Permen Bisa Ngomong

182 8 0
                                    

Bulan Februari. Saat ketika supermarket memberikan banyak promosi produk coklat dan cowok-cowok bingung milih coklat yang mana, atau mau dikasih siapa. Sebagian cowok yang nggak mikirin coklat sibuk juga mempersiapkan diri untuk menyambut akhir musim hujan dengan obat flu yang sayangnya nggak dipromo.

"Mbak, ada obat flu yang diskon?" tanya Dimas.

"Wah, maaf mas, kebetulan saat ini hanya produk coklat yang ada diskon," jawab mbak pramuniaga berbaju merah.

"Kalo coklat yang bisa nyembuhin flu ada?"

"Mana ada, mas. Paling adanya promo coklat yang bundle dengan obat pelangsing. Itu yang lagi trend sekarang," jawab si Mbak.

Duile sampe segitunya ya produsen coklat mikirin keinginan ciwi-ciwi yang walaupun mengharapkan coklat tapi tetep takut berat nambah!

"Ya udah, Mbak. Saya nggak jadi beli. Terima kasih."

"Oh, masnya ini tipe yang nggak niat beli terus nanya barang yang nggak ada ya?"

GUBRAK! Dimas jatuh terkejut dengan tebakan si mbak yang lagi cekikikan di balik meja kasir. Dengan muka merah padam dia keluar dari Bolosmart.

"Asem, ketauan modus gue!" Dimas nepok jidat.

Karena nggak dapet yang dicari, siswa SMA yang anti Februari-an itu berjalan pulang. Karena ini hari Sabtu dan dia nggak ada ekskul, kegiatannya biasanya cuma main PS di komputer. Lah? Pake software emulator itu lho. Tadi dia emang cuma mau cari angin aja karena matanya udah sepet.

Trotoar sempit yang dilaluinya masih basah karena hujan tadi pagi. Air yang menggenang terlihat hangat oleh cahaya matahari. Tiba-tiba di ujung trotoar Dimas melihat Riko yang lagi memiting leher Andi sambil ketawa-tawa.

"Hoooi," sahut Dimas.

"Aduh, ampun, Ko! Ampun!" Andi meronta mencoba melepas pitingan tangan Riko.

"Aaah, nggak akan! Ayo bilang dulu ke gue lu ngapain bagi-bagi permen! Pasti ada apa-apanya," balas Riko.

"Hoooi," sahut Dimas lagi.

"Iya, iya lepasin dulu!" pinta Andi.

"Ah, nanti kalo gue lepas pasti kabur lu!" jawab Riko.

"Assalamualaikum," seru Dimas masih mencoba mendapat perhatian.

"Aduuuuh!" erang Andi.

"Ayo cerita!" paksa Riko.

KLOTHAK! Andi dan Riko kena jitak Dimas yang emosi.

"KALO ADA ORANG SALAM DIJAWAB DONG!" semprot Dimas.

"Waalaikumussalam. Maafkan kami," jawab Andi dan Riko menyesal.

"Ehem. Oke, gue maafin," kata Dimas. "Lagian kenapa kalian main piting-pitingan di pinggir jalan sih?" lanjut Dimas.

"Ini nih si Andi tiba-tiba masa ngasih gue permen. Tumbenan kan ini anak jajan permen! Biasanya juga ngisepin obat masuk angin atau kayu manis dari taman sekolah," jelas Riko sambil menunjukkan permen yang dikasih. "Yang bikin jijay itu tulisan di belakangnya ini! Hiii!" sambung Riko yang menunjukkan tulisan Kamu Menawan di bagian belakang bungkus permen.

"Hmmm mencurigakan, ya," Dimas setuju.

"AYO CERITA!" teriak Riko dan Dimas sambil melompat ke arah Andi yang panik.

CEKREK! CEKREK! Dimas dan Riko berhenti karena silau oleh flash kamera Andi.

"Oke gue ceritain. Tapi jangan bilang siapa-siapa ya!" jelas Andi sambil berisyarat menutup mulutnya dengan telunjuk. Dimas dan Riko mengangguk dan berisyarat mengunci mulut dan membuang kuncinya.

Keseharian Siswa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang