"Kamu adalah kesalahan terindah yang pernah Mas punya!"
Setiap hadiah tidak selalu harus terbungkus indah, jangan menentukan nilai lebih dulu sebelum memastikan dengan benar apa yang ada didalamnya karena terkadang hadiah terindah tidak datang dari...
Huhu ini bukan update tapi Aya lagi promo, bolehlah ya, boleh aja udah. kwkwkw.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini dia judulnya "Behind"
Spoilernya dikit aja ya tapi kalau mau mampir boleh klik linknya https://my.w.tt/KwwCBwoAWbb
"Mas! Boleh Ara bicara sama Mas sebentar?" Tanya gue dari ambang pintu kamar Mas Nizam.
"Kenapa Dek? Masuk sini." Gue tersenyum kecil dan ngambil posisi duduk disebelah Mas Nizam yang memang sedang meriksain beberapa tugas mahasiswanya.
"Mas! Boleh ditunda dulu kedatangan orang tua Mas Hilal kerumah?" Tanya gue meragu, Mas Nizam meletakkan tugas mahasiswa dan ngambil fokus penuh dengan pertanyaan gue.
"Kenapa? Cerita sama Mas, Adek gak mau nikah sama Hilal?" Gue tersenyum kecil dengan pertanyaan Mas Nizam sekarang.
"Mas tahu lebih baik dari siapapun gimana perasaan Ara sama Mas Hilal, menikah dengan Mas Hilal adalah impian Ara dari dulukan?" Ucap gue malah tertawa kecil.
"Terus kenapa mau nunda acara lamarannya? Bukannya lebih cepat lebih baik?" Memang sesuatu yang tujuannya baik harus disegerakan tapi apa ini akan menjauh sesuatu yang tujuan baik?
"Bukan apa-apa, Ara mau mastiin sesuatu lebih dulu, hari sabtu ini, kasih Ara kesempatan untuk mastiin semuanya sampai sabtu ini dan malam minggunya, undang keluarga Mas Hilal kerumah." Tawar gue dan berharap besar kalau Mas Nizam mau nurutin kemauan gue.
"Dek! Sebenarnya apa yang Adek pikirin? Cerita sama Mas, gak baik selalu nanggung sakit Adek sendirian, Mas khawatir." Mas Nizam bahkan belum bisa menyunggingkan senyumannya untuk gue.
"Kalau Ara udah yakin, Ara bakalan cerita semuanya sama Mas, Ara gak akan ngerahasiain apapun dari Mas jadi tolong, bantu Ara ngomong sama Ayah Bunda ya Mas." Walaupun Mas Nizam keliatan terpaksa tapi anggukan Mas Nizam beneran membuat gue sedikit bisa bernafas lega.
