OUR LIFE -- 17. CAT MOBIL

1.2K 79 4
                                    

Gadis berhijab ungu muda sedang duduk di sebuah cafe terkenal di London. Lengan kanannya mengaduk-aduk es capuccino dengan sedotan yang melingkar.

Gadis itu terlihat sedang menunggu seseorang. Ia menghela nafas jengah, membosankan. Ia menyandarkan punggungnya di sofa yang berbentuk setengah lingkaran. Sesekali matanya melirik ke arah pintu masuk berharap orang yang ia tunggu datang.

Karna sangat bosan ia merasa ngantuk lalu melipat kedua tangannya di atas meja menyusupkan kepalanya di celah lengannya. Ia menghela nafas pelan sebelum memejamkan matanya yang panas. Kebetulan ia juga duduk di sofa yang pojok jauh dari keramaian.

"Assalamualaikum." Suara bariton yang sangat dikenalnya. Ia mengangkat kepalanya tegap karna kaget dengan suara itu. Lelaki itu tersenyum hangat lalu mengusapkan lengannya ke kepala gadis itu. Gadis itu tersenyum hangat dan menyalaminya.

"Sudah lama? Kamu keliatan bosen banget." ucap lelaki itu sambil menjatuhkan bokongnya di sebelah gadis itu.

"Lama tau ga! Lagian kenapa harus di sini sih? Kenapa gak Aya aja yang jemput kakak di bandara." Ucap Rayasa yang memajukan sedikit bibirnya.

Ya, gadis itu adalah Rayasa Devani Aderson yang sedang menunggu kakak satu-satunya yang bernama Gerald Lydon Aderson.

"Aya, kamu gaboleh ceroboh sayang. Otidak kakak denger kamu kerja di Wilson Company ya?" tanya Lyd menatap hangat adiknya.

"Ke Apartemen aku aja, yuk! Males tau. Pengen tidur." Gerutu Raya sambil bangkit dan tidak lupa ia mengambil tas yang ada dimejanya.

"Hahaha.. Bentar lagi ya. Jemputan kakak lagi di perjalanan." Ucap Lyd santai.

Lelaki dengan rahang tegas ditambah bulu yang sedikit mewarnai rahangnya menambah kesan maskulin bagi si pemilik nama Gerald Lydon Aderson. Putra pertama dari keluarga besar Aderson yang sejak lama memilik masalah dengan keluarga Al-Fatah dan Arghina.

Tentu saja masalah bisnis, keluarga ini sering kali berbuat curang namun kedua keluarga itu sering mengusiknya. Lebih tepatnya menegakkan keadilan. Saat ini ia sudah menjalin kerja sama dengan perusahaan yang bernama G'Apart.

Sebuah misi yang hebat bukan? Lyd ingin membalas dendamkan mendiang ayahnya. Ia benar-benar gelap mata sehingga sulit untuk melihat sisi kebenaran yang seharusnya ia lihat.

Tak menunggu waktu lama, mobil Porsche 911 (993) Carrera dengan warna hitam sedikit Violet sudah bertengger gagah didepan cafe yang ditempati kedua bersaudara itu.

Raya menghela nafas jengah dengan kelakuan kakaknya yang terlalu boros. Ia tahu jika harta mereka berasal dari hasil kecurangan kakaknya yang memiliki sifat jauh dari dirinya.

Sudah sering kali Raya memberitahu kakaknya bahwa cara itu tidaklah benar namun Lyd tetap saja tidak peduli.

"Kak?" Tanya Raya mengerutkan dahinya.

"Hmm.. Bagus bukan? Ayolah katanya kau ingin istirahat." Ucap Lyd sambil merangkul pinggang adik tersayangnya.

"Ini baru?"

"Tentu, apa kau tidak menyukainya? Kalau tidak, maka akan ku ganti dengan merek lain atau warna yang lain." Ucap Lyd sambil merogoh sakunya demi mengambil ponsel pintar miliknya.

"Nope, kak. Ini Bagus. Ayolah aku sangat lelah." Ujar Raya menahan lengan kakaknya yang sedang memainkan ponselnya. Ia tahu bahwa kakaknya ini akan menuruti semua keinginan dirinya. Tapi lagi-lagi Raya bingung ia harus apa demi menyadarkan kakaknya itu.

Apartemen yang sangat sederhana hanya ada satu ruang tamu, satu kamar, kamar mandi dan dapur. Hanya itu? Lyd menatap kesal adiknya.

"Apa-apaan ini, Ya!?" geram Lyd. Ia tidak habis pikir dengan adiknya yang keras kepala. Lyd tidak masalah dengan uang yang tidak pernah digunakan Raya untuk keperluannya. Tapi ini sungguh keterlaluan.

AFAF2 : OUR LIFE | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang