Chapter 18

22 2 0
                                    

-Ruang UKS-

Gadis mungil itu merintih kesakitan, ketika Angkasa mengobati kaki gadis itu. Keduanya, saling terdiam tak ada percakapan dari salah satu diantara mereka.

Mereka saling membisu satu sama lain. Hanya ada rintihan kecil Rain, yang menahan sakit.

Lalu lelaki dengan cowok bermata biru itu membuka percakapannya dengan memegang plester untuk menutup luka gadis itu.

"Makanya hati-hati kalo jalan. Lo bisa jatuh kan kayak gini."

Ucap Angkasa, membuyarkan kesunyian diruang UKS itu.

"Kenapa lo tiba-tiba dateng...? Gue bisa kog obatin sendiri gak perlu bantuan dari elo."

Ucap Rain dengan nada sedikit kesal. Rain tentu masih saja kesal terhadap Angkasa, karena perkataan Angkasa lah yang membuatnya, sedih dan saat ini masih melekat.

Iyah, Rain masih kecewa.
Rain sudah beberapa hari, lamanya tak menyapa Angkasa, boro-boro menyapa. Saat ada Angkasa pun dia selalu menghindarinya.

"Gue tau lo masih benci gue, Tapi....."

Seketika, perkataan Angkasa terhenti karena Revan dan Bryan berlarian dengan tiba-tiba dan sudah berbicara sehingga memotong pembicaraan Angkasa.

"Dek, Lo gak papa kan...? Mana yang sakit...? Gue coba pegangin"

Ucap Revan panik, dengan memegang kedua pipi chabby Rain. Dan Rain memutarkan bola matanya.

"Kog lo bisa kayak gini sih dek...? Lo terluka lagi kaki lo, liat kesexyan kaki lo kurang 100 kuadrat, tau gitukan gue sewa body gate biar bisa jagain elo dari Mala petaka kayak gini."

Ucap Bryan dengan aksi lebay dan konyol nya membuat ruang UKS itu ramai dengan ocehan mereka.

"Heh, gue gak papa kali, lagian kan cuman luka kecil. Dan lo kak Revan, yang sakit tuh kaki gue. Bukan pipi gue malah pipi gue yang dipegang."

Ucap Rain sebal. Rain melanjutkan pembicaraannya lagi.

"Dan lo kak Bryan, gue gak papa ini cuman luka kecil gak usah lebay nyewain gue body gate. Uang aja masih minta Tante Dewi nih malah sok-sok an nyewain body gate."

"Maaf Sa, gue duluan ke kelas. Gue ada ulangan kimia. Lo bisa bicara nanti aja. Gue sibuk banget. Sorry. Dan thanks udah ngobatin gue. Gue permisi."

Ucap Rain, berdiri tegak dari kasur yang ada di UKS dengan berjalan tertatih-tatih pergi meninggalkan ketiga cowok itu.

"Gue rasa, adek gue masih benci sama lo." Ucap Revan diakhir katanya dan pergi.

"Sa, gue tau niat lo baik, nanti gue bakalan coba bicara sama Rain. Tapi gue gak bisa bantu banyak ke elo. Elo harus omongin sendiri dan elo harus minta maaf sendiri ke Rain. Sorry yah bro, gue cuman bantu sedikit tapi gue bakalan usaha."

Ucap Bryan, menepuk pundak Angkasa.

"Thanks yah yan, maafin gue yang udah salah nilai lo. Gue tau lo sahabat gue sejati."

Ucap Angkasa kepada Bryan.

"Sahabat sejati gak akan tega kalik ngeliat sahabatnya sedih."

Ucap Bryan dengan tersenyum.

-------

Kepingan HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang