Permintaan Siswi Pindahan

150 7 1
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Permisi!" terdengar suara perempuan dari balik pintu. Tiga siswa single itu pun langsung membuka pintu kaya setan keorangan.

"Selamat datang di klub SMA. Ada yang bisa kami bantu?" tanya Riko dengan kucing persia di kepalanya. Di depan pintu ada gadis manis berhijab nan modis. Cahayanya lebih terang dari Nina yang idola sekolah.

"WAW! Anna ya?!" Andi dan Riko heboh. Gadis itu tertawa kecil. Riko dan Andi langsung mempersilakannya masuk.

"Siapa?" tanya Dimas berbisik.

"Lu nggak tau? Itu Anna. Anak pindahan yang jadi idola baru di sekolah. Parah lu kalo sampe nggak tau," jelas Riko.

"Iya. Gue asli nggak tau. Lebih tepatnya nggak peduli sih sama yang begituan. Buang-buang waktu," jelas Dimas tengil. Ini anak memang terkenal nggak peduli sama cewek secakep apapun. Nina yang biasanya gampang banget minta tolong ke cowok aja kalo minta tolong ke dia harus sampe mohon-mohon.

Di sebuah meja rapat mereka duduk berhadapan. Di ruangan itu memang isinya cuma ada meja itu dan beberapa kursi kayu. Oh iya spesial hari ini ada kucing persia yang jalan-jalan keliling, sapu, dan sebungkus besar kuaci di pojokan.

"Perkenalkan, namaku Anna. Kebetulan aku murid pindahan di 11 IPA 1. Salam kenal semuanya!" jelas gadis itu membuka percakapan. Gaya bicaranya kaya anggota idol group. "Aku dikasih tau Tika kalau aku ada masalah, aku bisa datang ke kalian. Aku mau minta tolong," lanjutnya.

Tiba-tiba Dimas dan Riko menatap Andi dengan tegang. Andi lalu berdiri dalam diam lalu berjalan ke pojokan ruangan dan jongkok di sana. Anna yang kaget menutup mulutnya, takut dia salah ngomong.

"Waduh! Lu telah salah nyebut Tika di depan Andi," jelas Dimas sambil garuk-garuk kepala. "Oh iya, gue Dimas, ini Riko, dan itu Andi. Lalu apa yang bisa kami bantu?" sambungnya.

"Bantu aku bikin berita untuk mading, ya! Aku mau ikut ekskul jurnalistik dan diminta membuat satu berita bertema liburan. Tapi aku nggak berani ngeliput sendiri. Aku juga nggak bisa minta tolong Tika. Please ya!" Anna memohon. Andi terdengar menangis di pojokan sambil ngelus-ngelus rambut sapu ijuk.

"Oke, serahkan pada kami! Jangankan mading, lu mau bikin roket juga kami bantu...meskipun kami nggak tau gimana bikinnya. Haha!" jawab Dimas.

"Kami? Oh, bukan. Aku cuma perlu satu orang untuk bantu aku besok ambil foto," jelas Anna.

"Oh besok ya? Kalo gitu Dimas yang akan bantu kamu, Anna," kata Riko seenak udel bodongnya.

"Eh, bakiak Oshin! Kok gue? Kenapa nggak elu atau si Andi?" tanya Dimas.

"Besok gue ngajar karate anak-anak SD. Kalo harus milih cewek super imut dan karate, gue jelas pilih karate. Si Andi lu liat aja sendiri kelakuannya! Gue percayain ke elu, deh!" bisik Riko sambil nepok-nepok pundak Dimas. Itu anak pasti mau kabur aja sebenernya. Untung ada alasan.

"Jadi?" tanya Anna.

"Oke, gue yang akan bantu besok," kata Dimas setengah terpaksa.

"Kalau gitu besok ketemu aku di dekat loket Stasiun Belimbing jam 7 pagi ya!" kata Anna sambil tersenyum. Anna pun segera pamit dan keluar dari ruangan, disusul Riko dan Dimas yang juga pulang. Andi masih anteng di pojokan ngeguntingin rambut sapu ijuk.

***

Kereta berhenti. Anna dan Dimas turun dari kereta. Mereka berdua terlihat seperti majikan dan pembantu, Dimas pembantunya.

"Oke, sekarang ke mana?" tanya Anna.

"Kita tinggal keluar dari stasiun dan jalan kaki sekitar 10 menit," jelas Dimas.

Keseharian Siswa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang