Part 1

2.4K 107 4
                                    

Eunji tengah duduk di salah satu sudut coffe shop sore ini sendirian. Tubuhnya menatap keluar dari jendela kaca besar disampingnya. Sorot matahari sore yang mulai berwarna jingga membuat kombinasi warna bagus menerpa dirinya. Dari kejauhan tubuhnya terlihat seperti siluet yang menampakan kesan damai dalam dirinya. Sebentar-sebentar matanya menatap ke layar ponsel yang dipegangnya, dan sepersekian detik kemudian matanya beralih kembali pada beberapa tumpukan kertas di depannya.

"belum datang juga" kata seorang wanita dengan lembut sambil meletakan satu coffe creme dan kemudian duduk di bangku depan Eunji.

Eunji mendongak dan kemudian menggeleng pelan. Tangannya munutup beberapa lembar kertas yang dipegangnya tadi. Akhir pekan ini dia cukup disibukan dengan pekerjaannya. Pameran dan launching produk dari perusahaan pakaian dia bekerja akan segera berlangsung. Sebagai pegawai yang masih baru lulusan desain ia tak mau mengecewakan.

"huh, harusnya aku tahu kalau dia akan sesibuk itu. Walaupun aku tahu dia sebagai managerku, bukankah kita dulu teman kuliah" balasnya sambil kemudian menyesap kopinya.

"apakah kau benar-benar ada hubungan dengannya? Sepertinya tingkahmu aneh sekali"

"hei, bukankah aku sudah bilang bahwa aku dan Suho oppa tidak ada apa-apa, hanya berteman seperti yang kau tahu dulu. Percayalah Hye-Sun"

Lawan bicaranya, Hye-Sun hanya tersenyum melihat tingkahnya. Mereka berdua memang sudah berteman sejak Eunji kuliah. Eunji sering mampir ke coffe shop milik keluarga Hye-Sun. Sedangkan Kim Suho merupakan senior Eunji semasa kuliah dan sekarang menjadi manager di tempat Eunji bekerja. Sebagai desainer Eunji merasa dapat mengekspresikan apa yang inginkan dalam suatu benda yang dapat mengisi keindahan seseorang. Hye-Sun sendiri merupakan teman kuliah Eunji yang kini mengelola coffe shop milik keluarganya. Kesukaannya dengan kopi membuat dirinya tertarik untuk menjadi barista dan kini membuka coffe shop sendiri. Beberapa interior cafe ia ubah sesuai desainnya.

"hei, tidakkah kau merasa kesepian bekerja disini hanya dengan dua karyawanmu saja, bukankah lebih baik kau menambah pekerja. Kau bahkan harus sampai malam bekerja, aku bisa membantu kalau aku ada waktu luang" kata Eunji sambil meletakan kembali kopi ke atas meja.

"tidak juga, hari ini seharusnya dia datang"

"siapa"tanya Eunji penasaran

"kemarin ada pria seumuran kita yang melamar ingin bekerja paruh waktu di sini, dan dia bilang akan datang sore ini"

Eunji hanya mengangguk-angguk pelan mendengar penjelasan Hye-Sun. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan dering ponsel disampingnya. Raut wajahnya nampak berubah serius ketika mengangkat teleponya. Sambil menelopon tangan satunya mulai merapikan kertas-kertas di mejanya tadi. Hye-sun hanya heran menatap temannya ini.

"maafkan aku Hye-Sun, aku harus pergi sekarang, pihak mall memintaku kesana untuk memastikan konsep pameran dan launching minggu depan, aku janji akan kembali lagi besok" kata Eunji yang masih menerima telepon dan mulai beranjak dari tempatnya.

"ok, tak apa, nikmatilah pekerjaanmu sekarang" kata Hye-Sun dengan menampilkan senyumnya. Hye-Sun selalu terlihat cantik ketika tersenyum. Ia selalu mengikat rambutnya ke belakang saat bekerja sehingga wajahnya yang sedikit oval terlihat jelas.

Dengan terburu-buru Eunji melangkah keluar coffe shop, tanpa memperhatikan depan ia terus melangkah. 'duk' tubuhnya bersenggolan dengan orang di depannya dan berkas yang dibawanya pun terjatuh. Ia berjongkok dan mulai mengambil kertas-kertas yang bertebaran. Seseorang yang bersenggolan tadi terlihat membantunya mengumpulkan. Mereka bangkit dan si pria menyerahkan beberapa kertas yang dipegangnya.

Eunji menerima kertasnya, ia menatap ke arah si pria yang ada di depanya. Nampak pria itu tengah memegang gelas kopi yang isinya sudah tumpah, sebagian mengenai baju pria tersebut. Untuk beberapa detik ia kagum dengan apa yang ia lihat di depannya, pria bertubuh tinggi, kulitnya putih tetapi tidak pucat, hampir mirip seperti kulitnya. Namun ada satu hal yang rasanya tidak asing dari muka pria ini, rasanya ia sudah kenal denganya. Tapi sekidian detik kemudian ia menjadi agak kesal, bukankah dia juga bersalah karena menabraknya tadi. Ia hanya mendengus pelan mengambil kertas dari tangan pria tersebut dan membungkukan badan kemudian pergi meninggalkan si pria tanpa sepatah kata apapun karena dia sedang terburu-buru.

"hei, bukankah kau harus minta maaf dulu nona, tidakkah kau juga berterimakasih padaku dulu" seru si pria.

"maaf aku sedang terburu-buru, lain kalau bertemu aku akan ganti kopimu" Eunji langsung berbalik dan meninggalkan si pria tadi.

***

Kyungsoo sudah ada di depan Angel Coffe, tempat ia melamar kerja paruh waktunya kemarin. Ia harus mencari kerja untuk bertahan hidup selama di Seoul.

Begitu masuk hanya ada beberapa pelanggan sedang menikmati kopi dan melihat Hye-Sun yang sedang membersihkan meja. Hye-Sun segera melihat ke arahnya begitu Kyungsoo masuk ke cafe.

"oh, Kyungsoo-ssi, kau sudah datang. Kenapa dengan pakainmu?". Ia melihat Kyungsoo yang masih mengibaskan sedikit bagian kaosnya yang basah terkena tumpahan kopi tadi.

"oh, ini hanya noda kopi, ada perempuan gila yang kurang hati-hati tadi saat berjalan dan menubrukku sehingga menumpahkan kopiku sendiri". Ceritanya sedikit kesal dengan gadis tadi yang membuatnya begini dan pergi begitu saja.

Hye-Sun meletakkan dua cangkir kopi ke nampan dan mempersilahkan Kyungsoo untuk segera bekerja. "kau bisa langsung bekerja Kyungsoo, kau bisa segera mengganti pakaianmu dengan seragam kafe ini yang sudah aku sediakan di loker".

Kyungsoo hanya mengangguk pelan dan kemudian berjalan ke bagian belakang kafe menuju ke area loker yang ditunjuk oleh Hye-Sun. Ia masih agak sedikit kikuk menggunakan aksen bahasa Seoulnya karena ia terbiasa dengan aksen Busan. Namun ia sudah berlatih agar tidak terlalu keliahatan dan dia rasa cukup berhasil. Seragam berwarna hitam ini ternyata cukup pas dibadanya, rasanya Hye-Sun telah mempersiapkannya dengan baik.

Interior kafe ini membuatnya kagum dan ia merasa nyaman dengan suasananya. Warna krem yang mendominasi dan lampu remang yang diletakkan di atas tiap meja membuat suasana hangat, rasanya memak layak orang menikmati kopi di tempat seperti ini.

"Kyungsoo, bisakah kau antarkan ini kemeja 3 di depan?". Ucapan Hye-Sun membuyarkan lamunan Kyungsoo tentang kafe ini.

Kyungsoo berjalan menuju ke meja 3 mengantarkan dua ice coffe americano dan satu piring berisikan 2 tiramisu cake ke pelanggan. Ia menyunggingkan senyum ketika meletakkan pesanan pada pasangan suami istri yang tengah menanti pesanan mereka. Di kursi sampingnya ada dua anak kecil laki-laki yang tengah asyik bermain pesawat terbang. Ia kembali mengenang masa kanak-kanaknya dulu, andaikata ia seperti mereka, ia pasti bahagia. Ya sebuah khayalan kenangan manis, sebelum ia mengetahui hal itu. Kejadian yang membuatnya bahkan untuk bernapas pun terasa sesak.

"ada apa Kyungsoo, kau terlihat sedikit pucat" tanya Hye-Sun ketika Kyungsoo kembali.

"ah, anniyo. Aku hanya ingat sesuatu".

Kyungsoo hanya diam, nafasnya sedikit tertahan. Ia tak tahu harus bagaimana menjelaskan pada Hye-Sun. Ia rasa belum perlu memberi tahu orang lain tentang masa lalunya, tetapi mungkin Hye-sun bisa membantunya. Di sisi lain, Hye-Sun tengah menunggu jawaban Kyungsoo. Namun melihat ekspresinya dan tidak merespon jawabannya, membuat Hye-Sun merasa tidak enak.

"Kyungsoo? , apakah aku mengatakan sesuatu yang salah"

"oh, tidak. Kurasa aku sedang tak ingin membicarakan ini. Biarkan aku yang mengantarkan pesanan berikutnya"

Hye-Sun menyerahkan satu cangkir kopi kepada Kyungsoo untuk diantarkan ke meja pemesan. Ia tahu Kyungsoo adalah baru orang yang kenal dengannya, tidak merasa nyaman baginya kalau dia bertanya-tanya banyak tentang dirinya.

Kyungsoo sudah hampir sampai di apartemen tempat ia tinggal. Bukan apartemen mewah seperti yang dibayangkan, melainkan apartemen biasa. Kyungsoo memang tidak bisa menyewa tempat yang mewah, dengan uang yang pas-pasan. Masih bersyukur ia bisa mendapat apartemen dengan uang sewa yang lumayan murah. Uang bekal dari bibi Nam tidak banyak dan tabungannya pun harus bisa gunakan dengan baik selama hidup di Seoul. Entahlah berapa lama ia akan tinggal disini, berbekal petunjuk yang bibi Nam berikan sebelumnya lah yang membawa ia kemari.

Ia merapatkan jaket yang dipakainya dan memasukkan tangan ke saku celanyanya, berharap angin dingin musim gugur yang segera datang tidak membuatnya menggigil kedinginan.

To be continued....

This is my first fanfiction.

Please support me for this fanfiction. I hope you enjoy the story.



Missing DongsaengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang