Tampak seorang gadis yang tengah duduk di salah satu bangku taman yang sepi sambil menikmati pemandangan langit malam yang membuatnya tenang. Gadis itu terlihat menghembuskan nafas beratnya berkali kali, gadis itu adalah Aletha.
"Kalau diingat kembali, hidup ku terlalu miris seprtinya" gumam Aletha tersenyum miris. Tanpa di sadarinya, ada seseorang yang mendengar penuturannya itu.
"Masalah apa yang kau hadapi?" lirih orang itu yang merupakan seorang cowok.
Orang itu terus memperhatikan Aletha dari jauh dan mengikuti langkah Aletha yang mulai beranjak dari taman dan kembali kerumahnya. Saat di perjalanan pulang, Aletha merasa ada yang mengikutinya sedari tadi, dia pun menghentikan langkahnya dan tidak menemukan apapun.
Aletha kini berada di depan rumah mewah yang mana penghuni rumah itu tidak ada yang menganggapnya. Saat dia masuk tiba tiba...
Plak
Suara tamparan dan tatapan tajamlah yang menyambutnya.
"Dari mana saja kamu hah!? Jam segini baru pulang!" amuk Tania.
"Bukan urusan anda" ucap Aletha datar.
"Dasar kurang ajar! Jelas ini urusan saya, karna kamu jika di biarkan melunjak! Bisa bisa nama saya rusak gara gara kamu!" bentak Tania.
"Permisi" ucap Aletha tanpa memperdulikan ucapan Tania. Pendengarannya seolah tuli akan hal itu.
"Dasar anak kurang ajar kamu! Mati saja kamu! Gak sudi saya punya anak kayak kamu! DASAR BAWA SIAL" teriak Tania dan masih di dengar oleh Aletha. Sedangkan Aletha berpapasan dengan Alesha.
"Dengar? Mamah saja tidak sudi punya anak seperti mu. Sudah bawa sial, tidak tau diri lagi, mau jadi jalang heh? ewww" ucapan Alesha membuat Aletha semakin sadar akan posisinya saat ini, perkataan Tania juga sangat membekas dan menorekhan luka baru untuknya.
' Hanya ingin kasih sayang kalian seperti dulu' batin Aletha sambil tersenyum kecut.
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.TYPO ADA DIMANA MANA KAYAK JANJI DOI YANG ADA DIMANA MANA HIYA HIYA APASIH LO THOR GAJE. VOTE YA GAES
10-04-2018
Nalaraksara
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi [ Aletha ]
Teen FictionBerkisah tentang kehidupan seorang gadis yang begitu naif ketika dihadapkan dengan kekejian permainan hidup. Baginya, semua terasa buntu dan hampa. Menjadi bayangan tak kasat mata dan tak teranggap ditengah rumah sendiri. Itulah yang ia rasakan, gad...