11

1K 44 1
                                    

Berjalanlah jangan berlari
Karna hidup itu perjalanan bukan pelarian
☀☀☀☀☀☀☀☀

Ruangan serba putih memenuhi penglihatan gadis itu. "Emm, aku di mana?" Gadis itu  memegang perutnya yang terasa perih.
Lalu dia teringat dengan kejadian yang baru di alaminya

"Yaelah dah, nasib gue deh, pasti Pak Alvin potong gaji gue, dan mungkin Via nungguin gue, dan jangan-jangan om-om kemarin udah mati, gara-gara gak gue tolongin." Ify berbicara dengan nada yang hampir histeris.

"Saya belum mati." Seseorang laki-laki yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Ify lalu mendengarkan perkataan Ify yang lumayan terdengar di telinganyam

"Ehh, aduh mantap jiwa. Gue udah ada di surga, mama papa di mana ya." Ify melirik kiri dan kanannya mencari kedua orang tuanya. Tapi yang terlihat hanya ruangan putih.

"Hahahahaha, nak kamu belum mati, kamu masih ada di dunia, kamu tidak lagi berkhayal." Orang itu tertawa keras melihat tingkah Ify.

"Masa sih? Tapi seingat aku, orang yang ingin aku tolong itu berlumuran darah. Banyak banget pasti udah mati dia." Ify mengingat kejadian yang dialaminya.

"Hahaha, kamu itu gak bangun selama lima hari, dan saya ini udah sembuhlah. Lukanya gak parah kok." Kata orang itu yang ternyata adalah Hendra

"APA? DEMI NENEKNYA TAPASYA! LIMA HARI?! MAMPUS DAH. UCAPKAN SELAMAT TINGGAL SAMA GAJI. OH UANG UNTUK MENGISI PERUTKU. TURUT BERDUKA AKAN HILANGNYA DIRIMU. VIA PASTI CEMAS NIH. VIA LOVE YOUU." Ify berteriak histeris.

"Kamu gak usah khawatir, gaji kamu gak akan dipotong, malah akan dinaikan, dan teman kamu sekarang ada di sini, dia lagi di kantin sedang makan." Pak Hendra menenangkan Ify.

"Loh, kok om tau sih?" Ify bertanya dengan tatapan heran.

"Saya tahu siapa kamu, nama kamu Afina Rainfy, biasa dipanggil Ify, kamu berkerja di Cafe Borneo, tinggal di kost terpencil di Jalan Kamboja, kamu anak yatim piatu, dan seterusnya." Jelas Hendra.

"Wah, Om bisa tahu semuanya. Pasti tau dong akan masa depan aku." Ify membuka mulutnya selebar gua.

"Hhahha, muka kamu itu lucu banget.  Hati-hati lalat masuk. Kan udah lama gak gosok gigi."

Ify yang tersadar segera menutup mulutnya, seketika pipi Ify merah menahan malu.

"Saya tahu dari biodatamu, asal kamu tau Alvin Dirgantara adalah keponakan saya, dan Cafe itu milik saya, soal pribadi kamu itu, teman kamu yang bilang."
Ify termangut mangut mendengarkan penjelasan pak Hendra

"IPOYYYY SAYANGGGGGG!" Tiba-tiba suara toa milik Via mengema.

"Gendang telinga gue mau pecah dan luka gue makin sakit, denger lo  teriak-teriak kek tarzan kehilangan istri." Ify protes akan suara milik Via. Kalau mereka berdua sih gak apa-apa. Tapi di sini ada tamu.

"Hehehe, sorry Ipong, gue kangen sama lo, gue khawatir sama lo, karena lo gak pulang-pulang kek Bang Toyip." Via memasang wajah sendu.

"Buset. Tapi sih gue oh aja." Ify dengan nada santainya.

"Bodo! Nyesel gue. Lebih baik lo mati aja deh. Sekalian buat makanan buaya-buaya darat yang minta nomor wa."

"Hehe, kan bercanda Bambang."

"Ehem" Suara deheman memberhentikan candaan ala mereka.

"Wahh, maaf ya Pak, tadi saya kangen banget sama sahabat saya." Ucap Via cengesan.

"Gak papa kok." Kata Pak Hendra tersenyum. Via meleleh melihatnya walaupun sudah berumur tapi kharisma Pak Hendra sangat kuat.

"Em, Ify, kamu pandai bela diri ya?" Tanya Pak Hendra.

"Ehm lumayan bisa pak."

"Pantas saja, kamu sangat lincah saat melawan orang orang jahat itu.m"

"Saya dari kecil diajarin sabuk hitam oleh papa saya pak." Ucap Ify sendu

"Oh, saya mau menawarkan pekerjaan ke kamu, kalau kamu mau maka segala fasilitas semuanya akan saya kasih ke kamu." Hendra menawarkan pekerjaan ke Ify

"Perkerjaan apa Pak?"

"Kamu jadi.......... "

Bersambung
Maaf typo bertebaran jangan lupa vote dan komen ya

Wehh, pekerjaan apa ya?

Oh ya, Follow juga akunku wp ku ya, satu follow dari kalian sangat berarti, pasti difollback kok.

Fake SpoiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang