Misteri Ruang Barang Sitaan

177 12 1
                                    

Semua institusi pasti memiliki peraturan-peraturan yang mengikat orang-orang di dalamnya, termasuk sekolah. Setiap sekolah pasti punya peraturan yang kadang dirasa aneh dan nggak perlu ada. Misalnya rambut harus dikuncir kalau udah sepundak, nggak boleh bawa motor ke sekolah, sepatu harus hitam semua, siswa nggak boleh kerja sambilan, atau dilarang membawa barang yang mengganggu sekolah.

Nah, di SMA Segitiga Biru peraturan dilarang membawa barang yang mengganggu sekolah ini adalah yang paling dibenci para siswa. Pasalnya barang-barang yang ketauan dibawa ke sekolah itu bakalan disita sampai lulus dan ditaruh di dalam ruang barang sitaan BP. Ruang penuh misteri itu dijaga kuncinya sama guru BP tergarang yang suka nyita barang, sebut saja Pak M. Yang bikin gedeg itu nggak jelasnya standar barang yang mengganggu itu apa aja, jadi kadang berasa kaya Pak M asal sita-sita barang siswa sewenang-wenang.

Siang itu ketika istirahat anak-anak kelas 11 IPS 2 seperti biasa sedang bersosialisasi. Maklum anak ilmu sosial, kalo anak ilmu alam mungkin beralamisasi. Mohon abaikan saja penjelasan itu.

"Waaah! Itu Gintendo 5DS kan. Kereeeen!" decak kagum beberapa siswa yang berkerumun di sekitar Acong.

Si Acong ini anak pengusaha dan orang tuanya lumayan kaya. Dia juga anak tunggal, jadi semua yang dia mau hampir pasti dibeliin sama orang tuanya. Gara-gara itu ini anak juga kadang jadi suka pamer dan merasa superior dari yang lain, padahal temen-temennya cuma ngedeketin dia buat nyobain barang-barang mahal yang dia punya aja. Sayang si Acong terlalu pe-de.

"Iya ini baru dibeliin sama Papa. Gue sih nggak tau ya ini konsol baru yang lagi booming," kata Acong sombong. Padahal aslinya pas hari Sabtu lalu dia ngantri dua jam di salah satu toko game di Jakarta yang paling pertama menjual konsol itu.

"Boleh pinjam?"

"Oh, boleh aja. Tapi hati-hati ya maklum kata Papa masih jarang itu di sini," jelas Acong jumawa. "Siapa tadi yang mau pinjam?"

Para siswa saling pandang. Tidak ada dari mereka yang merasa bilang mau pinjam tadi. Padahal di dalam hati memang mau pinjam, sih.

"Saya yang bilang," kata Pak M yang menyeruak dari kerumunan.

HUAAA! Mereka semua kaget bukan main. Rambut mereka sampai melambai kaya rumput laut. Acong yang paling kaget sampai jadi belo matanya tiba-tiba.

"Apa ini? Saya sita!" kata Pak M yang dengan cepat langsung mengambil Gintendo 5DS dari tangan Acong.

"Tidaaak! Gintendo 5DS yang gue beli sampai antri dua jam!" teriak Acong sambil memegang kepalanya. Eh! Acong sadar keceplosan.

"Ternyata dia tau tentang konsol itu bahkan sampai antri buat jadi yang pertama beli di Indonesia," kasak-kusuk para siswa di samping Pak M. Acong yang kegep cuma bisa nyengir kuda sambil keringetan.

Pak M yang belum puas melihat ke sekeliling kelas. Kadang saya penasaran si Bapak niatnya mau menegakkan peraturan sekolah apa cari-cari kesalahan siswa aja, sih. Mata Pak M jelalatan kaya mata bunglon.

"Hei, kamu, itu apa?!" tanya Pak M.

"Gitar, Pak," jawab Ambon yang lagi main gitar di jendela.

"Saya sita!" semprot Pak M. "Hei! Itu apa?"

"Meja karambol, Pak," jawab Dimas.

"Saya sita!" teriak Pak M. Pak M langsung bergerak lagi.

"Ini kursi pijat, Pak," kata Rehan.

"Saya sita!"

"Ini mesin ding-dong, Pak. Osh!" kata Riko yang lagi mainin Stress Fighter, tetep karate.

Keseharian Siswa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang