13

328 4 0
                                    

"KAU DIMANA!" teriakku keras sekali saking paniknya.

"A-ku di be-la-kang seko-lah" suaranya melambat.

"OKE AKU KESANA, TUNGGULAH SEBENTAR..!"

Teleponnya masih menyambung tapi dia tidak menjawab.

"HALOO..? KAU DENGAR AKU?"

Tidak ada waktu lagi, aku harus segera kesana, sepertinya veli dalam bahaya.

Setiba di halaman belakang sekolah, aku melihat segerombolan lelaki sekitar 7 orang, dan veli tertelungkup disana. Tapi mereka itu siapa?Apa begal? Kenapa felix gak ada? Gak mungkin kan felix membiarkan veli pulang sendiri.

Mereka memukuli veli dengan balok, veli terlihat sudah lemas tidak berdaya. Hampir seluruh badannya luka parah sampai membiru, aku tidak bisa melihatnya seperti itu, aku harus menolongnya walaupun mungkin ini juga bahaya untukku, tapi aku gak tega melihat veli diperlakukan begitu.

Aku berlari cepat kesana. Saat aku menghampirinya, badan veli sudah terlihat kaku.

"Vel, bangun vel.." aku menepuk-nepuk pipinya pelan.

"Woi siapa,lu?" salah satu lelaki berteriak melihatku.

"Gua temennya dia! Banci semua lu, beraninya keroyokan lawan cewek sendiri!! Kalo berani lawan gua, maju lu semua!!!"

"Kita kaga ada urusan sama lu ya..! lebih baik lu minggir, kalau mau selamat!"

Aku sudah tidak peduli lagi dengan omongannya, tanpa banyak basa-basi aku langsung menendang salah satu dari mereka, dan dari belakang seseorang memukul kepalaku keras, membuatku langsung terjatuh, kepalaku langsung pusing sekali sampai aku tidak mampu untuk berdiri lagi.

Tidak lama terlihat mobil polisi datang dan mereka langsung ditangkap. Sebelumnya, saat aku masih memperhatikan mereka dari jauh, aku memang sudah berniat menelpon polisi, karna aku juga yakin tidak bisa melawan mereka semua.

****

Esoknya anak-anak sudah mengerubungiku, menanyakan kejadian semalam. Dan felix langsung di panggil ke ruang guru untuk dimintai keterangan.

Semalam itu, veli langsung dibawa kerumah sakit, ibunya tidak henti-hentinya menangis, sambil menanyakan kejadiannya kepadaku. Dia merasa kecewa, tidak tau kalau veli pergi malam- malam karna dia sudah tidur. Kalau sampai dia tau, sudah pasti dia akan melarangnya. Aku jadi merasa bersalah dan tidak enak  pada ibunya tlah membiarkan veli begitu saja.

Jam pelajaran usai, aku langsung menemui pak alvin utk menanyakan felix. Dia bilang felix tidak ada hubungannya dengan kejadian semalam. Pesan yang masuk dihpnya veli juga bukan nomernya felix, di pesan itu hanya tertulis dari felix. Jadi siapa mereka itu? Apa murni hanya sekelompok begal? Tapi pesan itu dari siapa? Dan kenapa pelakunya bisa kenal felix?

Sepertinya pelaku tau perasaan veli terhadap felix dan berusaha memanfaatkannya utk bertemu?
Apa pelaku itu masih teman kelas kami? Pikiranku langsung tertuju pada chika, anak itu kan punya masalah dengan veli dan dia juga tidak berangkat sekolah hari ini.

"Polisi bilang akan menyelidiki kasus ini dalam 24 jam, kalau sudah terbukti siapa pelakunya pasti langsung ditangkap"

"Oh begitu.." aku mengangguk.

"Kamu berani sekali menyelamatkan veli, kenapa tidak mencoba menghubungiku?
Niatmu sudah bagus, tapi jangan senekat itu, percuma kalau kamu mati dan malah tidak bisa menolong, kenapa tidak menunggu saja sampai polisi datang"

"Mana bisa aku setega itu melihat veli terus-terusan dipukul, aku hanya mencoba mengulur waktu, veli sudah terlihat seperti mayat, dan dokter juga bilang, untungnya kami langsung membawanya ke rumah sakit, kalau terlambat sedikit nyawanya mungkin tidak bisa tertolong"

"Hmm begitu ya.. tapi lain kali kalau ada apa-apa segera hubungi aku ya, mungkin malam itu adalah keberuntunganmu, polisi langsung datang.."

"Iya iya, aku mengerti!"

"Ya sudah makanlah roti ini. Ini adalah roti menu baru loh, cobalah.."

"Wah, rasa pisang ya.. kelihatannya enak nih!"

Aku langsung melahapnya sampai habis.

Pulang sekolah aku berniat menjenguk veli dulu, aku ingin melihat keadaannya sekarang. Saat sampai disana, aku lihat ibunya sudah seperti biasanya lagi, tidak sesedih seperti semalam.

"Veli belom sadar, tulang punggung dan tulang kakinya patah, tapi dokter bilang keadaannya mulai membaik"

"Oh syukurlah.. ini aku bawakan roti dari pak guru."

"Terimakasih ya rin.. kamu sampai repot-repot kesini"

"Tidak papa kok bu, sekalian aku juga ingin lihat keadaannya veli"

"Tapi aku juga penasaran siapa pelakunya, aku juga akan berusaha mencari tau pelaku yang sebenarnya! Sepertinya orang itu masih satu sekolah dengan kami.."

"Kamu memang benar. Baru saja polisi tadi datang dan memberi tau bahwa pelakunya adalah teman sekelas veli kalau tidak salah namanya chika. Dia langsung di tangkap, tapi orangtuanya meminta keringanan dan menelponku minta di urus secara kekeluargaan. Tapi aku tidak mau memaafkannya begitu saja! Bayangkan kaki anakku sampai patah! Kalau beruntung bisa sembuh, dia mungkin bisa berjalan sementara dengan tongkat, tapi kalau tidak, harus di amputasi!" mukanya terlihat sedih lagi.

"Tenanglah bu.. aku yakin veli bisa sembuh, apalagi dokter bilang keadaannya mulai membaik. Kita harus bersyukur, setidaknya veli masih bisa hidup sampai saat ini. Kita doakan saja semoga veli cepat sembuh"

"Iya, benar juga.. kamu anak yang baik.. terimakasih kamu juga sudah menyelamatkan veli, kalau tidak ada kamu, mungkin nyawanya tidak bisa tertolong. Sekali lagi ibu berterimakasih sama kamu"

"Iya bu, sudah seharusnya sebagai teman saling menolong. Ya sudah bu.. sudah waktunya aku utk pulang, ibu jaga diri baik-baik ya, aku pamit dulu"

"Iya nak.. kamu juga hati-hati dijalan"

"Baik. Sampai jumpa lagi.."

Aku melambaikan tangan dan berlalu pergi.

Roti ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang