Tania menghampiri sang putri yang tengah terbaring lemah diatas brankar rumah sakit. Jari jarinya ia layangkan untuk mengusap lembut pipi sang putri.
"Mah" panggil Aletha dengan nada lemahnya.
"Iya sayang? Mama disini" dengan nada bergetar ia menyahuti panggilan Aletha. Tania merasa sebuah batu menghantam dadanya, rasa sesal itu nyata mencabik cabik sebagian dari dirinya.
"Aletha sayang sama mama, Letha kangen mama, peluk Letha Mah" ucapan lemah Aletha mengiris pendengaran mereka yang ada diruangan itu.
"Iya sayang, mama peluk. Jangan nangis ya sayang. Letha harus kuat nak"
"Mama juga jangan nangis. Letha kuat kok mah, hanya saja perjuangan Letha mungkin cukup sampai sini" menyedihkan, sangat menyedihkan perkataan yang terlontar dari mulut Aletha. Devon yang sejak tadi diam merasa tertampar oleh perkataan putrinya.
Ia berjalan mendekati Aletha dan Tania yang tengah berpelukan seakan salah satu dari mereka akan pergi begitu jauh dan itulah faktanya.
"Sayang ini papa, yang kuat ya Tha jangan lemah. Maafin papa nak, maafin papa sudah menelantarkan kamu, cuek terhadap kamu, mengkasari kamu bahkan papa pernah menampar mu karena emosi papa. Maafin papa nak maafin papa" air mata Devon seakan tidak terbendung, ia menumpahkan tangis nya sambil terus mengecup puncak kepala putrinya.
"Pah, Aletha selalu memaafkan papa. Kalian semua selalu Aletha maafin bahkan sebelum kalian meminta maaf"
Alesha dan Alex menyembunyikan duka mereka. Melihat kejadian itu membawa Alesha ke hari hari dimana ia terus saja menjelekkan Aletha di mata kedua orang tuanya, ia selalu mengejek Aletha di Sekolahnya bahkan mempermalukan Aletha.
"Betapa berdosanya aku sama kamu Tha" -batin Alesha.
"Tha, maafin aku juga. Aku menyesal Tha, aku salah, aku egois Tha hiks"
"Sha, kamu tidak ada salah, ini hanya masalah waktu"
"Aku salah Tha aku salah, saudara macam apa aku ini. Bodoh kau Alesha bodoh" Alesha mengejek dirinya sendiri dengan air mata yang terus mengalir deras dipipinya.
"Sha jangan seperti ini"
"Yang kuat Tha, kamu bisa kamu pasti sembuh. Biar kita bisa kayak dulu lagi ya Tha sama seperti delapan tahun lalu"
"Aku harap begitu Sha" senyuman Aletha begitu cerah dibibirnya yang pucat.
"Alex" panggil Aletha.
"Ada apa sayang hm? Aku disini"
"Terimakasih"
Alex kembali menjatuhkan air matanya, ia memeluk adiknya itu dengan lama sambil mencium puncak kepala sang adik.
"Alex, apapun yang terjadi nanti, aku mohon ikhlaskan. Semuanya bukan salah siapa siapa. Jangan balas dendam ka papa mama yah?"
Alex hanya terdiam sambil menatap adiknya. Ia begitu menyayangi Aletha, hampir sebagian hidupnya ia habiskan hanya untuk mengurusi adiknya mana mungkin ia sanggup untuk sekedar membayangkan sesuatu terjadi pada adiknya kecuali keajaiban.
"Mah, Pah, Sha kalau aku ada salah tolong maafin yah. Kalau aku pernah membuat kalian marah tolong maklumi, itu hanya sebuah usaha agar kalian melihat ke arah ku"
Mendengar kalimat itu, keempat orang yang berdiri didekat Aletha menatap sedih kearahnya. Mereka semua berharap sebuah keajaiban datang pada putri mereka. Alex terus saja merapalkan doa agar sang adik bisa bertahan. Tania terus menangis dengan tangan Aletha didalam gengamannya.
Aletha terus tersenyum lemah ke arah empat orang tersebut. Sampai sebuah suara mengintrupsi pendengaran mereka dan mengarahkan pandangan dengan cepat ke arah alat pendeteksi detak jantung lalu kembali ke arah Aletha yang tidak lagi tersenyum secarah tadi. Mata nya kini tertutup dan senyum diwajahnya tidak secerah tadi.
Devon berlari keluar ruangan sambil meneriaki dokter yang jaga disekitar ruangan
"Maaf, ini batas kemampuan kami. Putri anda telah tiada" ucapan dokter itu terus terngiang ngiang dikepala Alex, ia terus memperhatikan wajah pucat Aletha.
"Senyum itu, senyum itu tidak akan ada lagi. Sumber semyuman itu telah pergi. Tha, kamu bebas sekarang. Rasa sakit itu pergi Tha tapi dia juga membawa semyuman mu dari kehidupan ku. Lucu ya, aku dan separuh hidup ku bersusah payah agar senyuman itu tetap ada, tapi apa? Dengan tidak tau malunya takdir merebut semuanya Tha, semuanya termasuk kamu. Yang tenang ya sayang" kecupan terakhir Alex daratkan ke dahi sang adik.
Sedangkan Tania? Ia kini mengis histeris didalam pelukan sang suami. Ia terus menangis hingga jasad Aletha dibawa pulang ke Rumah duka.
*****
Semua pelayat telah pergi, kini hanya menyisakan Alex, Tania, Devon, juga Alesha yang masih setia berada disamping makam Aletha.
Alex terus mengusap batu nisan sang adik dengan air mata mengering disekitar pipinya.
Ia merasa seakan baru kemarin ia melihat Aletha kecilnya dan sekarang? Sudah tidak ada lagi."Yang tenang disana Tha" ujar Alex dengan nada beratnya akibat terlalu lama menahan tangis.
"Lex, ayo sayang kita pulang" ajak Tania namun Alex tidak bergeming"
"Kak ayo, sampai kapan kak Alex terus disini?" dan tidak ada jawaban dari Alex. Ia hanya bangkit dari posisinya lalu menatap tajam ketiga orang yang ada didekatnya kemudian berlalu.
"Mau kemana kamu?" tanya Devon.
"Bukan urusan anda"
Alex berjalan menjauh dari area pemakaman dengan air mata dipipi Tania yang terus menetes mengikuti langkah Alex yang menjauh.
"Pah, mama membuat anak anak mama pergi dari mama pah" ucap Tania disela tangisnya.
Sedangkan disisi lain, Alex telah tiba di Apartemen miliknya. Ia bergegas ke kamar Aletha, sang adik yang baru saja ia lihat tersenyum lalu kemudian pergi begitu saja.
Mata Alex tertuju pada sebuah buku berwarna pastel, yang merupakan buku diary seorang Aletha. Tangannya terulur untuk mengambil dan membaca buku itu.
Biarkan kata PERGI yang ajarkan arti dari kata HILANG
-Aletha Viola Smith-
Akan ada saatnya orang lain merasakan apa itu kehilangan ketika hal yang dianggap sampah itu benar benar pergi
-Aletha Viola Smith-
Terimakasih untuk segala pelajaran ini. Sekarang aku sadar sesuatu akan indah ketika waktunya tiba
-Aletha Viola Smith-
Lepas dan bebas sedikit lagi beban yang ada akan hilang. Terimakasih dan sampai jumpa didunia yang lain.
"Aletha Viola Smith" ujar Alex membaca nama sang adik yang tertera disana.
Dia benar benar pergi, membawa segalanya. Tawa bahkan tangisnya sudah tidak akan terdengar lagi. Rasa sakit yang dia rasakan cukup sampai disini.
-TAMAT-
TBC
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.HIYA HIYA ENDING YANG SANGAT TIDAK BAGUS SEKALI. AUTHOR DAH PUSING MAU NGETIK APAAN JADINYA GINI DEG GAJE. BTW AUTHOR MAU BUAT CERITA ROMANCE TAPI GA BISA (。•́︿•̀。) TAPI PEN BUAT WKWKWK DHLH BACOT.
14-05-2020
Nalaraksara
KAMU SEDANG MEMBACA
Pergi [ Aletha ]
Teen FictionBerkisah tentang kehidupan seorang gadis yang begitu naif ketika dihadapkan dengan kekejian permainan hidup. Baginya, semua terasa buntu dan hampa. Menjadi bayangan tak kasat mata dan tak teranggap ditengah rumah sendiri. Itulah yang ia rasakan, gad...