PERGI BAB XVIII (Ekstra Part)

2.3K 108 6
                                    

Setelah kepergian Aletha beberapa hari yang lalu, Alesha kini menjadi pribadi yang berbeda. Ia terlihat begitu pendiam dan tenang, tidak lagi bergaul dengan teman temannya yang pernah satu geng dengannya untuk membully Aletha.

Perubahan sikap Alesha menarik rasa penasaran dalan diri Conita, belum lagi rasa penasarannya kepada Aletha yang sudah berhari hari bahkan berminggu tidak ada kabar yang terdengar tentangnya.

"Diamana Aletha?" tanya Conita tanpa basa basi dan sama sekali tidak ditanggapi oleh Alesha. Hal itu membuat Conita merasa kesal.

"Sha, kau itu saudaranya! Setidaknya kau pasti tau tentang Aletha yang tiba tiba menghilang kan?" kesal Conita.

"Temui aku saat pulang sekolah" ujar Alesha dengan nada datar, sama seperti Aletha dulu yang begitu dingin namun ternyata terlalu rapuh.

"Ck. Aku bertanya tentang Aletha! Jangan terlalu berbelit belit. Lagi pula untuk apa aku menemui mu hah?"

"Bertemu dengan Aletha kan? Aku akan mengantar mu"

"Hubungan kalian membaik? Akhirnya kau sadar Sha, ku harap kalian tetap akur sampai nanti jika saatnya pisah. Sejak dulu ia mengharapkan hal ini terjadi karena ia terlalu menyayangi mu yang sama sekali tidak menyukainya entah apa alasannya" ujar Conita dengan kekehannya yang tanpa tau menau tentang Aletha sahabatnya.

Hal itu kembali menjadi tamparan buat Alesha, sebegitu sayangnya kah Aletha terhadapnya? Betapa jahatnya Alesha tidak menyadari hal itu. Mata Alesha tiba tiba memerah dan setetes cairan bening meluncur dengan tiba tiba, hal itu membuat Conita semakin merasa heran dengan apa yang terjadi disekitarnya.

"Kau kenapa?"

"Tidak" balas Alesha kemudian berlalu dari hadapan Conita.

"Gadis aneh"

******

Sesuai yang dikatakan Alesha tadi, Conita menunggu Alesha yang tak kunjung menampakkan dirinya. Conita mulai jengah dan hampir saja meninggalkan depan ruangan kelas Alesha sampai sebuah suara mengintrupsi pergerakannya.

"Berubah pikiran?" tanya Alesha yang tiba tiba muncul.

"Kau terlalu lama. Ayo"

"Sebentar" Alesha kembali masuk kedalam kelasnya lalu kembali keluar dengan buku diari milik Aletha yang ia ambil dari Alex.

"Itu apa?"

"Milik Aletha yang paling penting"

"Oh begitu ya"

Saat di perjalanan Conita merasa bingung, ia memang hanya sekali saja ke rumah Aletha tapi ia cukup baik dala mengingat sesuatu.

"Kalian pindah rumah?" tanya Conita yang duduk disamping kemudi Alesha yang sedang menyetir.

"Tidak" jawab Alesha lalu menepikan mobilnya ke sebuah Toko Bunga dan menambah rasa penasaran Conita.

"Kita mau apa disini?"

"Beli bunga lah, apa lagi?"

"Bunga? Untuk siapa?"

"Untuk Aletha nanti, kusarankan kau membeli bunga Dandelion untuknya"

"Bunga serapuh itu? Siapa yang menjual bunga seperti itu?"

"Toko ini ayo masuk"

Mereka berdua masuk ke dalam Toko bunga tersebut dan Conita dikejutkan dengan banyaknya bunga Dandelion terpajang disetiap sudut Toko. Conita berpikir siapa yang mau menjual bunga tapuh itu? Hanya tertiup angin akan habis.

"Sore kak" sapa Alesha pada Alex. Ya pemilik toko itu adalah Alex, untuk menghargai dan mengenang adiknya ia membuat toko itu dengan bantuan orang tuanya. Alex dan keluanya sudah akrab kembali, karena ia tidak bisa mengingkari janjinya pada Aletha.

"Sore Sha. Siapa gadis itu?" tanya Alex sembari menunjuk Conita dengan dagunya.

"Dia teman Aletha, dia ingin menemui Aletha"

"Oh begitu"

"Berikan aku dua ikat bunga Dandelion kak"

"Baiklah"

Sementara Alex menyiapkan bunganya, Conita bertanya pada Alesha.

"Dia siapa?"

"Kakak ku dan Aletha"

"Oh begitu ya"

"Sha, ini" ujar Alex menyodorkan dua ikat bunga"

"Terimkasih, aku pergi dulu"

*******

Diperjalanan Conita terus saja bertanya tentang tujuan mereka namun orang yang ditanya hanya diam dan terus menatap kedepan dan hal itu sukses membuat Conita kesal.

"Sha. Kalau hanya untuk mengerjai ku lebih baik turun kan aku disini" ujar Conita dengan nada kesalnya.

"Tidak jadi menemui Aletha?"

"Ck. Kau ini! Aku ingin menemuinya tapi kau justru memabawaku ikut bersama mu tanpa tujuan"

"Kita sudah sampai, berhenti mengomel dan turun sekarang" Alesha lebih dulu turun dari mobil kemudian bejalan masuk ke sebuah pemakaman dan menuju sebuah makam yang terlihat masih baru, bunga di atas makam itu terlihat masih segar.

Conita yang bingung hanya mengikuti Alesha tanpa suara diliputi dengan rasa penasaran. Harap harap cemas ia ikut berhenti dan mengampiri Alesha yang telah meletakkan bunga yang ia beli tadi ke makam yang ada didepannya.

"Ini makam siapa Sha?" tanya Conita tanpa memandang makam itu karena terlalu fokus dengan rasa herannya pada Alesha.

"Ku rasa kau tidak bodoh untuk membaca nama yang ada di nisan itu"

Sejurus kemudian mata Conita membelalak dengan tangan yang menbekap mulutnya sendiri. Rasa sedih, syok, dan tidak percaya bercampur menjadi satu. Perlahan tapi pasti, air mata yang entah sejak kapan membendung di pelupuk matanya kini tumpah tanpa permisi.

"Sha? Ini?"

"Iya, kau ingin bertemu dengannya kan? Sekarang kau menemuinya. Tapi jangan menyalahkannya jika dia tidak lagi nyata" lirih, sangat lirih dan sarat akan penyesalan.

"Tha? Kamu? Ka-" Conita tidak dapat mengatakan apapun, yang ia rasakan hanyalah sebuah rasa sakit yang teramat dalam, ia begitu terkejut. Baginya ini terlalu tiba tiba, ia hanya bisa terus menangis dengan bersimpuh di makam milik Aletha. Alesha menyaksikan itu dengan air mata yang siap tumpah jika tidak dicegah. Ia telah berjanji tidak akan menangisi Aletha saat dimakam sang kembaran.

"Berhenti menangis, dia tidak akan menyukai itu"

"Hiks...hiks...ini, ini terlalu tiba tiba. Semoga tenang Tha di sana. Aku, aku tidak tau mau mengatakan apa, ini terlalu mengejutkan" Conita terus saja menangis, sampai Alesha menuntunnya untuk berdiri.

"Sudah cukup. Ayo pulang, sekarang mulai malam"

"Tha, aku pulang ya. Kamu yang tenang disana, semoga disana kamu dapat tempat yang lebih baik Tha"

Setelah memandang makam Aletha sejenak. Alesha dan Conita meninggalkan makam dengan mata sembab dan isakan Conita yang masih terdengar. Tentu saja Conita merasa amat kehilangan sosok Aletha. Baginya, Aletha adalah sosok yang tegar diatas kerapuhannya. Ia telah menganggap Aletha lebih dari kata sahabat.

TBC

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

JUJUR YA AUTHOR GAPAHAM KETIKAN AUTHOR SENDIRI "(( TAPI MOGA AJA SUKA YA GEGNGS. OKSIP MANTAP. MON MAAP KALO ADA TYPO YA.

12-06-2020
Nalaraksara

Pergi [ Aletha ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang