OUR LIFE -- 22. CABE-CABEAN

1K 63 4
                                    

Assalamualaikum!

Maap baru update!
Read, comment and vote ya babe!

______________________________________________

Seorang lelaki dewasa sedang berdiri didepan jendela kaca yang menembus keluar memperlihatkan seluruh detail ciptaan tuhan. Wajahnya sedikit khawatir mendengar penuturan seseorang yang sedang berbicara panjang di telponnya.

Tak lama setelah panggilan selesai, ia langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku. Tangannya bertumpu pada kusen jendela besar. Ia beristighfar dalam hati. Ia harus memutar balik otaknya kembali. Kenapa dia harus dihadapkan dengan masalah ini lagi? Sial.

Ya. Satu-satunya cara adalah dia harus membawa seluruh kelemahannya kembali ke Indonesia. Dia harus melindungi keluarganya. Keluarga adalah kelemahan dan kekuatan yang paling utama dalam hidupnya.

Ia harus berdamai dengan musuhnya. Ahh, tidak. Dia bukan musuh tapi dia teman yang sedang dijalur yang salah. Ia harus meluruskan semua yang salah. Ya, ia harus.

Bagaimana pun masalah ini harus selesai, jangan sampai berlarut-larut, lagi. Ia menghela nafasnya pelan menutup matanya mencoba menjernihkan pikirannya.

Adzan di ponsel miliknya sudah berbunyi. Baiklah, shalat sepertinya akan meringankan sedikit beban diotaknya.

🦀🦀🦀🦀🦀


Seorang wanita dengan perut yang sedikit membuncit sedang asyik melahap tahu gejrot. Yap, makanan khas Indonesia yang dibawa langsung ke London.

Nyidam yang aneh. Merepotkan tentu saja. Untung saja ketika itu Maryam berkunjung jadi bisa sekalian nitip. Dasar emak-emak bunting, jika saja dia bukan mantu satu-satunya di keluarga ini mungkin sudah dilelang di pelabuhan bersama ikan-ikan laut.

Zahra makan dengan lahapnya. Tahunya memang tidak pedas tapi lihatlah keringat yang bercucuran mewarnai wajahnya yang sedikit memerah membuat sang herder ehh suami jadi khawatir.

"Honey? Pedes? Sudah ya?" tanya Zauf khawatir.

"Huhhs... Enak banget loh, sampe kuar keringet gini. Mau lagi dong." pinta Zahra.

Tadinya Maryam membeli banyak tapi sayang sudah raib oleh bumil ini. Seluruh keluarga duduk manis meneguk air liurnya masing-masing. Niat mau makan tahu gejrot malah dihabiskan semua.

"Gue minta dong, Ra. Pengen nih. Dikit ya." rengek Zikra memohon agar satu mangkuk tahu itu menyapa tenggorokannya. Tapi sepertinya sia-sia, Zahra bahkan tidak menggubris permohonan Zikra.

Sedangkan, yang lain memilih pergi ke kamar masing-masing. Percuma yakan memandang bumil makan tahu gabakal bikin kenyang. Menyebalkan.

Padahal tadi Zahra yang teriak-teriak agar semua keluarga berkumpul dan memakan tahu gejrot bersama. Bukannya makan bersama malah menonton bersama.

Eca masih Setia menemani kedua insan itu, anaknya dan mantunya. "Um, Umi mau?" tanya Zahra.

"Habiskan. Umi senang ngeliat kamu segar." ucap lembut Eca dengan senyumannya yang tertutup oleh cadar.

"Ara, suapin ya, Mi. Aa.."

Mau tidak mau Eca harus buka mulut dan menyingkapkan cadarnya, memberi celah agar Zahra bisa menyuapinya. Eca mengunyah rasa manis pedas dan sedikit masam. Hmm.. Segar dan nikmat. Maap bikin ngeces.

"Hon? Mau?" tawar Zahra ke arah Zauf. Zauf tersenyum hangat dan menggeleng pelan. Tapi lihatlah reaksi bumil itu langsung ciut dan menundukkan kepalanya. Melihat reaksi Zahra, Zauf buru-buru mengatakan, "Suapi aku, ya."

AFAF2 : OUR LIFE | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang