Ombak bergulung di atas perairan antara pulau Jawa dan Bali. Suasana laut Selat Bali hari itu tidak begitu tenang tapi masih aman untuk dilalui. Kapal-kapal besar menyeberang ke sana kemari nggak pake tengok kanan kiri. Jalannya pun pada nggak lurus. Semua mencoba menghindari gelombang dan pusaran air. Sorong kiri sorong kanan, lalalalalalalalala. Ya, di sana juga ada bebek angsa. Bebek angsa? Bebek atau angsa? Angsa.
Baiklah, daripada kita berdebat soal bebek angsa, mari kita lihat ke salah satu kapal yang sedang menyeberang. Di bagian luar lambung kapal itu tertulis KM 123. Bukan titik lokasi jalanan tapi memang si empunya kapal ingin kapalnya disayang semua orang, karena 123 sayang semuanya. Tepatnya di dalam salah satu bus yang terparkir di lambung kapal, Acong yang baru bangun masih berusaha membuka tali ikatannya. Teman-temannya yang raja tega benar-benar meninggalkannya seorang diri.
"Nah, lepas juga," kata Acong berhasil membuka ikatannya. "Setan emang nih anak-anak! Beneran ditinggalin sendiri gue. Rehan sama Dimas juga sama kampretnya. Awas kalo ketemu nanti, gue tabok pake boot marinir!"
Acong keluar dari bus dan berjalan melewati mobil-mobil dan menaiki tangga di sisi kapal. Karena udah sering naik kapal dia tau kalau ruang utama kapal itu ada di atas parkiran kendaraan. Maklum, karena nenek moyangnya dulu ke Indonesia naik kapal, perkapalan jadi sebuah budaya yang mendarah daging buat Acong dan keluarganya. Sampai-sampai kalo ke rumahnya kita bisa lihat banyak ornamen kapal, denger alarm suara kapal, dan disuguhi kopi kapal api. Kalo bisa ke sekolah naik kapal juga pasti naik kapal deh dia.
Kondisi di ruangan utama kapal sangat ramai. Belasan bangku kayu panjang berbaris dari ujung satu ke ujung lain ruangan. Sebagian orang duduk bahkan tidur di atas bangku-bangku itu dan sebagian lainnya milih berdiri atau berjalan-jalan melakukan berbagai kegiatan. Ada bapak yang berjualan kaca mata berbagai model yang digantung pada papan besar, ada pemuda yang membeli pecel dari ibu-ibu berkonde yang duduk dengan tampah di sebelahnya, ada yabg tidur sambil nutupin mukanya pake handuk, ada perempuan yang sedang menahan muntah dengan kedua tangannya, ada ibu yang sedang menyusui anaknya, sampai Dimas yang sedang mengelus-elus perut ibu yang sedang menyusui anak itu. Kebetulan itu ibu kucing. Anaknya empat, kucing semua.
"Rombongan SMA Segitiga Biru, harap berkumpul di anjungan! Sekali lagi..." dari anjungan kapal suara pengeras suara gembol tour leader memecah suasana. Semua siswa termasuk Dimas segera menghampiri arah suara. Hanya satu yang tidak beranjak dari tempatnya. Dia adalah Nina. Nina yang ternyata perempuan penahan muntah itu masih tidak berani bergerak dan membiasakan dirinya dengan goyangan ombak. Ciee mabuk laut!
Semua siswa SMA Segitiga Biru berbaris dengan rapi di hadapan tour leader, termasuk Acong yang belum sempet nabok Dimas pake boot marinir. Tumben bisa diatur ya? Iya lah, soalnya si tour leader alias pemimpin rombongan wisata ini badannya keker banget. Udah kaya marinir beneran. Salah-salah dia kesel bisa patah nih leher. Hiii.
"Perkenalkan, saya Bli Made. Panjangnya Made in Bali. Saya akan menjadi pemimpin sekaligus pemandu wisata kalian selama di Bali..." jelas om kekar brewokan itu. Kepalanya yang botak tertutup udeng khas Bali.
"Pasti ini asli orang Bali," bisik Riko ke Andi ditengah penjelasan Bli Made.
"Jelas lah. Selain pake udeng, namanya juga Made in Bali," sahut Andi setuju.
"Saya berasal dari Aceh," lanjut Bli Made.
GUBRAK!
"Ada apa itu?" tanya Bli Made pada para siswa.
"Nggak papa Bli, lanjut aja. Cuma Riko sama Andi kejungkir," jelas Dimas cengengesan.
"Oh iya tadi itu bercanda ya. Saya asli dari Bali," ralat Bli Made. "Dan ini kita akan kedatangan Kapten KM 123. Kepada kapten, saya persilakan," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keseharian Siswa SMA
Krótkie OpowiadaniaKalian pernah ngerasain duduk di bangku SMA? Sama aja kah sama rasa duduk di bangku SMP? Kalo gitu berarti SMP dan SMA kalian menggunakan bangku dari pengrajin yang sama. Eits, tapi jangan salah! Ini bukan cerita tentang bangku tapi tentang kesehari...