"Minggir...minggir!" teriak Ambon yang berlari kencang dari ujung lorong.
Melihat gelegat Ambon yang lari sambil megangin perut dan celananya, semua orang spontan menepi. Udah kaya ambulance yang lewat di jalanan deh... bahkan lebih dari itu kali ya. Udah kaya laut yang kebelah tongkat Nabi Musa.
Alangkah kagetnya hati Ambon tatkala menemukan sebuah antrean siswa yang panjang. Panik setengah mati karena steak yang dimakannya tadi malam sudah berusaha keluar, Ambon melongok dan melihat ujung antrean itu ternyata mengarah ke toilet.
"Ya Tuhan! Kenapa kau berikan karma anakmu ini di saat yang genting begini?" keluh Ambon yang tiba-tiba ingat pada Tuhan.
Ambon berusaha berjalan untuk memotong antrean namun sepertinya semua siswa tidak ada yang mau mengalah. Antrean itu makin rapat seperti duduknya penumpang dalam angkot. Ayo-ayo! Empat-enam, empat-enam kecil pangku!
"Bro, gue boleh duluan nggak? Udah emergency nih!" tanya Ambon pada siswa di depannya.
"Nggak! Sabar dong! Yang lain juga antre kan," kata siswa jerawatan itu.
"Gue kasih coklat deh! Ya?" sogok Ambon pake coklat cap ayam nggak jago.
"Pokoknya nggak! Sorry gue anti suap," kata siswa jerawatan itu. "Lagian kalo gara-gara lu gue nggak bisa nahan terus buyar pas di sana gimana?" tanyanya balik.
"Waduh...gawat juga sih, ya. Lu diare ya emang?" tanya Ambon. Siswa itu menatapnya bingung.
Dalam hati Ambon gundah. Kalo dia ngalah bisa-bisa dia yang malu nantinya. Di sana sifat raja rimbanya keluar, survival for the fittest. Keselamatan bagi yang fitnes. Halah...
Ambon akhirnya melihat beberapa orang yang ada di depannya. Di sana ada si siswa jerawatan, seorang siswa cupu, seorang siswa yang kaya preman, beberapa orang siswa yang pake kaos JTK48 dan keliatan nerawang kemejanya, dan beberapa siswa lain. Setelah menyusun strategi singkat, Ambon memulai operasi "selak antrean".
Melihat si siswa jerawatan yang dari tadi memegang buku, Ambon dengan kemampuan copetnya mengambil buku itu dari si jerawat dan melemparnya ke tong sampah kosong yang baru dicuci di belakangnya.
"Eh, apaan sih?!" siswa jerawatan itu protes dan mau memukul Ambon. Ambon ngeles.
Ketika si siswa jerawatan berusaha mengambil buku di dalam tong, Ambon dari belakang mengangkatnya hingga masuk ke dalam tong dan menutupnya. Tak lupa Ambon timpa tong itu dengan batu kali besar supaya nggak keluar dia. Tapi dapet dari mana batu itu, sampai saat ini masih misteri.
Penghalang selanjutnya adalah si cupu. Meskipun agak kasihan, tapi karena darurat Ambon juga mengerjainya dengan memukul kepala si preman dari belakang. Siswa yang tangannya penuh tato, dari hadiah permen karet, itu langsung berbalik sambil melotot.
"Siapa yang mukul pala gue tadi?" tanyanya dengan nada geram.
Ambon langsung nunjuk ke si cupu. Siswa cupu yang kerahnya dikancing dan rambutnya belah tengah simetris itu langsung geleng-geleng panik. Lah emang bukan dia soalnya pelakunya.
Karena provokasi Ambon itu si preman tertawa. "Oh elu ya? Udah kuat lu sekarang?!" katanya sambil mencengkeram kerah si cupu dan mendorongnya keluar antrean. Ambon tanpa merasa bersalah langsung maju.
"Wah, ada Melodi!" teriak Ambon tiba-tiba sambil nunjuk ke ujung lorong.
Beberapa cowok di depan entah kenapa tak bergeming. Seharusnya siswa-siswa berkaos merah itu sangat peka dengan nama itu. Apalagi baru-baru ini satu dari mereka ada yang menangis tersedu-sedu saat Melodi lulus.
"Bro...Melodi?" tanya Ambon ke siswa di depannya.
"Apaan Melodi?" tanya siswa itu.
"Bujubuneng! Ternyata...!" semprot Ambon yang kaget melihat kaos siswa itu. Warnanya sih sama-sama merah, tapi tulisannya ternyata bukan JTK48 melainkan NinaFC. "...fansnya Nina, toh!" sambung Ambon.
"Kenapa? Lo juga fansnya Nina? Gue masih ada nih kaosnya," kata si fanboy.
Ckckck! Ambon menggoyang-goyang jari telunjuknya di depan muka si fanboy. "Aduh, sorry banget ya. Gue bukan fansnya Nina," kata Ambon. Muka para fanboy di depannya langsung pada sinis kaya yang di kereta. Yee itu masinis. "Gue temennya Nina. Bahkan gue punya nomernya yang ga dia publish di sosmed. Mau?" tawar Ambon.
"Mauuu!" teriak mereka dengan mata berbinar.
"Eits, tapi minggir dulu! Biarin gue nyelak antrean kalian. Setelah gue selesai gue janji akan kasih kalian ini," kata Ambon nunjukin kontak Nina sekelebat ke mereka.
Para fanboy itu pun membuka antrean untuk Ambon lewat. Bahkan mereka mengangkat lightstick seperti pasukan kerajaan menyambut tamu kerajaan. Emang kerajaan mana juga yang tentaranya pake lightstick, ngarang...
Ambon yang dipersilakan lewat langsung ngacir ke depan toilet. Perut yang sudah meronta seakan menemukan secercah harapan. Lalu tiba-tiba...
"Lah? Ngapain Pak di sini?!" tanya Ambon ke Pak M yang duduk di sebuah kursi di depan toilet.
"Ini saya lagi ulangan lisan ke anak-anak kelas IPA 4. Ada apa? Kelas kamu masih minggu depan," jelas Pak M.
"Lah, jadi ini antrean ulangan?" tanya Ambon menunjuk antrean yang sudah dicuranginya.
"Ya jelas, dong! Saya cuma mau cari suasana berbeda aja sekali-kali," jawab Pak M asal.
GUBRAK! Ambon jatuh saking randomnya kelakuan Pak M hari itu.
Sadar dengan perutnya yang sudah kukuruyuk, Ambon bangun dan langsung ngacir ke dalam toilet. Tiba-tiba suara melengking teriakan emak-emak terdengar dari dalam toilet dan Ambon melayang keluar bersama sebuah botol sabun cuci tangan.
"Eh, salah pintu," ujar Ambon sambil menjulurkan lidah.
Halah...
BROT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Keseharian Siswa SMA
Short StoryKalian pernah ngerasain duduk di bangku SMA? Sama aja kah sama rasa duduk di bangku SMP? Kalo gitu berarti SMP dan SMA kalian menggunakan bangku dari pengrajin yang sama. Eits, tapi jangan salah! Ini bukan cerita tentang bangku tapi tentang kesehari...