Assalamualaikum!
Maapkeun baru apdet!
Klik Bintang dulay cus!
______________________________________________
Terik matahari menembus celah kaca diruangan yang disediakan khusus untuk OB pribadi CEO. Raya mengulas senyum sumringah. Tapi lagi-lagi dia dihadapi dengan dilema yang sulit dalam hidupnya.
Disisi lain ia ada dipihak orang tuanya yang mati dengan keadaan mengenaskan akibat perbuatan liciknya. Raya tidak bisa menumpahkan seluruh kesalahan itu ke keluarga Al-Fatah dan Arghina.
Tapi disisi lain juga Raya tidak rela dengan itu. Ia kehilangan ayahnya. Ayah yang selalu ia Cinta dan ia hormati. Ayah yang selalu memanjakannya setelah kakaknya, Lyd.
Cukup lama ia merenung, tak lama suara telpon berdering. Menyadarkan seluruh kesadarannya. Ia buru-buru mengambil gagang telponnya.
"Baik, pak!"
Raya menaruh kembali telponnya. Ia langsung bergegas ke ruangan bosnya. Ahh tidak, ia harus bertemu dengan si gila itu, lagi.
Raya sedikit membenarkan letak hijabnya sambil berjalan cepat menuju ruangan CEO. Ia mengulurkan lengannya untuk memencet bel ruang Bosnya. Seteleh tanda hijau menyala dibagian atas pintu, ia bergegas masuk dan menemui Bosnya.
Zauf duduk santai di atas kursi kebesaran istrinya. Ia berniat memecat Raya hari ini juga. Ia muak dengan drama keluarga Aderson yang menyebalkan baginya.
"Maaf, tuan. Ada apa?" tanya Raya menundukan pandangannya.
Zauf mengangkat wajahnya menatap wajah polos milik Raya. Ia memandang remeh Raya seakan-akan Raya adalah sampah baginya. Ini keputusannya. Ia tidak ingin terjadi apapun karna gadis dihadapannya bekerja di perusahaan yang dinaungi istrinya.
"Ku tunggu surat pengunduran dirimu sore ini." ucap dingin Zauf. Raya mengangkat kepalanya kaget. Ia menatap heran laki-laki dengan iris mata abu-abu itu dengan tatapan heran.
"A.. Apa yang salah? Apa saya melakukan kesalahan fatal?" ucap Raya dengan raut wajah kecewa.
"Tidak. Ku harap kau sudah mendengar ucapan ku tadi. Jadi keluarlah." tetap dengan suara tegas yang dingin. Raya menghela nafas pelan, ia berjalan mundur lalu memutar tubuhnya menggait engsel pintu lalu keluar.
Zauf merasa tenang saat ini. Semoga ini langkah awal yang baik. Baik untuk keluarga kecilnya maupun keluarga besarnya. Semoga saja.
Tapi ia salah. Ia salah mengambil keputusan ini. Ia akan di benci Raya nantinya. Raya yang tadinya memihak pada keluarganya akan berbalik memihak ke keluarganya. Zauf tidak mengetahui kebenaran tentang Raya. Yang ia lihat adalah kakaknya, Lyd atau biasa disebut Mr. Aderson, Jr.
"Sialan! Ternyata benar kata kak Lyd. Bahwa keluarga itu memang arogan. Seharusnya aku tahu itu." gerutu Raya sambil keluar dari ruangan Zahra menuju ruangannya.
Hatinya sesak? Tentu saja. Ia baru beberapa hari bekerja lalu diberhentikan begitu saja? Astagfirullah.
Raya mengusap kasar matanya yang membendung air mata yang sedikit lagi akan tumpah. Wajahnya memerah marah. Ia sesak. Dunia saat ini terasa ruang hampa yang hanya berukuran seperti tubuhnya. Sempit dan sesak.
Raya tidak habis pikir dengan kelakuan lelaki yang bernotaben sebagai bosnya itu. Ia tadinya berfikir bahwa keluarga Al-Fatah dan Arghina itu keluarga baik-baik.
Tapi ternyata ia salah. Ia benar-benar salah kali ini. Ia merasa bahwa mereka yang paling buruk. Memutuskan seenaknya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFAF2 : OUR LIFE | ✔
Spiritual[Spiritual-Romance-Humor-Action] AFAF-2 [END] , Sequel Of Istiqomah Bersamamu. Hati-hati typo bertebaran dimana-mana. Banyak kesalahan dalam penulisan harap maklum. (Hargai penulis dengan cara mem-follow penulisnya.) _______________________ "Hidu...