Kyungsoo sudah kembali bekerja hari ini. Hyesun sebenarnya sudah melarang dan meminta Kyungsoo beristirahat dulu di rumah. Namun karena Kyungsoo memaksa Hyesun tidak bisa menolaknya, begitu gigih meminta padanya. Agar tidak terlalu kerepotan dengan kondisi cidera yang di derita, Hyesun meminta Kyungsoo untuk berjaga di bagian kasir.
“Kalau kau butuh istirahat lakukan saja Kyung, akan nanti akan menggantikanmu dan sampaikan ucapan terima kasih pada bibimu untuk pemberian cumi keringnya” kata Hyesun sambil membawa sekotak cumi kering titipan dari bibi Nam.
Bibi Nam mempersiapkan cumi kering sebagai salah satu ucapan terima kasih kepada Hyesun karena sudah menerima Kyungsoo bekerja padanya.“Tenang saja Hyesun-ah, aku sudah dalam kondisi baik, lagipula sore nanti aku akan ke rumah sakit untuk kontrol lagi” seru Kyungsoo.
Suasana kafe siang ini belum terlalu ramai, hanya beberapa kursi yang sudah ditempati orang. Waktu makan siang kantor masih satu jam. Dua orang wanita muda dengan ID card salah satu perkantoran di seberang kafe sempat berbincang sebentar dengan Kyungsoo. Melihat kondisi lengan Kyungsoo yang cidera tampak membuat mereka khawatir. Kyungsoo hanya mengyunggingkan senyuman dan mengucapkan terima kasih saat mereka mengkhawatirkannya.Klinting..klinting....
Bunyi bel saat pintu masuk dibuka, menampilkan seorang wanita paruh baya dan seorang wanita disampingnya yang terlihat lebih muda mengawal wanita itu. Hyesun yang sedang memebersihakan meja tak jauh dari pintu masuk menoleh, mengenali sosok wanita yang baru saja masuk kemudian menyapanya dan mengikuti wanita itu berjalan ke arah kasir.
Kyungsoo yang sedang berdiri di kasir dapat melihat wanita dan beberapa waktu kemudian dia menyadari siapa pengunjung siang ini. Dia membungkuk memberikan hormat pada wanita itu ketika sudah berada di depan kasir.“Anyeonghaseo sajangnim” kata Kyungsoo yang dibalas senyuman wanita tersebut.
Wanita paruh baya itu masih terlihat mengamati Kyungsoo, pandangannya beralih pada lengan Kyungsoo yang sedang dibalut perban. Cukup lama dan kemudian ia berbalik, manik mata wanita itu bertemu dengan Kyungsoo.
“gwencana?” tanya wanita paruh baya itu.
“ah, ne sajangnim. Saya sudah merasa lebih baik” kata Kyungsoo sambil melihat ke arah lengannya.
Kyungsoo merasa agak canggung dengan Ny.Kim yang tiba-tiba datang ke coffe shop dan sekarang menanyakan kondisinya. Manik matanya bertemu dengan Hyesun yang ada di sebelah By.Kim namun Hyesun hanya mengangkat bahu.
“Kyungsoo-ssi, bisa kita bicara sebentar” pinta Ny.Kim
“ah,,nde” jawab Kyungsoo kemudian.Ny.Kim dan asistennya sudah berjalan duluan menuju meja kosong yang berada di sudut coffe shop diikuti Kyungsoo kemudian. Dengan sigap mengambil alih tugas Kyungsoo. Ia memerintahkan seorang karyawannya untuk menyiapkan teh.
Kyungsoo duduk berdua berhadapan dengan Ny.Kim sementara asistennya tadi sudah diminta untuk menunggu saja di mobil. Suasana agak canggung masih terasa, hening sejenak. Uap panas dari teh terlihat bergerak gerak naik di hadapan mereka berdua. Seolah ingin membuat suasana lebih hangat.
“Mianhae kau harus mengalami ini semua Kyungsoo-ssi” Ny.Kim membuka obrolan setelah menyesap sedikit teh yang ada dihadapannya. “Seharusnya tim lapangan bisa lebih waspada terhadap risiko seperti ini” imbuhnya.
“Aniyo,,gwencana sajangnim. Ini adalah kecelakaan, ini bisa terjadi dimanapun kan”
Mata Ny.Kim masih menelisik memandangi Kyungsoo, seolah ia sedang mencari tahu sesuatu dari dirinya. Membuat Kyungsoo semakin merasa aneh dengan situasi ini.
“Keluargamu sudah tahu keadaanmu? Mereka pasti khawatir dengan kondisimu” tanya Ny.Kim kemudian.
“Ne sajangnim, minggu lalu saya sudah bertemu dengan Imo agar beliau tidak khawatir” jawab Kyungsoo.
‘Imo’, berarti benar kata sekertaris Jo bahwa Kyungsoo sekarang hanya tinggal dengan imonya. Ingatan Ny.Kim kembali pada beberapa hari sebelumnya.Ny.Kim flashback
Ny.Kim sedang perjalanan dari bandara menuju rumahnya setelah perjalanan bisnis di Cina. Seperti biasa sekertaris Jo yang bertugas menjemputnya. Di sela-sela perjalanan ia kembali menanyakan soal permintaannya kepada sekertaris Jo.
“Kau sudah ada tau profil anak itu sekertaris Jo?” tanya Ny.Kim sambil memandangi ke arah luar.
Sekertaris Jo dapat melihat wajah Ny.Kim dari spion kemudi, mencari tau apa maksud pertanyaannya yang diminta dan kemudian menyadarinya.
“Maksud anda tentang seorang pria yang anda tunjuk di majalah itu sajangnim? Kyungsoo-ssi?” tanya sekertaris Jo dan diikuti anggukan kepala Ny.Kim yang terlihat di kaca.
“riwayatnya bagus sajangnim. Dia berasal dari Busan. Dia anak yang baik, tidak pernah terlibat kasus apapun. Dia yatim piatu karena orang tuanya sudah meninggal dan dia dirawat oleh bibinya sejak kecil” papar sekertaris Jo.
“bagaimana orang tuanya bisa meninggal?”
“menurut informasi yang saya dapat orang tua Kyungsoo-sso meninggal saat pergi melaut sajangnim”
Ny.Kim mengangguk-angguk mendengar penjelasan sekertaris Jo namun dari sorot matanya masih terlihat keraguan. Ada sedikit perasaan yang mengganjal di hati Ny.Kim mengenai Kyungsoo.
“Sajangnim saya juga berita satu lagi untuk anda, mengenai kelanjutan pencarian...”belum selesai sekertari Jo berbicara, Ny.Kim menyela ucapannya.
“jangan katakan itu sekarang sekertaris Jo, aku takut kalau aku belum kuat mendengarnya” balas Ny.Kim sambil memalingkan kembali wajahnya keluar menatapi aliran sungai Han yang ada dibawah jembatan tempat mobilnya melintas.
Flashback end.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing Dongsaeng
FanfictionSuho: Mungkin jika adikku masih hidup, dia akan seumuran dengannya. . Kyungsoo: Hyung? Benarkah aku masih memilikinya? . Eunji: Apakah aku salah berada diantaranya?