9

962 39 2
                                    

Angin entah kenapa perasaan ini terganggu saat dia tak ada di depan mataku, keceriannya,senyumnya, aku merindukannya

☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀

Ify terasa pusing dengan keadaan semua ini. Belum lagi pikiran tentang bekerja dan keselamatan orang yang di depannya ini.

"Om, bangun om!" Ify berupaya menyadarkan orang ini. Orang ini sebenarnya sadar tapi untuk membuka mata ia merasa lelah. Tapi dia berupaya membuka matanya.

"Di mana saya?" Orang ini bertanya ke Ify.

"Om sekarang udah di tempat yang aman kok." Ify menjawab seadanya.

"Di mana bos saya?" Orang itu menyapu di sekitarnya ia tidak menemukan bosnya.

Ify mengerutkan dahinya." Bos?"

"Apakah, saat kamu menolong saya tadi, kamu melihat orang yang sebaya dengan saya?" Orang itu bertanya.

"Gak ada, om." Seingat Ify tadi ia tidak melihat orang lain selain om ini.

"Nak, bisakan kamu menolong bos saya? dia dalam bahaya." Kata orang itu lemah lalu pingsan.

"Cishh, berarti gue harus kesana lagi, ya sudahlah sekalian nambah pahala." Ucap Ify lalu pergi ketempat tadi, sebelum pergi Ify menghubungi  rumah sakit agar orang itu bisa dirawat.

Di sana Ify melihat orang yang tadi sudah bangun dari pingsannya. Beberapa mereka babak belur.  Ify melihat beberapa preman menyeret paksa orang yang sebaya dengan orang yang  ditolongnya tadi.

"Ohh, pasti yang itu." Batin Ify.

"Woyy, yang tua kok dilawan, sini aja sama gue!" Ify keluar dari tempat persembunyiannya. Berusaha menantang para preman.

"Bos, gadis itu yang bikin kami tadi pingsan." Seseorang yang menjadi korban menunjuk ke arah Ify.

"Ohh, jadi lo nipu kami tadi!" Orang itu sudah sangat marah. Merasa ditipu gadis kecil.

"Emm, maaf om. Tadi aku khilaf, apalagi aku punya penyakit amnesia mendadak jadi lupa, nah sekarang itu aku udah ingat, jadi mau bertanggung jawab." Kata Ify beralasan.

"Jangan dengarkan dia! Sekarang habisi dia! Karena dia dapat membocorkan rencana kita!" Perintah orang itu yang kemungkinan adalah bos mereka semua.

"Baik bos." Satu persatu mereka maju melawan Ify. Ia merasa preman ini sangat kuat dan tenaganya sangat terkuras.

Satu persatu mereka tumbang, Ify juga kewalahan mengalahkan mereka, bayangkan orangnya hampir dua puluh lebih, mereka juga membawa senjata, apalagi gang ini terasa sepi walaupun hari sudah mulai siang.

Disaat Ify lengah, tiba-tiba seseorang menusukkan sebuah pisau ke perut Ify. Sakit menjalar di perutnya. Matanya berkunang-kunang. Salah satu preman langsung menendang Ify membuat ia tersungkur di jalan.

Dia melihat musuhnya masih ada lima orang lagi. Dia sungguh tidak kuat. Perutnya terus mengeluarkan banyak darah. Dengan segala usaha dia mengambil balok besi dan memukul mereka secara bruntal tanpa memperdulikan kondisinya.

Terdengar bunyi sirene polisi. Mereka yang sadar segera kabur menyelamatkan diri. Bersamaan tubuh mungil Ify ambruk.

"Dek bangun." Orang yang di tolong Ify menampar lembut pipi gadis yang ada di depannya.

"Pak, bawa gadis ini ke rumah sakit!"

"Pak Hndra tidak apa-apa?" Polisi bertanya setelah mengamanankan preman yang pingsan.

"Saya tidak apa apa. Sekarang di mana Rodi?" Hendra bertanya ke polisi setelah ia tidak melihat Rodi di antara mereka.

"Pak Rodi sekarang sudah di rumah sakit."

"Oh, sekarang bawa gadis ini!" Hendra bernapas lega.

☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀

Rio duduk termenung di kursinya."Yo, kenapa lo?" Tanya Cakka saat melihat Rio duduk dengan setengah melamun.

"Cakka, Rio khawatir sama papa, tadi papa pergi pagi, dia juga gak sempet nganter Rio ke kampus, papa malah nyuruh supir nganterin Rio." Rio menjelaskan ke Cakka.

"Mungkin, papa lo itu sibuk, jadi gak sempet nganterin lo," Cakka meyakinkan.

"Tapi Cakka, perasaan Rio gak enak banget." Rio merasa perasaannya tidak tenang.

"Mungkin cuma perasaan lo aja." Cakka berdiri menepuk pundak Rio.

Rio hanya bisa membenarkan perkataan Cakka. Dia harap apa yang di bilang Cakka benar. Papanya baik-baik saja.

Bersambung.......

Maaf typo bertebaran jangan lupa vote dan komen ya

Fake SpoiledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang