1

995 15 0
                                    

20 agustus 2014.

Hari itu guru kelas kami pindah dan digantikan pak alvin, perawakan badannya tinggi besar dan pendiam, tapi menurutku dia berkharismatik dan terlihat bijaksana, perbedaan umur kami yang terpaut jauh 13 tahun tapi entah kenapa aku begitu tertarik..

Hari itu dia mengajar bahasa inggris, ya selama bukan matematika, aku paling lemot soal matematika.. sepanjang pelajaran dia banyak menjelaskan, aku suka suaranya yang tegas dan kalem, tadinya aku pikir aku hanya sebatas tertarik, hanya itu..tidak lebih.

"Ya yang disana.." tiba-tiba pak alvin menunjuk aku,

"Bisa jelaskan tadi apa yang sudah saya jelaskan?"

"Eehh.. eum," aku bingung jawab apa, aku kebanyakan melamun, beberapa detik aku hanya tersenyum konyol disoraki teman-teman sekelas.

Huft, jantungku semakin gak karuan, kenapa aku begitu senang saat dia memanggilku tadi.. sorot matanya yang dalam saat memperhatikanku, hmm tunggu dulu, sepertinya otak ku mulai kurang waras, dia hanya menganggapku sebagai murid, tidak ada yang salah dengan tatapannya bukan? Ini mungkin hanya perasaanku saja.

Pelajaran pertama usai, semua murid berhamburan keluar, hanya aku saja yang kebingungan saat mencari uang saku.. ya ampun aku lupa menyimpan uang pemberian mamah di dalam komik, bisa-bisanya disaat lapar dan haus begini, ah sial sekali aku hari ini..

"Rin, ayoo ke kantin," sapa elia teman sekelasku.

"Eh, kamu duluan aja ya, aku gampang jajan nanti aja"

"Oh, oke deh, bye.." elia melengang pergi dengan anggun, ya anak itu memang cantik dan pintar, gak heran banyak yang suka dengannya, jauh sekali perbedaannya denganku bak langit dan bumi, aku kurus kering dan kurang rapi, sedangkan dia body goals dan selalu cantik dengan makeupnya..

Tiba-tiba pak alvin masuk membuyarkan lamunanku, sepertinya dia mengambil sesuatu yang tertinggal di meja, saat hendak keluar kelas dia menengok menatapku, ya ampun.. apa aku cantik hari ini? Aku lupa mengoleskan lip gos..

"Kamu udah makan?" Dia menatapku heran.

"Be belom.." jawabku sedikit kaku.

"Oh kebetulan, kamu mau makan bareng? saya beli roti kebanyakan, sepertinya ga bakal habis kalau dimakan sendiri"

Ah senangnya.. tanpa sadar aku langsung mengangguk..

Kami makan di taman belakang sekolah, pemandangan disini indah, dengan air sungainya yang tenang dan pohon pohon yang rindang, udaranya sangat sejuk.

Dia membawa dua bungkusan panjang berwarna pink pastel. Wah..ini kan roti mahal, dari penampilannya aja udah kelihatan enak, dan baunya semerbak keluar membuat aku menahan air liurku, ah rasanya tidak sabar, deh.

"ini, makanlah sepuasnya.. jgn sungkan-sungkan" dia menyodorkan dua potong roti. Apa dia dapat membaca pikiranku tadi,ya..?

Tapi roti ini memang enak, bentuknya bulat, dipadukan cream lembut didalamnya, manis dan gurih, ini sangat enak!

"airin, katanya kamu agak susah belajar matematika ya?"

Seketika aku langsung tersedak.

"Ah.. bapak tau dari mana?"

"Sebelum pindah pak bowo memperlihatkan nilai nilai pelajaran semua murid, dan nilai matematika mu paling jelek di antara seluruh kelas!"

"Ah ituu.. aku sudah berusaha keras belajar kok, bahkan pak bowo menambah pr matematika untukku, tapi dia terus terusan menekanku, bukannya semangat aku jadi tambah malas"

"Jangan memberi alasan. Semuapun susah kalau belum dicoba. Kamu harus lebih giat lagi, jangan bayangkan matematika itu musuhmu, tapi pelajarilah, kamu mengerti maksudku,kan..?"

"I iya pak.."

"Baiklah kalau begitu. Mulai minggu depan datanglah kerumah, aku akan mengajarimu sampai bisa, kalau tetap tidak bisa kamu tidak akan lulus tahun depan, mengerti?"

"Ta tapi, pak.." belom sempat menyelesaikan kata-kataku dia langsung pergi. Ah apa-apaan ini, kenapa dia seenaknya sendiri, matematika itu sulit bagaimana  mungkin aku bisa? Tapi aku juga gak mau kalau tidak lulus, apa kata ibuku nanti? Juga seluruh murid disini pasti mencemoohku. Aku pikir tadinya ini romantis, dia datang mengajakku makan hanya untuk memberitahu tentang hal ini, ah mengesalkan sekali.

Roti ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang