?
"Lucunyaaaa...!" seru semua siswa.
"Nah, gimana kalau salah satu dari kalian pelihara anak kucing ini?" tanya Rana.
"Kenapa nggak kamu aja?" tanya seorang siswi.
"Kalau aku nggak bisa soalnya ibuku alergi kucing," jelas Rana. "Jadi siapa yang mau ayo?!" tanya Rana lagi.
Seperti kilat semua orang langsung menghilang seketika dari lokasi. Rana bengong dan Cipcip hanya tertawa kecil. "Dasar anak-anak jaman sekarang nggak bisa dikasih tanggung jawab," tulis Cipcip.
Dari jauh Rana dan Cipcip melihat Nina berjalan ke arah mereka. Di belakangnya ada beberapa cowok yang jadi pengagumnya ngintilin. Enak bener itu anak punya body guard gratisan.
"Ninaaa!" panggil Rana sambil menggenggam tangan Nina.
"Ada apa, Ran?" tanya Nina.
"Kamu suka kucing kan? Tolong pelihara anak kucing ini ya!" pinta Rana. Cipcip di sampingnya mengangkat anak kucing itu ke hadapan Nina.
"Eeeh...!" Nina bingung sekaligus kaget.
"Ya...ya...!" pinta Rana.
"Ee...anu... gue nggak bisa," jawab Nina.
"Kenapa?" tanya Rana.
"Ee... soalnya gue tinggal di apartemen yang nggak ngebolehin punya binatang peliharaan," jelas Nina. "Aduh...gue harus buru-buru nih. Udah booking salon, nggak enak sama mbaknya. Duluan ya! Daaah!" Nina ngacir.
"Wah siapa lagi ya, Cip?" tanya Rana.
"Tunggu aja nanti juga anak-anak kelas pada lewat," tulis Cipcip menjelaskan.
Seperti yang ditulis Cipcip, satu per satu anak-anak 11 IPS 2 lewat. Satu per satu dari mereka tak luput dari tawaran memelihara si anak kucing. Namun, satu per satu dari mereka punya alasan luar biasa menghindar dari tanggung jawab itu.
"Aduh gue sakit perut!" kata Ambon sambil ngacir sengebut Valentoni Rossi.
"Hoaaam! Gue lagi tiduuur...!" kata Rehan pura-pura tidur sambil jalan.
"Sorry gue nggak bisa. Ibu gue ibu-ibu," jelas Acong yang kabur ketika Rana dan Cipcip mikir.
"Aduh maap banget, Ran, Cip, gue lagi ngejar Andi yang diculik UFO tadi!" kata Dimas. Dia lari sambil ngeliatin langit.
"Boleh deh, lumayan buat jadi lawan latihan karate gue di rumah," jawab Riko. Kali ini Rana dan Cipcip yang kabur sambil mengamankan si anak kucing dari niat bahaya Riko.
Akhirnya Rana dan Cipcip masuk ke dalam kardus karena putus asa. Si anak kucing kini bertengger di atas kepala mereka. Keliatannya kucing itu juga putus asa nggak ada yang tertarik dengan usaha menunjukkan keimutannya. Sekalinya ada, berbahaya kaya Riko.
"Maaf ya cing, padahal kamu imut..." kata Rana pada si kucing.
"Miaw..." jawab si kucing sedih.
Dalam kesuraman itu tiba-tiba seorang ibu menghampiri mereka sambil berlari panik. Ibu-ibu dengan jaket kulit itu langsung melihat si kucing di kepala Cipcip.
"HUAAAA! Cicing! Alhamdulillah kamu nggak papa!" jerit ibu itu. "Terima kasih ya udah jagain Cicing, adik-adik!"
"Lho, ibu ini pemilik kucing ini? Jadi dia bukan dibuang?" tanya Rana. Cipcip memiringkan kepalanya, mikir.
"Iya saya pemiliknya," jawab si ibu. "Tadi waktu ngebonceng dia di atas motor matic saya pulang dari belanja bulanan, kayanya dia jatuh sama kardus mie instan yang saya beli. Cuma saya baru sadar pas sampai rumah. Hahaha!" lanjut si ibu menjelaskan tanpa rasa bersalah.
"Ternyata dibonceng emak-emak yang naik matic memang berbahaya ya," bisik Rana ke Cipcip.
"He-eh," Cipcip ber-he-eh.
Mata si ibu berbinar, begitu pula dengan si anak kucing. Setelah saling pandang beberapa saat si kucing melompat dari kepala Cipcip ke arah si ibu. Ibu itu pun membuka tangannya menyambut si kucing. Lagu "what a wonderful world" pun terdengar dari gerobak getuk lindri yang lewat.
CRASSS! Bukannya memeluk si ibu, ternyata anak kucing itu malah mencakar mukanya. Kayanya kesel banget itu anak kucing jatoh dari motor dan ketinggalan.
"Huaaa! Ciciiiiing! Ciciing atuh!" teriak si ibu. Ibu dan anak kucing miliknya itu pun berlalu sambil terus cakar-cakaran. Rana dan Cipcip bengong.
Rana dan Cipcip bangun dari kardus dan membereskan pakaian mereka. "Ya udah, kita pulang, yuk! Udah sore juga ini," ajak Rana. Cipcip membalas dengan anggukan.
BRUK! Tiba-tiba Andi jatuh dari langit bersama cahaya hijau di depan kedua siswi itu. Rana dan Cipcip kaget sekaligus bingung.
"Aduh! Aaah..." Andi bangkit dari aspal. "Woy! Gue minta turunin di rumah malah di sekolah lagi. Gue jadi jalan lagi, nih!" protes Andi sambil ngangkat tangan ke langit.
Andi langsung ngerapihin bajunya. Tidak lupa seperti biasa dia memeriksa kameranya dan mungkin foto-foto yang diambilnya di UFO tadi.
"Eh, Rana, Cipcip!" sapa Andi. "Gue duluan pulang ya! Sampai jumpa besok!" sambung Andi yang langsung jalan pulang meninggalkan Rana dan Cipcip yang masih bengong. Asli, bengong bin melongo.
Lah, ternyata beneran diculik alien dia...
Lah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Keseharian Siswa SMA
Short StoryKalian pernah ngerasain duduk di bangku SMA? Sama aja kah sama rasa duduk di bangku SMP? Kalo gitu berarti SMP dan SMA kalian menggunakan bangku dari pengrajin yang sama. Eits, tapi jangan salah! Ini bukan cerita tentang bangku tapi tentang kesehari...