Sejak hari dimana Aletha bertemu dengan orang yang tanpa sengaja menolongnya itu, dia mulai kepikiran hingga...
Tok...Tok..
"Hei, oma datang mau menemui mu" ketus Alesha dan Aletha hanya mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Alesha yang menatapnya sinis.
"Oma?" ucap Aletha.
"Hai sayang, oma kangen sama kamu" ucap oma Marissa sambil memeluk Aletha. Yap, Aletha dan omanya memang sangat dekat, omanya itu tinggal di USA dan dia tidak tau menahu soal apa yang dialami Aletha.
"Letha juga" balas Aletha.
"How are you dear?" tanya oma Marissa.
"Maybe Good? Maybe no" jawab Aletha ragu.
"Kenapa ragu sayang?" tanya oma Marisa lagi.
"Ntah lah. Oma, Aletha boleh cerita? Tapi tidak di sini" ucap Aletha.
"Tentu sayang, lagi pula oma sangat merindukan cucu oma ini" ucap oma Marisa sambil memeluk singkat Aletha.
Sedangkan Alesha yang merasa tak dianggap, menatap Aletha sinis dan memberi pandangan mengejek.
"Ish oma! Perasaan yang di perhatiin dari tadi cuman Aletha, kok Lesha nggak sih oma?" rajuk Alesha.
"Aduh sayang~ tadikan udah oma peluk. Sekarang giliran Letha dong" ucap oma Marisa. Mendengar itu Alesha memilih pergi sambil menghentakkan kakinya.
"Oh iya sayang. Katanya tadi mau cerita? Ayo kita cerita di taman belakang aja" ajak oma Marisa.
Sekarang mereka berdua berada di taman belakang. Aletha sedari tadi hanya menghembuskan napas beratnya. Oma Marisa dibuat bingung dengan cucunya itu.
"Oma? Letha mau cerita, tapi janji gak akan ngejauhin Letha" ucap Aletha lirih.
"Emm bagaimana yah. Itu sih tergantung" goda oma Marisa.
"Letha tidak sedang bercanda oma. Siapa tau oma juga akan menghidar dari Letha kalau Letha cerita" tutur Aletha sendu.
"Iya. Sekarang mau cerita apa?" tanya oma Marisa.
"Oma tau pasal meninggalnya kak Alex?" tanya Aletha.
"Tentu. Kenapa?"
"Semua orang menyalahkan Letha soal meninggalnya kak Alex. Padahal Letha tidak tau apa apa. Letha sudah mencoba beri penjelasan tapi, Alesha, Mama, Papa, mereka semua tidak percaya sama Letha. Mereka benci sama Letha. Tidak ada yang sayang Letha di sini" lirihnya dengan mata berkaca.
"Sudah Aletha, jangan dipikirkan. Dengar, oma akan selalu ada saat Letha butuh. Jadi Letha jangan khawatir yah?" bujuk oma Marisa.
"Terima kasih oma" ucapnya sambil tersenyum.
_________________
"Aletha?" panggil oma Marisa.
"Ya oma?"
"Letha mau ikut oma tidak ke USA?"
"Ikut oma? Ke USA? Tidak oma, Letha mau di sini aja. Lagian mama, papa gak bakal ngijinin"
"Why not? Its not big problem dear"
"No, this big problem. Iam certain, my perents are not agree about that"
" Why? If their are hate you, why dosent agree ? "
"Cause their like to look me poor, maybe?"
"Baiklah. Oma tidak memaksa. Tapi ingat oma tidak ada di sini bukan berarti oma tidak memantau mu"
"Maksud oma?"
"Ya. Mulai saat ini, kau dalam pantauan oma"
"Mm baiklah" ucap Aletha sambil memeluk omanya.
_______________
"Oma kenapa cepat pulang?" ucap Aletha sedih. Yap, hari ini omanya akan pulang ke negara asalnya.
"Tenang sayang. Kan ada Alesha. Lesha jaga adik kamu yah?" ucap oma Marisa.
"Ya oma" balas Alesha malas.
"Ingat yang oma katakan. Kalau gitu, oma berangkat yah sayang. Bye" ucap oma Marisa kemudian memasuki mobil mewah miliknya. Aletha memandang nanar mobil mewah itu.
'Pada akhirnya aku tetap sendiri' batin Aletha miris.
"Heh, kasihan. Jujur saja jika aku jadi kau, lebih baik aku mengakhiri hidup dari pada tersiksa, ah atau mau aku bantu?" ucap Alesha sadis.
"Penting ya ikut campur urusan orang" ucap Aletha sarkastik kemudian berlalu.
"DASAR PEMBAWA SIAL! MATI SAJA SANA!" teriak Alesha.
Aletha hanya bisa menahan air matanya mendengar ucapan kembarannya itu. Dia hanya bisa berharap agar dia bisa merasakan kebahagiaan sebelum dia pergi.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.HUHU MYRYS YA JADI ALETHA TAPI LEBIH MIRIS JADI AUTHOR HUHU GAK DAPET VOTE TETEP SEMANGAT HUHU
06-04-2018
Nalaraksara
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi [ Aletha ]
Teen FictionBerkisah tentang kehidupan seorang gadis yang begitu naif ketika dihadapkan dengan kekejian permainan hidup. Baginya, semua terasa buntu dan hampa. Menjadi bayangan tak kasat mata dan tak teranggap ditengah rumah sendiri. Itulah yang ia rasakan, gad...