Kalian tau bagaimana rasanya hidup menjadi bayangan? Sesak dan tak teranggap. Itulah yang di rasakan oleh gadis cantik bersifat dingin itu, Aletha Viola Smith. Aletha memiliki kembaran yang lebih tua darinya yaitu Alesha Viona Smith, gadis cantik yang mengambil alih seluruh kasih sayang orang tuanya, itu yang Aletha tau.
"Pagi mah, pagi pah" sapa Alesha.
"Pagi sayang" sapa mereka berdua.
"Pagi" kini giliran Aletha yang menyapa. Namun tak ada respon dari mereka yang ada di meja makan.
"Sayang...kamu makan yang banyak yah." ucap Tania pada Alesha, putri kesayangannya.
"Tentu mah"
"Oh iya sayang. Bagaimana sekolah mu? Lancar kan?" tanya Devon pada putrinya, Alesha.
"Tentu saja lancar" ujar Alesha.
Sedangkan disisi lain ada Aletha yang merasa asing di keluarganya sendiri. Dia memperhatikan obrolan antara orang tua dan putrinya itu, walaupun dia termasuk di dalamnya namun tak pernah di perhatikan.
'Sangat miris. Aku ada tapi seolah tak ada' batin Aletha miris.
Dari pada melihat hal yang menyakitkan itu, dia memilih berangkat kesekolah tanpa pamit. Menurutnya itu percuma , jika pada akhirnya tak ada respon dari mereka.
"Anak kurang ajar" tukas Tania.
"Sudahlah, memang sudah tabiat anak itu jika tidak sopan" ucap Devon ke sang istri.
"Pah, mah kaloau begitu Lesha berangkat" pamit Alesha pada kedua orang tuanya.
"Iya hati hati" ucap Tania dan Devon.
* * * * *
Disekolah Aletha tidak menggunakan nama belakangnya karena perintah Alesha. Alesha tidak mau mengakui Aletha karena masih menyimpan dendam pada Aletha atas kesalahan yang tidak di lakukannya.
Di kelas bahkan di sekolah, Aletha adalah siswi anti sosial. Sikap dingin, wajah tanpa ekspresi itu membuat orang takut berhadapan dengannya kecuali, Conita Rose Shent dan teman teman Alesha yang hobi mengganggu Aletha.
"Pagi Letha" sapa Conita dan dibalas anggukan oleh Aletha.
"Tugas kamu sudah selesai?" tanya Conita.
"Hm" gumam Aletha.
"Aduh Letha, kalau sedang berbicara dengan seseorang itu tatap matanya, bisa bisa kau dianggap tunanetra jika seperti ini" ucap Conita gemas.
Yang di ajak bicara hanya diam tak menjawab seolah tidak ada apa apa.
"Huh...Tha, jujur aku tidak menyukai kau yang sekarang, dingin, cuek, dan tidak ingin bergaul. Mana Aletha yang aku kenal" tutur Conita sedih.
Memang, semenjak Aletha menduduki bangku SMP, sifatnya berubah drastis. Karena kasih sayang orang tuanya hanya mengarah ke Alesha. Alesha di beri kasih sayang lebih akibat sebuah insiden yang menimpanya mengatasnamakan Aletha.
"Aletha yang dulu sudah tidak ada" ucap Aletha dingin.
"Letha, aku mau Letha yang aku kenal"
"Maaf"
"Bukan salah mu, tapi bagaimana pun kau, aku akan tetap ada dipihakmu" ujar Conita.
* * * * *
"Mau pesan sesuatu?" tanya Conita.
"Air putih" jawab Aletha singkat.
"Tidak ingin pesan makanan? Bisa bisa kau sakit" ucap Conita khawatir.
"Tidak" lagi lagi jawaban singkat yang terdengar.
Conita menyerah membujuk Aletha dan memutuskan untuk pergi memesan makanan untuk mereka berdua. Belum lama Conita pergi, tiba tiba Alesha dan teman temannya datang menggebrak meja yang ditempati Aletha.
"Eh ada virus" desis salah satu dari mereka, Luna.
"Hei Luna, jangan mendekatinya. Virus sialnya bisa menyebar pada mu" ejek Alesha sambil menunjuk Aletha yang hanya diam.
"Ew menjijikkan" kali ini Rara yang berbicara.
"Kau benar" ucap Alesha dan Luna.
"Eh kalian apakan Aletha!?" tanya Conita setelah tiba dengan pesanannya
"Kita tidak melakukan apa apa, hanya bermain sedikit" jawab Alesha.
"Lagi pula kami masih punya otak untuk berurusan sama gadis sepertinya" ujar Rara sinis.
"Sudah jangan ditanggapi, ayo" ucap Aletha ke Conita lalu beranjak pergi tanpa mendengarkan sumpah serapah dari Alesha.
Setelah beranjak dari kantin, Aletha memutuskan untuk ke rooftop sekolahnya dan membolos pelajaran berikutnya. Namun sebelum itu dia mengirim pesan buat Conita agar mengizinkannya ke guru dengan alasan tidak enak badan.
"Orang bilang takdir itu sangat adil untuk hidup, lalu dimana keadilan itu? Setiap saat aku berharap agar bisa mendapat kasih sayang mereka, tapi hanya Alesha yang mendapatkannya. Kapan kalian sadar, ada aku putri kalian bukan hanya Alesha" gumam Aletha sembari menatap ke awan yang terlihat mendung dan siap menumpahkan air hujannya.
"Aku heran terhadap hujan. Sudah tau jatuh itu sakit, tapi tetap saja ia rela jatuh demi kehidupan dibumi. Aku merasa tak sekuat itu" tutur Aletha sedih sambil senyum pedih.
"Rasanya ada yang sakit disini" ucap Aletha sendu sambil menatap nanar awan dengan tangan yang memegang dadanya.
Ya, hidup Aletha memang tak lama lagi. Dan menurutnya, apasih yang bisa di lakukan penderita Kanker Paru Paru selain menunggu kematian? Harapan Aletha hanya ingin menjadi nyata di hadapan orang tuanya, bukan hanya sekedar bayangan hitam yang selalu berada di bawah dan tak terlihat bila gelap.
Bosan meratapi hidup yang menyedihkan, Aletha memutuskan untuk menemui dokter pribadi keluarga yang menanganinya. Tapi bukan berarti keluarga Aletha tau tentang penyakit yang dideritanya.
"Hai dok" ucap Aletha saat memasuki ruangan putih itu.
"Oh Aletha? Silahkan masuk. Ayo duduk" ujar dokter itu, Farid.
"Saya mau memeriksakan diri dok"
"Oh tentu. Mari ikut dengan saya" ujar dokter Farid kemudian membawa Aletha ke ruangan khusus.
Kurang lebih tiga puluh menit didalam ruangan tersebut, Aletha dan dokter Farid keluar sembari berbincang.
"Aletha apa orang tua kamu sudah tau soal ini?" tanya dokter Farid.
"Belum dok" jawab Aletha di sertai gelengan.
"Kenapa? Penyakit kamu ini sudah masuk tahap yang parah. Mereka harus tau. Kamu putri nya" tutur dokter Farid.
"Saya hanya tidak ingin di kasihani oleh mereka dok. Lagi pula mereka tidak pernah menganggap saya putri mereka. Yang mereka lihat hanya Alesha" ujar Aletha datar dan dingin.
"Tapi kalau kamu memberi tau mereka, ada kemungkinan kamu bisa sembuh" ucap dokter Farid.
"Tidak dok, terima kasih" setelah mengatakan itu, Aletha langsung pamit pada dokter Farid lalu pulang kerumah di mana dia tak di anggap.
'Tuhan...biarkan aku merasakan kebahagiaan sebelum kau menjemputku' batin Aletha.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.SATU PART SELESAI HIYA BANTU VOTE YA SAYANG KALAU MAU JADI SILENT RIDERS JUGA GAK PAPA RELA HAYATI.
30-03-2018
Nalaraksara
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi [ Aletha ]
Teen FictionBerkisah tentang kehidupan seorang gadis yang begitu naif ketika dihadapkan dengan kekejian permainan hidup. Baginya, semua terasa buntu dan hampa. Menjadi bayangan tak kasat mata dan tak teranggap ditengah rumah sendiri. Itulah yang ia rasakan, gad...