Aletha yang sedang terlelap itu tiba tiba merasakan sakit di dadanya, keringat dingin mengucur di wajah cantiknya.
" S-sakit ssh k-kenapa sakit sekali" Aletha tergagap karena rasa sakit yang melandanya. Jantungnya serasa di remas dan paru parunya seakan berhenti memproduksi oksigen.
Aletha berusaha mengambil obat yang berada di laci meja nakas miliknya, setelah mendapatkannya dengan susah payah, dia segera meminumnya. Perlahan nafas Aletha yang tadinya memburu berangsur angsur teratur.
"Sudah jam 3.48. Lebih baik tidak usah tidur lagi" lirihnya.
Aletha bangkit dari tidurnya kemudian melangkah menuju balkon kamar miliknya. Dia menatap langit gelap itu dengan pandangan menerawang.
"Bulan begitu beruntung, berada diantara bintang yang senantiasa menemani perjalanannya. Adakah kesempatan untukku menjadi salah satu bintang itu?" ucap Aletha lirih hingga hampir tak terdengar.
"Lex, kau lihat? Sekarang aku hanya bisa tersenyum sendiri, dan luka pun tak bisa ku bagi. Tidak ada yang ingin menjadi sandaran ketika masa lalu menghantam. Sebenarnya, apa kesalahanku?" Sejak meninggalnya Alex Vedrick Smith, kakak nya, Aletha lah yang selalu di salahkan atas kecelakaam yang menimpa Alex. Maka dari itu keluarganya (Tania, Alesha, Devon) memanggilnya anak pembawa sial. Karena ketidak sengajaan nya juga saat menabrak pundak Alesha hingga jatuh terbentur dan mengakibatkan Alesha koma, Aletha semakin di benci.
Aletha beranjak masuk ke kamarnya kemudian mengambil buku diary miliknya, buku yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah.
Dear Diary
Seberapa benci kalian pada ku? Aku putri kalian, namun sepertinya hanya sosok bayangan asing yang mencoba menjadi bagian penting. Tapi rasa benci kalian, melebihi rasa sayang ku pada kalian.
Aletha Viola Smith
01-Maret-2018Ya, Aletha memang sangat senang menulis di buku diary miliknya. Baginya, hanya di buku itulah dia bisa menumpahkan rasa kecewa yang dia miliki ke keluarganya.
4.30
Aletha segera bersiap buat ke sekolah. Dia memilih berangkat lebih awal sebelum keluarganya bangun. Toh siapa yang peduli padanya, pikir Aletha. Aletha yang sudah siap kini berjalan menuruni anak tangga satu persatu. Dia memilih berjalan kaki buat ke sekolah dari pada naik angkutan umum, tapi bukan berarti dia tidak punya uang.
Aletha memiliki penghasilan sendiri dari perusahaan yang ia kelola, dia membangun perusahaan itu dari hasil jerih payahnya bekerja di sebuah cafe.
Saat hendak menyebrang, tiba tiba mobil dengan kecepatan tinggi melaju kearahya dan dia hanya bisa menutup matanya.
"Sepertinya hidup ku berakhir tragis" lirih Aletha. Namun beberapa menit berlalu Aletha tidak merasakan sakit di tubuhnya, melainkan dekapan hangat seseorang. Aletha mendongak untuk melihat orang yang menolongnya yang ternyata seorang pria.
Aletha terus menatap pria itu yang mengingatkannya akan seseorang, Alex. " Kau? Siapa kau dan kenapa kau menolongku?" ucap Aletha dengan nada datar, walau tak di pungkiri dia merasa aman di dekat pria asing itu.
"Kau tidak perlu tahu" ucap pria itu dengan nada yang seakan menahan sesuatu.
"Oh. Terima kasih sudah menolong ku" ucapnya kemudiam berlalu dari hadapan pria itu. Sedangkan pria itu? Dia tak ada minat untuk mengalihkan pandangannya dari Aletha.
"Kau berubah Tha" lirih pria itu sembari tersyum miris.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.YEYA PART DUA SELESAI. TQ YANG UDAH NGEVOT PART PERTAMA JADI SAYANG DEH HUHU. APA SIH ALAY
02-04-2018
Nalaraksara
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi [ Aletha ]
Teen FictionBerkisah tentang kehidupan seorang gadis yang begitu naif ketika dihadapkan dengan kekejian permainan hidup. Baginya, semua terasa buntu dan hampa. Menjadi bayangan tak kasat mata dan tak teranggap ditengah rumah sendiri. Itulah yang ia rasakan, gad...