Darmawisata I: Usil dalam Lelap

113 6 5
                                    

Ini adalah pertengahan bulan Mei. Sakura baru bermekaran di wilayah Hokkaido. Pohon-pohon berwarna merah muda mirip gulali berjajar di sepanjang jalan menuju sekolah. Jadi, setting ceritanya pindah ke Hokkaido? Apa setelah menghilang mereka langsung darmawisata ke Hokkaido? Nggak kok, saya cuma mau nyeritain Hokkaido aja. Ngga papa kan? #halah

Beralih ke arak-arakan tiga buah bus yang melaju di jalur pantai utara Pulau Jawa, kita saksikan kegembiraan terdengar menggelegar dari dalamnya. Kehebohan itu kompak terdengar dari masing-masing bus. Seperti di bus nomor 3, sound system yang memutar lagu keroncong kesukaan sang sopir kalah dengan suara nyanyian selamat ulang tahun untuk Acong.

"Lah emang gue ulang tahun sekarang ya?" tanya Acong yang bingung. Para siswa kelas 11 IPS 1 dan 2 yang ada pun berhenti bernyanyi.

"Eh, nggak ya, Cong?" tanya Ambon.

"Sumpah kesamber rezeki gue nggak ulang tahun!"

"Ya udah lah nggak papa, kita habisin satu lagu dulu sebelum berlanjut ke lagu berikutnya. Lanjuuut!" seru Ambon.

Selamat...ulang tahun, kami ucapkan...

Bapak Sopir pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat keanehan rombongan yang dibawanya. Bus yang membawa rombongan siswa kelas 11 IPS itu memang sangat aneh. Meskipun tujuannya ke Bali, tapi masa ada yang bawa jaket tebal, syal, dan sepatu ski. Katanya dapat kabar di Bali musim salju. Asli korban hoax. Belum lagi Dimas dkk yang bawa tenda segala, mana tendanya yang tenda biru meteran pula. Lah, mau bikin hajatan, tong!?

Perjalanan Kota Belimbing ke Bali dengan bus memakan waktu seharian. Jadi, para siswa otomatis akan mengalami yang namanya bermalam di bus. Nah, sebagian siswa yang usil sudah punya rencana untuk yang satu ini.

Setelah menyanyikan berbagai lagu mulai dari yang beraliran pop, reggae, rock, dangdut, sampai aliran kebatinan, para siswa pun tidur di kursinya masing-masing. Kebetulan baterai mereka memang habis bersamaan dengan pergantian shift matahari dan bulan. Bapak Sopir yang nggak mau kalah juga ganti shift dengan temannya, Om Sopir.

Lampu bus dimatikan oleh Om Sopir untuk melindungi para siswa dari kelelahan. Seperti yang dibilang sama Tasya dan Om Duta dulu, "jangan takut akan gelap karena gelap melindungi diri kita dari kelelahan". Genjreng...genjreng!

Dan namanya orang lelah ya, posisi tidur para siswa pun banyak yang tak terkontrol. Ada yang mulutnya mangap, seletingnya mangap, mulutnya mangap terus di dalamnya ada seleting yang mangap dan ada mulut mangap lagi di dalamnya. Mangapception.

Tidurnya sebagian besar siswa dalam bus yang gelap itu menjadi peluang emas bagi para siswa usil. Di sana ada Rehan, Acong, dan Dimas yang masih terbangun. Untuk apa mereka menahan tidur? Untuk late night entertainment katanya.

"Nah, udah jam 12 dan semua orang udah pada tidur. Ayo kita jalankan misi usil dalam lelap ini!" bisik Acong.

"Asiik! Ini nih hiburan pertama dari darmawisata sekolah. Peralatan udah siap?" tanya Dimas pelan.

"Siap laksanakan. Ini ada biskuit, kacang kulit, minyak kayu putih, balsem cabe, sama terakhir masker muka. Pokoknya tinggal cari target," jawab Rehan yang hebatnya bisa bangun kala itu.

Dengan kode tangan dari Acong, ketiga siswa yang duduk di bangku paling belakang itu pun bergerak maju. Sambil lirik kanan-kiri mereka mencari target operasi, terutama yang kepalanya di atas. Soalnya ada satu-dua orang yang kayanya kebiasaan tidur nggak bisa diem dan berakhir dengan posisi kaki yang di atas.

Diantara deretan siswa yang tidur dengan bantal di leher, dipilihlah Riko sebagai target pertama. Saat itu si Riko tidur sambil mangap lebar banget. Saking lebarnya kayanya donat, kambing guling, tenda, sampe budaya asing bisa masuk ke mulutnya.

Keseharian Siswa SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang