OUR LIFE -- 4. NEW SCHOOL

1.6K 122 6
                                    


Tepatnya Ashar, seusai mereka sholat berjama'ah di masjid dekat kantor akhirnya mereka saling berpamitan pulang. Tak terkecuali keluarga Al-Fatah yang kini sudah ada dirumah besarnya.

Fatah duduk di sofa, dia sedikit mengendurkan dasinya yang sedari pagi mengikatnya. Eca duduk disebelah suaminya lalu memeluk posesif lengan suaminya. Fatah mengerutkan dahinya dan menoleh ke arah istrinya yang sedang asyik menaruh kepalanya di dada bidang Fatah.

Cup!

Fatah mencium pucuk kepala Eca membuat empunya mendongakkan kepala dan tersenyum manis.

"Mandi gih, atau mau mandi bareng?" Goda Fatah membuat semburat merah diwajah Eca.

"Rese!! Aku duluan ya ke atas." Ucap Eca sambil melangkah menjauh dari suaminya. Fatah yang melihatnya hanya terkekeh geli. Tak lama Zauf yang datang dari arah kamarnya menghampiri Fatah dan duduk disebelah ayahnya.

"Kenapa??" Ucap Fatah seakan membaca pikiran Putra sulungnya.

"Ng.. Abi yakin kalo Yusuf bisa? Yusuf takut ngecewain Abi." Lirih Zauf, pertahanannya kini runtuh. Rasa percaya dirinya seakan hilang begitu saja. Melihat perubahan pada putranya Fatah tersenyum simpul dan mengacak lembut rambut putranya.

"Astagfirullah ada apa dengan anak Abi ini? Ahh.. Besok sepulang sekolah kau langsung ke kantor. Dan besok kau bawa motor sendiri. Biar Maryam dengan Yunus di mobil." Ucap Fatah sambil mengulum senyum.

"Hmm.. Baiklah, ohh ya bi kenapa nanti Yusuf sama Zahra jadi direktur? Apa garibet?" Ucap Zauf dengan senyumnya yang tipis bahkan lebih terlihat tidak tersenyum.

"YaAmpun kau ini. Bukankah beberapa Bulan lagi mau UN lebih baik kau fokus saja Yuyu sayang." Ucap Fatah mengacak rambut yang berbalut pomade itu. "Iya deh iya."

Besoknya.

Gadis dengan hijab segiempat putihnya dan seragam lengkap SMA AL-FURQON sedang duduk dikursi belakang stirnya. Hari ini dia membawa mobilnya sendiri. Amanah yang diberikan ayahnya terlalu menguras tenaganya. Bagaimana tidak? Setelah lulus ia harus dikirim ke London untuk mengurusi salah satu cabang perusahaan ayahnya.

Nasib ya nasib, anak tunggal harus seperti itu. Tapi bukan itu yang membuat Zahra pusing akhir-akhir ini. Ya, lelaki itu.. Lelaki dengan nama panggilan Zauf.

Zahra memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah. Ia mematikan mesinnya dan mengambil tas berwarna birunya disebelah kursi depan yang sedari tadi menemaninya. Zahra menghela nafas pelan seraya membuka pintu mobilnya.

Pasang mata terlihat kearah Zahra. Banyak sekali umpatan pagi ini untuknya. Tapi bukankah memang seperti itu kalau ia baru masuk disekolah barunya?

"Hai cantik.."
"MasyaAllah stock bidadari nambah lagi."
"Hai salken ya cantik."
"Assalamualaikum bidadari.."

Kurang lebih seperti itulah umpatan yang banyak didominasi oleh lelaki. Zahra jalan menuju koridor sekolah berniat mencari ruangan kepala sekolah.

DUKKK!!

Yap.. Pantat indahnya mendarat mulus dan mencium lantai koridor sekolah setelah menabrak laki-laki yang sedang berlari sembarang.

"Aduhhhh.. Heii!!" Zahra mengusap pantatnya dan mendongakkan kepalanya ke arah lelaki yang baru saja menabraknya.

"Ehh sorryy--- lohh Zahra??" Ucap lelaki yang mengenalnya. Seketika wajah Zahra berubah malas. "Lo lagi!! Demen banget si lari-larian!!" Omel Zahra.

"Iya iya maaf.." Ucap Zikra sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Sini gue bantu!!" Sambung Zikra sambil mengulurkan tangannya.

"Gue bisa sendiri!!" Ketus Zahra sambil bangkit dan menepuk-nepuk roknya. Zikra menarik kembali lengannya dan memasukkan kedalam kantongnya.

"ZIKRA!!!!!!!" Suara petir menyambar ehh bukan maksudnya Bu Yeni yang sedang marah. Pagi ini Zikra sudah buat keributan dengan menghancurkan Pot tanaman yang ada didepan ruang guru.

"Aduhhh.. I--iya bu." Ucap Zikra sambil membalikkan badannya dan tersenyum menjengkelkan.

"Kamu yang mecahin pot kan dengan bola basket??" Ucap Bu Yeni geram.

"Ahmm.. Zikra cuma main basket doang kok bu. Itu mah salah Basketnya sendiri kenapa mau nabrak potnya sampe pecah." Cengir Zikra.

"Alasan!! Cepat bersihkan kelakuan kamu!!"

"Ishh masa orang ganteng harus bersihin begituan si bu? Gak banget deh." Ujar Zikra memelas.

"Mau ngelakuin itu apa mau bersihin kamar mandi?"

"Ahh iyaiya deh!!" Ucap Zikra melenggang pergi ke tempat yang ia mau bersihkan.

"Ehh.. Kamu anak baru ya?" Sopan Bu Yeni yang mengalihkan pandangannya ke arah Zahra setelah menatap punggung Zikra yang sudah menghilang.

"Iya bu." Senyum Zahra.

"Ohh.. Ok ok kamu dikelas XII IPS-1. Mari saya antarkan." Ucap Bu Yeni Seraya melangkah ke arah kelas baru Zahra. Zahra hanya mengekor dan diam.

Tak lama setelah naik ke lantai dua Bu Yeni berhenti didepan kelas yang bertuliskan XII IPS-1, kelas baru Zahra. "Nahh ini dia kelas kamu. Saya mau turun dulu ya.." Ucap Bu yeni melenggang pergi setelah Zahra mengucapkan terimakasih.

"Iya terimakasih." Sopan Zahra. Ia melangkahkan kakinya menuju kelas yang sudah dimulai sekitar 5 menit yang lalu.

Tok.. Tok.. Tok..

"Ehh.. Murid baru ya? Ayo masuk." Ucap Bu Lisa ketika melihat ke arah pintu. Ara mengangguk dan tersenyum. Setelah ia masuk kedalam kelas dan berdiri disebelah Bu Lisa matanya menyisir keseluruh ruangan kelas tersebut. Ia memicingkan matanya, melihat ke arah lelaki yang ia kenal sedang asik duduk dengan alat belajarnya tanpa memperdulikan sekitarnya.

Zauf mendongakkan kepalanya melihat ke arah yang tengah heboh dibicarakan teman-teman sekitarnya. Dia mengangkat alisnya sebelah dan detik kemudian ia melanjutkan tugasnya.

Tap.. Tap.. Tap

Bunyi penghapus di ketuk ke meja tanda semua orang yang ada diruangan wajib memperhatikan. "Nahh...ini dia anak barunya.. Ayo kenalkan nama kamu." Ucap Bu Lisa tenang.

"Nama saya Zahra Nadina Wilson panggil aja Ara biar gampang. No embel-embel apapun. Silahkan kalo ada yang bertanya akan saya jawab. Jika itu bermutu." Ucap Zahra tenang.

"Ehh lo udah punya pacar?"
"Jomblo gak nih?"
"Minta nomor hape lo dong bidadari."

Zahra memutar bola matanya malas. Pertanyaan yang tidak penting selalu dilontarkan teman-teman barunya.

"Karna gaada yang penting jadi gue tutup aja sesi pertanyaannya." Narsha Datar.

"Yasudah Zahra duduk dibelakang Zauf, tepatnya bersama Nindi." Ucap Bu Lisa seraya menunjuk ke arah Zauf. "Ayo Zauf angkat tangan." Zauf pun mengangkat sebelah kanan tangannya. "Nahh.. Itu dia, kamu dibelakangnya ya Ra." Ucap gurunya dan mendapat balasan anggukan dari Zahra.

Zauf dingin seperti biasa, sebelum Zahra melewati Zauf gadis itu memandang lelaki yang ia anggap dingin dengan senyuman tipisnya.

Zahra duduk bersama Nindi. "Gue Nindi." Ramah Nindi sambil mengulurkan jemarinya, Zahra membalas uluran tangan Nindi dan tersenyum simpul "Gue Zahra."

Zahra mengikuti semua pelajaran hari ini namun ada yang mengganjal dihatinya. Desiran hangat yang selalu hadir ketika melihat Zauf si kulkas dua pintu yang dihadapannya ketika ia mengangkat tangan untuk menjawab semua pertanyaan. "God boy!!" gumam Zahra bangga.

_______________
_____

Assalamualaikum!!

Ehh? Koo sepi sih?
Nyadar ga kalo part ini lebih pendek?
Mau lanjut apa berhenti?
Gue sih maunya lanjut :v

Semangat buat gue.
Hiks..

Kecup sendal jepit kena pup kucing.. :v

See you dipart selanjutnya!!

AFAF2 : OUR LIFE | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang