6

1.1K 54 2
                                    

"Mengeluh dengan takdirmu?
Gak usah mengeluh karena masih banyak orang yang memiliki takdir yang lebih buruk."


**********Happy reading

Ify berjalan menuju tempat kerjanya karena dia ingin menikmati pemandangan tanpa berhimpitan dengan manusia manusia di dalam bis. Sengaja ia berjalan kaki. Selain malas menunggu yang tidak pasti. Uang habis dan berhimpitan menjadi alasan Ify saat ini.

Ify sengaja melewati jalur universitas terbaik di kota ini. Jalurnya hampir sama dengan jalur Cafe tempat ia bekerja. Sengaja berangkat pagi untuk menikmati betapa indahnya kehidupan.

Ify berada di depan universitas yang menjulang tinggi. Di sini tempat Via menimba Ilmu."Emm, andai aja, aku punya uang lebih, mungkin aku saat ini ada di sana untuk belajar mencapai cita-cita ku."

Sebuah mobil berhenti di depan Ify membuat ia terkejut. Jendela kaca hitam  terbuka. Menampilkan bosnya.

"Fy, kok kamu jalan sih?" Tanya Alvin karena menemui Ify yang berjalan kaki. Biasanya ia melihat Ify naik bus kalau tidak nebeng sama Iel.

"Ehh, Pak alvin, sekali kali jalan-jalan nikmati pemandangan. Kan udah lama saya gak liburan. Dan membakar lemak di tubuh saya yang membandel." Ify membuka bicaranya.

"Fy, yuk masuk!"

"Ehh, gak usah Pak." Tolak Ify halus. Dia tidak mau merepotkan bosnya itu. Apalagi apa kata orang jika ketahuan melihat Ify turun dari mobil bos.

"Kalau gak mau. Maka iklhaskan gaji kamu saya potong satu bulan." Ancam Alvin santai.

"Yaelah bos kampret, baru kemarin dia baik, ehh sekarang udah mau potong gaji lagi. Untung ganteng kalau enggak gue cebokin pakai pantat ayam." Ify membatin kecil. Percayalah Ify merasa takut dengan sikap bosnya ini.

Akhirnya Ify pun masuk ke dalam mobil Alvin karena ia takut gajinya dipotong. Udah mati-matian berhemat eh malah gaji dipotong itu menyakitkan. Lebih menyakitkan daripada melihat doi jalan sama pacar barunya.

Alvin tersenyum walaupun tak terlihat. Dia senang Ify mau ikut dengannya. Ya, walaupun dengan acaman gaji dipotong.

"Loh, kok kita ke sini Pak?" Tanya Ify heran saat Alvin membawanya ke pantai.

"Loh, katanya tadi kamu mau menikmati pemandangan yang indah." Jawab Alvin. Ify ingat alasannya tadi ternyata si bos malah dianggap serius.

"Aduh Pak, gak usah deh, saya takut gaji saya dipotong lagi. Bagaimana saya mau beli makan dan bayar kost? Pakai daun? Huhuhu." Ify merasa sedih dengan keadaan ini.

"Hahahhahaha, kamu itu sering takut gaji kamu dipotong saya." Alvin tertawa mendapatkan hiburan pagi-pagi begini. Tawa seorang Alvin menarik perhatian Ify.

"Yah, takutlah Pak, kalau gaji saya dipotong terus, lama lama bisa habis, nanti saya mau makan apa? "jawab ify

"Kamu gak usah takut Fy, hari ini kamu free, kamu dapat bonus bebas hari ini kok." Alvin memberhentikan tawanya.

"Lah, kok bisa?" Tanya ify heran, karena selama dia bekerja dia sering sekali di marahin, bahkan gaji pun sering melayang.

"Yah, bos besar ngomong gitu ke aku kok, Fy."

"Ehh, emangnya Pak alvin kenal sama bos besar?" Ify heran tumbenan pemilik Cafe tempat ia bekerja memberikan hari libur.

"Yah kenallah, kan dia pamam aku." Jawab Alvin sambil merangkul Ify menuju pantai.

Ify hanya bisa diam. "Bodo amat. Selagi di kasih liburan. Maka harus gue manfaatin. Meluruskan pinggang, mereflekkan otak, mencuci mata dengan cogan pantai penuh kotak-kotak."

"Fy, kita jalan-jalan ke sana yuk!" Alvin menarik tangan Ify. Mereka seperti sepasangan kekasih. Salah satu dari mereka berharap bahwa waktu berhenti.

********
"Selamat datang Pak Hendra." Orang itu menyambut Hendra yang baru saja datang. "Silahkan duduk Pak Hendra!"

"Bagaimana Pak, apakah bapak mau menandatangani kontrak ini?" Tanya orang itu saat ia baru mendaratkan bokongnya di kursi.

"Tidak akan, kontrak itu akan merugikan saya dan saya tidak mendapatkan keuntungan apapun."

"Yah, kalau bapak tidak mau, maka keluarga bapak tidak akan bahagia,"kata orang itu.

"Maksud anda apa?" Tanya Pak Hendra datar.

"Ya keluargamu tidak akan bahagia. Bagaimana kalau saya main-main dengan anakmu yang manja itu? Nampaknya menyenangkan." Raut wajahnya menampakan keseriusan.

Karena tak percaya dengan perkataan orang itu Pak Hendra pergi meninggalkan orang itu.

Hayo , siapa orang itu?
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Jangan lupa vote dan komen ya

Fake SpoiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang